31. Hurt and Hug
23.25
Ini bukan tentang penipu yang ia kira menelponnya lewat nomor Terra melainkan kenyataan bahwa cowok itu dilarikan ke rumah sakit setelah mobilnya ditemukan tertabrak cukup parah.
Satu jam berlalu setelah dengan perasaan tak karuan Andira harus tancap gas sekitar pukul sebelas malam menuju UGD Rumah Sakit sesuai arahan dari damkar yang menelponnya tadi. Ia tidak sempat melihat separah apa keadaan mobil Terra yang katanya ringsek di seluruh bagian kanan— hanya mendengarnya aja Andira udah ngilu.
Ditengahnya malam kini ia tak bisa menutupi bahwa dirinya benar-benar kalut dan khawatir karena ulah pria itu. Setelah mendengar penjelasan dari dokter umum di UGD, raganya luruh dalam pikiran yang kian kacau. Wajah lelah diselimuti sesal makin menjadi.
Andira menghela panjang. Mengusak wajahnya frustasi.
Syukurnya Terra sampai sekarang masih sadar hanya mungkin terasa sakit pada memar dan lukanya di bagian bahu, pipi sampai alis nyaris mengenai mata. Walaupun belum dilakukan foto Rontgen namun diduga terjadi patah tulang tertutup pada lengan kanan bawahnya setelah pemerikasaan tubuh secara umum selesai. Andira belum melihat keadaan Terra sekarang tapi ia yakin dirinya akan menangis kejer satu detik setelah melihatnya.
Kata dokter, Terra akan menunggu di ruang UGD sampai mendapat kamar tetap di rumah sakit dan memulai tindakan selanjutnya. Sementara Andira kini masih duduk termenung di koridor, menyiapkan hatinya untuk menengok si pria.
Ia beranjak. Tangannya menggenggam kenop pintu lalu langkahnya mendorong memasuki ruang UGD tempat Terra di beri pertolongan pertama. Jantungnya berdegup ketika netranya bertabrakan dengan netra pria itu yang kini terbaring dengan senyum terbaiknya. Air matanya jatuh.
"Hai." Sapanya parau.
Isakannya makin deras ketika di sapa begitu. Andira tak berani mendekat disaat Terra malah terkekeh kecil nyaris tak terdengar di sana melihat dirinya yang nampak lebih kacau dibadingkan dia.
"Kok nangis sih, yang sakit juga gue." Bisiknya diiringi tawa yang kian terlihat memilukan "Sini." Katanya melambai tangan.
Andira mendekat dengan pipinya yang sudah basah akibat air matanya. Tangannya menggapai tangan kiri Terra yang terulur. Menyalurkan segala rasa yang kini membuncah tak karuan.
"Gue khawatir banget tapi lo nya malah haha hihi pas gue dateng." Gumamnya terisak.
"Sorry..." Terra tersenyum. Merasa terenyuh ketika melihat Andira yang kini terisak. Bahkan kata 'khawatir' yang gadis itu bilang makin terngiang di benaknya. Tak bisa bohong, kini sekujur tubuhnya terasa sakit setelah terbentur cukup keras namun hanya senyumnya yang mampu ia banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terragya | Lee Taeyong✓
Fanfiction❝The difference if you call me "Kak" in the present or "mas" in our future.❞ [ ON GOING] ✓ Original work© By LovaMay/blueby/2021