Baca pas buka aja yang puasa. Kalo ngeyel, berkurang entar pahalanya. Sengaja update biar ngena dikit. Inipun kayaknya terakhir update. Kita ketemu pas udah lebaran. Selamat berpuasa untuk yang menjalankan.
______________
Jaemin mengerutkan keningnya. Cahaya matahari membuat tidur damainya terganggu. Pemuda itu perlahan-lahan membuka kelopak matanya yang terpejam. Sedikit mengerang begitu melakukan peregangan pada tubuhnya yang terbalut selimut.
Ia bergeming sejenak. Mengumpulkan sisa kesadaran sembari memerhatikan tempat di mana dirinya saat ini singgah. Jaemin langsung bangkit duduk. Sebab, ruangan ini bukanlah kamar tidur miliknya.
Jaemin tersadar saat melihat tubuh atasnya tak tertutupi sehelai pakaian. Dirinya dilanda kebingungan. Berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum berakhir di ruangan asing ini. Seingatnya, Ia mengalami rut. Ingatan lain muncul dalam benaknya ketika dengan yakin Ia menarik Jeno dan membawanya ke gudang sekolah. Jaemin mengernyit. Tak terlalu begitu mengingat kejadian semalam. Ia pun memilih untuk bangkit, tetapi niat tersebut urung begitu pintu kamar dibuka oleh seseorang.
Mark Lee, gerangan itu pelakunya.
"Oh ... kukira kau mati," celetuknya dengan intonasi ketus. "Aku benar-benar tak habis pikir. Mengapa kau sangat ceroboh sekali? Disaat tahu masa rut-mu akan datang, kau malah tidak membawa satupun suppressant. Kau hampir memperkosa junior kita yang merupakan seorang omega!"
"Omega?" Jaemin membeo. Ia bergeming, mengatupkan bibir dengan rapat. Jelas sekali di dalam ingatannya adalah Jeno, bagaimana bisa menjadi seorang omega?
Mark menggeram marah melihat kelambanan Jaemin dalam berpikir. "Beruntunglah jika junior kita itu baik dan memberitahu keberadaanmu di hotel ini. Hahh ... lebih baik sekarang kau pergi mandi. Ada banyak urusan yang harus aku kerjakan, tapi sekarang malah mengurusi dirimu!" gerutunya kesal.
"Siapa nama omega itu?"
Mark mengangkat bahunya ke atas sebagai tanda akan ketidaktahuannya. "Saat aku bertanya, dia tidak menjawab. Dia hanya mengatakan jika kau adalah seniornya dan ingin melakukan tindak pemerkosaan terhadapnya. Dia juga menyampaikan kalau kau dan dia tidak sampai benar-benar berhubungan intim. Aku bernapas lega waktu membaca pesan terakhir yang dikirimkannya."
Jaemin kembali terdiam di tempat. Melamun memikirkan kejadian semalam. Jaemin tidak percaya bahwa Ia akan menyetubuhi juniornya yang seorang omega. Padahal Jaemin yakin sekali, semalam dirinya bersama Jeno, bukan adik kelasnya yang sama sekali tidak diketahui siapakah orang tersebut.
ㅡㅡㅡ
Jeno menghela napasnya berat. Dirinya kini tengah berdiri di depan cermin kamar mandinya sembari bertelanjang dada. Ia meringis melihat ruam kemerahan hasil karya seni Jaemin semalam. Terlalu banyak sampai membuat Jeno tak yakin dirinya bisa berangkat sekolah hari ini atau tidak.
Bukannya Jeno tidak punya bedak penyamar kissmark, tetapi Ia tak ingin bertemu dengan Jaemin meskipun Ia sudah memberitahu salah satu teman alpha Na itu dengan sebuah kebohongan.
Lagipula Jeno masih dalam masa rut. Jika sehari atau dua hari tidak berangkat, tidak akan jadi masalah. Namun, kemungkinan besar teman-temannya akan datang berkunjung ke rumah. Jika mereka semua tahu tentang kondisinya saat ini, tamat sudah riwayat seorang Lee Jeno.
"Hahh ...." Helaan napas keluar dari mulutnya. Terdengar sangat frustasi.
ㅡㅡㅡ
Taeyong menarik napasnya, lalu dibuang secara perlahan guna meyakinkan niatnya datang kemari. Ia melangkah memasuki tempat di mana seseorang yang kemari berseteru dengannya bekerja di sini. Netra gelap itu berhasil tertuju pada satu objek yang sedang duduk temenung seorang diri ditengah-tengah keramaian pengunjung.
Tanpa aba-aba, Taeyong menarik pergelangan Jaehyun yang sukses membuat alpha Jung itu tersentak dari lamunannya. Taeyong melepaskan jaketnya untuk dipakaikan ke tubuh Jaehyun. Sebab Jaehyun mengenakan pakaian yang terbilang sedikit terbuka.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Jaehyun hendak melepas jaket kulit berwarna hitam milik Taeyong. Namun, Taeyong langsung mencegah niat Jaehyun.
"Mulai sekarang kau berhenti bekerja di sini," putus Taeyong.
Jaehyun mengerutkan kening. Ia tertawa renyah sembari menyingkirkan tangan Taeyong yang mencengkeram pergelangannya. "Wah, siapa kau yang berani memerintahku? Perlu kau garis bawahi, Lee Taeyong. Ingin aku bekerja dimanapun, itu sama sekali bukan urusanmu. Sebaiknya kau pergi. Setelah ini aku ada pekerjaan. Aku tidak bisa mendengar omong kosongmu untuk memintaku berhenti dari pekerjaan yang selama dua tahun ini mampu menghidupiku." Jaehyun akan mengambil langkah guna meninggalkan Taeyong. Namun, dengan cepat Taeyong kembali menahan Jaehyun.
"Aku punya kafe. Bekerjalah di sana. Untuk upah, mungkin tak seberapa. Tapi aku bisa membantu kau mengumpulkan uang untuk pengobatan nenekmu."
Jaehyun terdiam memandang wajah Taeyong dengan ekspresi mati. Tak berselang lama, Ia kembali tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan ajakan Taeyong barusan. "Hal apa yang membuatmu tiba-tiba bersikap baik kepadaku, hm? Apa karena kau mengasihaniku karena bekerja menjadi pelacur? Hey, Bung, aku tidak perlu dikasihani. Aku tidak butuh belas kasihan darimu. Aku hargai ajakan dan pertolongan baikmu, tapi aku tidak membutuhkannya." Jaehyun berbalik, benar-benar ingin langsung pergi dari hadapan Taeyong, akan tetapi untuk kesekian kalinya Taeyong berhasil menghentikan niatnya.
"Kali ini aku memohon padamu."
Jaehyun menoleh ke belakang. Kali ini tatapannya berubah sendu. Apa yang sedang Taeyong coba mainkan kepadanya? Bohong jika sedari tadi Jaehyun tak merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Katakanlah Jaehyun seorang alpha yang lemah. Fisik luarnyalah yang menutupi kelemahan Jaehyun hanya karena satu perbuatan, dan sekarang Taeyong justru memberikan secuil perbuatan yang membuat Jaehyun berharap.
Jaehyun menghela panjang, memilih untuk menatap ke depan. "Akan kupikirkan." Setelah kalimat itu terlontar, Jaehyun bergegas pergi. Ia tengah menahan tangis. Jaehyun tak ingin Taeyong melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Sworn Enemy
FanfictionKeduanya adalah musuh bebuyutan. Sikap mereka bahkan hampir mendekati mirip jika dibandingkan; sama-sama keras kepala, suka main tangan dan ingin menang sendiri. Sampai pada suatu ketika, kedua Alpha itu mengalami siklus Rut secara bersamaan dan ent...