"Seratus lima puluh menit adalah waktu kalian, jangan menyontek, bekerja saja dengan teman, atau membawa perangkat elektronik seperti ponsel. Jika ketahuan terpaksa kami keluarkan dan tidak diperbolehkan mengikuti ujian. Selamat mengerjakan!"
Suasana ruang kelas hening. Semua kepala menunduk, berfokus pada kertas ujian di meja masing-masing.
Ada tiga pengawas, dua lainnya yang bertugas berkeliling mengawasi murid-murid yang kemungkinan bisa melakukan kecurangan.
Jeno curi-curi pandang ke arah meja Jaemin yang berada di barisan paling belakang, sementara dirinya di barisan ketiga dari belakang hanya berjarak satu baris berbeda dengan Jaemin.
Semalam Jaemin tidak sempat belajar. Jeno khawatir Jaemin tidak bisa mengerjakan, ditambah bagaimana jika Jaemin muntah lagi?
Jeno tidak bisa bergerak untuk sekadar menanyakan bantuan pada sang enigma. Salah satu pengawas berjaga di dbelakang bak CCTV yang siap memantau kejanggalan.
Waktu berjalan sudah tiga puluh menit. Selama itu pula, Jeno dibuat tidak fokus lantaran melihat Jaemin menaruh kepalanya di atas meja cukup lama. Sungguh, Jeno ingin menghampiri Jaemin dan membantunya mengerjakan, tapi apalah daya Jeno, Ia takut dikeluarkan dan tidak diizinkan untuk mengikuti ujian lagi.
Jeno kembali mengerjakan beberapa soal. Mungkin dia harus menyelesaikannya terlebih dulu baru jika ada kesempatan, Jeno akan memberikan lembar jawabnya untuk disalin oleh Jaemin.
Ya, itu ide bagus!
Krieeet!
Baru jemarinya hendak melingkari jawaban pilihan, Jeno dibuat melongo ketika melihat siapa yang maju ke depan sembari membawa lembar soal dan lembar jawab ke pengawas yang berjaga di depan.
Itu Jaemin! Dan dia sudah selesai!!!
Sayup-sayup Jeno mendengar percakapan Jaemin dengan pengawas itu. Jaemin izin ke UKS, dan karena dia sudah selesai, pengawas memberinya izin.
Pandangan keduanya bertemu pada saat Jaemin menoleh ke belakang. Sekilas yang Jeno lihat pada gerakan bibir Jaemin yang mengatakan, "Di bawah mejamu." dan setelah itu Jaemin berlalu keluar.
Jeno lekas melirik ke bawah mejanya. Ada kertas yang terlipat cukup kecil. Kapan kertas itu ada di sana? Pikir Jeno terheran. Ia mengedarkan pandangan, tak menemukan pemgawas yang berjaga di belakang, segera Jeno menjatuhkan pulpennya dengan sengaja. Pada saat mengambilnya, tangan kiri Jeno dengan secepat kilat meraih kertas itu dan digenggamnya erat.
Jeno membuka lipatan kertas itu dengan penuh hati-hati. Sampai kertas telah berhasil dibuka, Jeno menemukan jawaban pilihan sampai jawaban tulis sudah Jaemin tuliskan di kertas itu.
"Lima menit lagi!"
Alpha Lee itu menatap ke depan dengan terkejut. Secepat itu waktu berjalan! Jeno tidak punya pilihan lagi, segera ditulisnya jawaban dari Jaemin mengingat jawabannya sendiri masih banyak yang belum dikerjakan.
Hampir beberapa menit berlalu sampai pada akhirnya bel penanda ujian telah berakhir berkumandang, bertepatan dengan Jeno yang sudah selesai dengan lega.
Jeno mengumpulkan lembar jawabnya. Tanpa babibu segera berjalan cepat menyusul Jaemin yang berada di ruang kesehatan sekolah.
....
"Bagaimana bisa kamu menyelesaikannya secepat itu?"
Jaemin tersenyum lebar sembari menepuk dadanya bangga. "Kamu sedang berhadapan dengan Si Peringkat Satu paralel seangkatan," ucapnya penuh percaya diri.
Jeno memutar bola matanya malas. Memang benar sih, Jeno lupa satu fakta itu bahwasanya Jaemin selalu di posisi nomor satu. Tak heran kalau dulu Jeno sangat berambisi ingin mengalahkan si paling nomor satu itu, ya meskipun kalian tahu sendiri bagaimana akhirnya.
Jaemin terkekeh memandang reaksi lucu sang kekasih. "Bercanda. Aku memang belum sempat belajar semalam, tapi sebelum ujian dimulai aku belajar sedikit. Kebetulan saja yang diujikan itu memang mengulang materi dari kelas sepuluh dan sebelas, aku masih ingat materinya, jadi cukup mudah dikerjakan."
"Aku lupa semuanya. Jadi, belajar ulang, hehe."
Jaemin terkekeh untuk kedua kalinya. "Ya sudah, habiskan makannya," ujarnya lembut. Jaemin juga memakan sarapannya, meski sesekali dia berhenti mengunyah lantaran merasa ingin muntah lagi.
....
Jeno memainkan ujung jaketnya dengan perasaan gugup. Kepalanya terus menunduk. Ujian memang sudah selesai dari satu jam yang lalu, mereka sempat pulang berganti baju, dan sekarang Ia bersama Jaemin tengah menghadap pada seorang lelaki berjas putih.
Lelaki itu tengah mengetik sesuatu di komputernya. Tak sampai tiga menit, sebuah suara dari mesin printer mengalihkan lamunan Jeno.
Dokter laki-laki itu tersenyum manis seraya mengulurkan selembar kertas itu pada kedua sejoli di depannya.
"Selamat, saya turut bahagia mengetahuinya," ucap dokter itu mengakhiri sesi jumpa mereka di ruangan serba putih ini.
Mata Jeno berkaca-kaca. Entah Ia harus merasa bahagia atau sedih mengetahui surat pernyataan yang menyatakan bahwa dirinya tengah hamil. Jaemin di sebelahnya pun kemudian memeluk Jeno. Memberikannya ketenangan secara sugestif untuk mententeramkan perasaannya.
"Terima kasih, Sayang, terima kasih untuk hadiah terindah sepanjang hidupku. Aku bersumpah pada diriku sendiri, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku. Aku akan berusaha keras membangun masa depan untuk keluarga kecil kita nanti. Aku minta maaf telah membuatnya hadir pada saat kita belum terjalin ikatan sakral."
Jeno menggeleng lirih, menolak tuturan terakhir yang Jaemin katakan barusan. "Kita sudah mating hingga bonding, Na. Secara tidak langsung kita sudah terikat. Ikatan sakral hanyalah perayaan untuk terjalinya sebuah hubungan kasih, selebihnya kita sudah ditakdirkan oleh Moon Goddess. Karena kita sepasang mate."
Jaemin mencium kening Jeno cukup lama. Menyalurkan rasa senangnya yang membuat mual di perutnya seketika lenyap.
Dokter sudah memberitahu bahwa gejala yang Jaemin alami itu wajar. Ketika pasangan hamil, biasanya peran suami yang ikut merasakan apa yang dialami pasangannya termasuk gejala kehamilan simpatik. Gejalanya juga bersifat sementara. Untuk itu Jaemin diminta bersabar apabila masih terus merasakan mual berkepanjangan.
Anggapan lain mengatakan kalau suami yang mual-mual, itu tandanya suami cinta mampus dengan pasangannya. You know that.
"Aku beruntung bisa memilikimu, Na Jeno. Aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu."
Jeno mendorong bahu Jaemin dengan paksa yang membuat pelukan keduanya terlepas. Ekspresi julid kini diperlihatkan sosok sigma yang tengah berbadan dua itu.
"Aku masih belum ingin berdamai denganmu, Na Jaemin!"
Jaemin hendak memeluk Jeno lagi. Namun, Jeno lekas menghindar. Jaemin terkekeh renyah, berakhir mengejar Jeno yang melarikan diri lantaran tak ingin dipeluk olehnya.
"Na Jeno, jangan lari! Kamu sedang hamil, Sayang!"
"Anakku kuat, dia tidak selemah kamu!"
"Hei, dia anaku juga, Na Jeno!"
Mereka berdua berlarian di koridor rumah sakit, tak peduli beberapa pasang mata yang menatap keduanya heran.
Tapi dibalik semua itu, tak dapat dimungkiri kalau Jeno juga diselimuti dorongan batin kegembiraan saat mengetahui ada bayi dari musuh berbuyutannya di perutnya. Siapa yang akan menyangka takdir yang tak pernah terbayang sedikitpun dalam benak Jeno untuk hidup bersama dengan Jaemin sampai maut memutus jalinan cinta mereka?
Apa yang dialami Jaemin dan Jeno, dari permusuhan penuh kebencian hingga tumbuhnya cinta diantara mereka, mungkin akan menjadi cerita tua yang sangat indah untuk dikenang kelak.
Seperti kata pepatah yang mengatakan, "Jangan terlalu membenci seseorang, nanti cinta."
Terima kasih, dengan ini Alpha Sworn Enemy's telah usai.
Tertanda,
LillaviasTerima kasih banyak kepada para pembaca yang selalu antusias membaca book yang kata saya cukup aneh ini. 3 tahun kita telah bersama, sampai pada akhirnya saya ucapkan sampai juma lagi di cerita Jaemjen lainnya❤.
Ending: Sabtu, 25 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Sworn Enemy
FanficKeduanya adalah musuh bebuyutan. Sikap mereka bahkan hampir mendekati mirip jika dibandingkan; sama-sama keras kepala, suka main tangan dan ingin menang sendiri. Sampai pada suatu ketika, kedua Alpha itu mengalami siklus Rut secara bersamaan dan ent...