Chapter 12

12.4K 867 16
                                    

Jeno menghela gusar, antara takut sekaligus gugup. Pasalnya, ketika mengetahui dirinya absen karena sedang rut, anggota inti dikelompoknya datang berkunjung ke apartemennya. Mereka menyertakan alasan mengapa mereka datang karena ingin menjenguknya.

Kini mereka semua telah duduk ala-ala anak berandal yang tidak memiliki adab ketika bertamu. Menunggu si pemilik apartemen yang sedang berkutat di dapur oleh beberapa botol alkohol untuk disajikan kepada mereka semua.

Tak sampai menghabiskan waktu yang lama, si pemilik kamar datang. Kedatangan Jeno seketika mengalihkan atensi orang-orang di ruang tamu itu. Mereka serempak menatap presensi Jeno yang memandang mereka semua kelewat gugup.

"Kau memakai syal disaat cuaca sedang panas begini?"

Pertanyaan dari Donghyuck membungkamkan pergerakan Jeno. Jeno sendiri bahkan belum sempat mencari alasan yang tepat untuk digunakan membohongi teman-temannya kalau dirinya memakai syal karena untuk menutupi ruam kemerahan di lehernya.

"A-aku ingin menutupi feromonku, s-supaya tidak menguar terlalu banyak." Jeno berucap terbata. Berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun saat ini kegugupan menyelimuti dirinya.

"Tapi aromamu ...," Renjun mengendus aroma aneh yang melekat di tubuh Jeno, membuat keningnya mengernyit. "Aku mencium ada aroma lain bercampur dengan feromonmu, Jeno. Kau yakin tidak berhubungan intim dengan seorang omega?" lanjutnya bertanya. Tatapan Renjun menelisik Jeno.

"Tapi ini bukan feromon seorang omega. Aromanya tercium sangat maskulin," sahut Donghyuck.

Para anggota inti itu memandang Jeno penuh selidik. Yang ditatap langsung membulatkan kedua matanya. Jeno menggeleng, seolah menentang maksud dari tatapan teman-temannya itu.

"Ini tidak seperti apa yang kalian pikirkan!Bagaimana mungkin aku berhubungan intim dengan sesama alpha? Hahahaha ... Kalian ini yang benar saja. Semalam aku di rumah, aku menuntaskannya sendiri."

Tapi teman-temannya masih memandang Jeno, seakan tak percaya dengan ucapannya.

"Ak-aku-"

"Kau ini sangat lucu. Aku hanya bercanda. Tidak perlu menanggapinya dengan serius," ujar Renjun disertai kekehan ringan. "Lagi pula tidak mungkin kau akan melakukan itu, 'kan?"

Jeno tertawa hambar. Ia membalasnya dengan anggukan canggung. Ya, setidaknya, hari ini dirinya selamat.

---

"Huang Renjun, tunggu."

Renjun menghentikan langkahnya. Dia menoleh dengan ekspresi malas memandang ke arah Jaemin. "Mau apa kau?" tanyanya ketus.

"Di mana Jeno?" Alih-alih menjawab, Jaemin malah membalikkan pertanyaan untuk si pemberi pertanyaan.

"Dengar, Na Jaemin. Jika kau bertanya hanya untuk mencari masalah, sebaiknya kau enyah dari hadapanku, sebelum pisau ini melayang ke arahmu."

Jaemin berkutik. Ia tak melihat jika sedari tadi omega berwajah manis itu tengah memegang pisau. Bahkan masih terdapat sisa darah yang menempel di badan pisau tersebut.

"Aku hanya ingin tahu di mana Jeno. Cepat jawab. Aku tidak punya banyak waktu. Lagi pula kau tidak akan berani melakukannya dengan sungguh-sungguh."

Renjun menyeringai tipis. Tanpa aba-apa langsung melemparkan pisau di tangannya. Benda tajam itupun melesat cepat ke arah Jaemin. Alpha itu cepat-cepat mengelak. Sialnya, leher samping Jaemin malah terkena sayatan. Menciptakan goresan kecil yang tak lama kemudian meregenerasi dengan sendirinya.

Sialan, Jaemin pikir Renjun hanya sekadar mengancam semata. Tidak tahunya dia benar-benar melempar pisau itu.

"Kau ingin bermain licik, huh?"

Renjun melayangkan tatapan sinis. Tanpa sepatah kata, lalu pergi meninggalkan Jaemin yang menatapnya datar. Alpha itu menyentuh lehernya. Sudah tidak ada luka yang membekas di sana. Si kecil itu juga bisa menakutkan ternyata.

---

Lonceng kecil yang terpasang di atas pintu mengeluarkan bunyi. Dari bagian meja bar pemesanan berada, sosok Taeyong melihat objek yang barusan tiba. Seseorang yang ditunggunya dengan sabar, akhirnya datang juga. Sosok itu berpakaian serba hitam. Benar-benar menunjukkan ciri khas lelaki yang keren di mata para omega pria ataupun wanita.

Jaehyun melangkah tegas menghampiri tempat di mana Taeyong singgah. Pemuda itu hanya diam menatap Taeyong dengan ekspresi dingin. Sampai akhirnya Taeyonglah yang musti membuka percakapan diantara mereka.

"Aku pikir kau tidak akan datang," ucapnya berbasa-basi. Sementara Jaehyun tak bereaksi. Hanya diam mendengarkan.

Taeyong berdehem singkat dirasa perkataannya terlalu garing. "Jadi, apa kau menerima tawaranku untuk bekerja di sini? Jika bersedia, kau sudah boleh mulai bekerja hari ini."

Jaehyun berdehem singkat merespons pertanyaan Taeyong. Untuk kesekian kali ini, Taeyong sepertinya harus ekstra sabar menghadapi sikap dingin Jaehyun. Jangan sampai justru secuil kesalahan, dapat membuat Jaehyun pergi. Mengetahui jika alpha Jung itu menerima ajakannya, sudah cukup membuatnya sangat bahagia.

"Ayo ikut aku sebentar. Kupikir penampilanmu tidak sesuai standar yang dibutuhkan kafe dalam pelayanannya." Taeyong kemudian berjalan mendahului. Sedangkan Jaehyun hanya mengekor dari arah belakang. Mengikuti Taeyong yang membawanya ke ruang ganti karyawan.

Alpha Lee itu tampak sedang mencari sesuatu di sebuah lemari pakaian yang tersedia di dalam ruang ganti. Begitu menemukan apa yang dicarinya, Taeyong bergegas meraihnya, kemudian diberikan kepada Jaehyun. Namun, ketika Jaehyun hendak mengambil alih pakaian kerja dari tangan Taeyong, pemuda itu justru malah menjauhkan baju itu dari jangkauan Jaehyun.

"Selamat bergabung. Jika kau mengalami kesulitan, jangan pernah ragu untuk segera meminta bantuan padaku atau yang lain."

"Ya, terima kasih." Jaehyun kembali akan meraih baju di tangan Taeyong, tapi alpha itu lagi dan lagi menjauhkan tangannya. Jaehyun langsung menatap sinis ke arah Taeyong yang menampilkan mimik muka menyebalkan.

"Kau bisa belajar untuk lebih ramah lagi, Jung Jaehyun. Pelanggan akan takut jika kau terus memperlihatkan ekspresi seperti itu."

Jaehyun berdecak. Dalam sekali tarikan yang tidak santai, Ia berhasil merampas pakaian di genggaman Taeyong. Terakhir sebelum masuk ke kamar mandi, Jaehyun melempar tatapan menusuk penuh akan permusuhan. Membuat Taeyong tak kuasa menahan kekehan melihat bagaimana Jaehyun bereaksi, yang menurutnya cukup menggemaskan.

Alpha's Sworn EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang