Chapter 10

16.3K 1K 14
                                    

Full Yongjae pokokna:v
____

Taeyong tanpa aba-aba langsung menarik tangan Jaehyun dan membawanya pergi dari tempat berdosa tersebut. Mengabaikan panggilan protes dari orang-orang yang semula tengah menjamah tubuh Jaehyun.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Berulang kali Jaehyun tersandung oleh kakinya. Nyaris tersungkur. Namun, Taeyong sama sekali tak menggubris. Terus menyeretnya entah ke mana dia akan dibawa.

"Apa yang kau mau! Lepaskan aku! Lee Taeyong!"

Taeyong menghentikan langkahnya. Berbalik tanpa melepas cengkeraman di pergelangan tangan Jaehyun. "Aku yang seharusnya membalikkan pertanyaanmu. Apa yang kau lakukan bersama alpha-alpha tadi, hah?!" bentaknya terdengar sangat marah.

Jaehyun menyentak secara kasar telapak tangan Taeyong di pergelangannya. Ia menyeringai. Memandang angkuh salah satu musuh bebuyutan Jaemin yang entah bagaimana bisa mencampuri urusannya. "Apa itu urusanmu, Lee?"

Taeyong tak menjawab. Hal itu membuat Jaehyun semakin menyeringai lebar. Ia merapikan pakaiannya yang sedikit kusut karena para alpha tadi. "Bukankah seorang Lee Taeyong takkan sudi membuat dirinya sendiri bermasalah dengan mencampuri urusan orang lain, hm? Apa yang kau lihat mengenai diriku, seharusnya kau tidak datang dan mengangguku seperti tadi. Kau membuat klienku tak nyaman karena dirimu, ck."

"Klien? Oooh ... aku mengerti sekarang. Kau benar, mengapa aku terlalu ikut campur ke dalam urusanmu, karena yang terjadi adalah, kau memang seorang alpha yang haus akan sentuhan alpha lain. Istilah kasarnya, kau menjadi pelacur untuk mereka, padahal dirimu juga berstatus seorang alpha. Waaah, ini sangat mengejutkanku."

Rahang Jaehyun dalam hitungan detik mengeras. Tanpa babibu langsung menarik kerah baju Taeyong dengan perasaan membuncah. "Kau ...!" Jaehyun tak bisa merangkai kata-kata. Perkataan Taeyong tadi, benar-benar melukai perasaannya.

"Mengapa kau menjadi begitu emosional, bukankah itu faktanya? Untuk apa kau kemari jika bukan untuk menjual diri?"

BUGHH!

Jaehyun meninju pipi Taeyong hingga membuat kepala Taeyong tertoleh ke samping. Saat hendak memberi pukulan kedua, Taeyong dengan cepat menahan pergelangan tangan Jaehyun. Akibat pukulan pertama tadi, sudut bibir Taeyong mengeluarkan sedikit darah dengan bekas kemerahan di pipinya. Dia menatap Jaehyun dengan tatapan tajam menusuk.

"Aku sangat penasaran, dengan kau menjadi pelacur, pasti banyak penis yang telah keluar masuk dari lubangmu. Apa kau tertarik jika penisku masuk ke dalam lubangmu?"

"Bajingan!"

Taeyong tertawa renyah. "Seorang pelacur tak seharusnya mengumpati tamu. Mengapa? Bukankah memasukkan penis ke dalam lubang itu tugasmu, seorang jalang berbayar? Kau tidak perlu jual mahal dengan alibi menolak, karena kenyataannya kau suka, bukan?"

Kedua mata Jaehyun mulai memerah bersamaan cairan bening yang kapan saja siap ditumpahkan. Kedua tangannya telah terkepal kuat menahan amarah meletup-letup akibat penghinaan yang Taeyong serukan untuknya. Kini setetes air mata yang semula menggenang di pelupuk mata, perlahan-lahan menuruni pipi tirusnya.

"Hentikan ... aku mohon berhenti ...." Kepala Jaehyun menunduk dalam. Air mata sudah tak bisa disembunyikannya lagi. Jaehyun menangis. Alpha yang biasa terlihat kuat dan baik-baik saja itu kini menangis.

Taeyong bergeming. Menyaksikan kerapuhan Jaehyun, entah mengapa membuat hatinya menjadi sangat sakit. Ia sudah sangat keterlaluan menghina Jaehyun dengan perkataan-perkataan yang mampu menyinggung perasaan Jaehyun.

"Kau tidak akan mengerti semua perjuanganku hingga nekat memutuskan untuk menjadi seorang pelacur. Kau benar, di sini pekerjaanku sebagai seorang pemuas nafsu. Seorang pendosa yang dibayar setelah merelakan keperjakaannya diambil guna memuaskan hasrat mereka yang menyewa pendosa sepertiku. Tapi apakah kau tahu? Tidak semua pelacur rela dengan pekerjaannya. Semua terjadi atas tuntutan ekonomi yang terus membeludak. Nenekku masuk rumah sakit setelah tragedi pengeroyokan dua tahun yang lalu. Kau ingin tahu seberapa sakit saat kutahu jika pengeroyokan itu terjadi karena orang-orang kelompokmulah yang menjadi penyebab utama nenekku berada di rumah sakit!"

Taeyong memandang Jaehyun dengan perasaan amat sangat terkejut.

"Nenekku koma selama hampir tiga bulan. Begitu kondisinya telah kembali, nenekku mengalami banyak masalah pada tubuhnya. Berulang kali harus operasi dan itu semua membutuhkan biaya yang bukan main-main nominalnya. Aku menjual semua barang berharga di rumah, bahkan barang peninggalan mendiang ayah dan ibuku, harus kujual demi kesembuhan nenekku. Tapi semua itu menjadi kesialanku ketika uang yang akan digunakan membayar pengobatan nenekku, dirampas paksa oleh segerombolan penjahat jalanan."

"Penderitaanku tak berakhir sampai di situ. Seolah tidak ada keadilan yang membersamaiku. Waktu itu, nenek dinyatakan kembali koma. Hatiku sangat hancur mengetahui kabar tersebut. Kepergian orang tuaku sudah sangat mengguncang mentalku, tapi takdir lagi-lagi membuatku dirundung penderitaan. Aku masih belum ingin kehilangan satu-satunya keluarga yang kumiliki."

"Aku mulai bekerja, bahkan pernah sampai tidak berangkat sekolah hampir satu minggu tanpa keterangan. Saat berangkat, surat panggilanlah yang menjadi hadiahku selama seminggu berjuang untuk bertahan demi nenekku. Sampai pada saat itu aku mulai berpikir, untuk mendapat uang secara cepat dan singkat, haruskah dengan menjadi pelacur bayaran? Aku mulai mencoba mendatangi tiap-tiap club harap-harap ada yang mau menerima bocah malang menjadi salah satu bagian dari mereka. Namun, orang bodoh mana yang mau mempekerjakan seorang bocah menjadi pemuas nafsu, padahal statusku seorang alpha."

Jaehyun tertawa getir disela-sela ceritanya. "Hingga club inilah yang menjadi tempatku satu-satunya mencari dan mengumpulkan uang. Mereka mau menerimaku tanpa memandang status apa yang kau miliki. Selama dua tahun terakhir ini, aku menjadi pelacur. Dan seperti yang kau katakan, banyak penis yang keluar-masuk dari lubangku. Ahh ... seharusnya pelacur tidak bercerita tentang kehidupan pribadinya kepada tamu. Aku terlalu emosional hingga kebablasan menceritakan yang tak seharusnya diceritakan."

Jaehyun menghapus kasar air matanya. Ia memandang Taeyong dengan sebuah senyuman. "Kau berkata ingin mencoba lubangku? Tentu, dengan senang hati aku akan menjadi pemuas nafsumu malam ini. Karena aku mengenal kau, jadi kali ini tidak akan dikenakan biaya. Kau bisa menikmati tubuhku sepuasnya. Seperti yang kau katakan ... aku seorang pelacur."

Taeyong menggeleng. Berjalan lunglai mendekati Jaehyun sebelum akhirnya memeluk tubuh rapuh Jaehyun dengan diiringi isak tangis.

"Maaf ... maafkan aku. Aku keterlaluan, Jaehyun. Aku minta maaf ...."

Jaehyun tak merespons. Pemuda itu tengah menahan tangis saat ini. Namun, dengan cepat ia mengelaknya dengan melepas pelukan Taeyong. Ia tak butuh itu.

"Jika kau tidak jadi menjamah tubuhku, jangan kau ganggu aku saat sedang bekerja. Lebih baik kau pulang dan bersenang-senang dengan kelompokmu. Kau tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Apa yang telah terjadi, sebaiknya kau lupakan dan kubur dalam benakmu. Anggap semua ini tak pernah terjadi." Jaehyun mendekatkan dirinya kemudian mencium sudut bibir Taeyong yang terluka. "Sebagai hadiah pelacur ini untuk tamu tampannya."

Selepas itu Jaehyun benar-benar meninggalkannya. Pergi dari hadapan Taeyong yang kembali menangis, bersamaan dengan luka disudut bibirnya yang berangsur-angsur meregenerasi.

Alpha's Sworn EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang