22. Pacar Baru

193 19 10
                                    

22. Pacar Baru

Terlihat dilayar ponselnya jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat dilayar ponselnya jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Andira segera mematikan ponselnya, memasukkan ke saku celana dan mengalihkan pandangannya ke dua makhluk yang lempeng aja jalan dari tadi. Dia sekarang lagi diapit sama Tirta dan satu anteknya adalah Wira. Tirtanya asik nyemilin makaroni sedangkan Wira dari tadi cuman diem aja terseret sama komplotan dadakannya mereka.

Udah lewat tiga jam dari waktu dia resmi menjalin suatu hubungan sama Terra, dan bonusnya adalah kepergok sama Tirta si mulut kerempeng. Ga ke rasa dirinya udah lumayan lama terjebak sama cowok itu. Perasaan Andira pacarannya sama Terra tapi kenapa jalannya sama Tirta. Aneh-aneh aja deh.

Teman kosannya di grup udah pada koar-koar nyuruh kumpul di parkiran, soalnya udah pada mau pulang. Mereka emang pada berangkat bareng jadi pulang juga harus bareng, sepaket ceritanya. Tapi karena terlanjur nurutin permintaan Terra, alhasil sekarang dirinya tunggang langgang, bingung mau nunggu di mana.

Andira menatap malas Tirta yang sedari tadi khidmat banget makannya. Cowok itu kayak punya dunianya sendiri. "Lo lagi program kamuflase jadi gajah ya?"

"Hah? Apaan sih?" Tanyanya aneh.

"Lo itu dari tadi maruk banget!" Andira sewot setengah ngedumel. "Jadi gembrot baru tau rasa!"

Wira yang sedari tadi diam aja, langsung menoleh kaget sama suara ngamuknya Andira. Dia dari tadi mau pulang tapi apa daya terjerat sama mereka berdua. Dirinya hanya bisa meratapi nasib malangnya yang enggak punya gandengan, dan berakhir di antara orang yang enggak punya gandengan juga.

PLAKK—

Cowok itu langsung menggeplak kencang kepala Tirta yang ada di seberang sana. Wira juga dibuat gedeg setengah mati ngeliat itu babon nemplok sana nemplok sini beli berbagai jenis makanan seabrek abrek. Dia kira Tirta mau bagi-bagi, taunya cuman dilahap buat sendiri. 

Spontan Tirta meringis sambil mencak-mencak. "Kenapa sih lo?! Dendam banget sama gue!"

"Emang. Emang gue dendam sama lo." Wira lempeng.

Andira di tengah cuman terkikik geli dengarnya. Emang yang paling benar kalau gabungin Tirta yang kayak bekicot sama Wira jelmaan siput, jenisnya sama cuman beda keimanannya doang. Tirtanya melongos, Wiranya bodo amat.

"Ga punya malu ya lo?" Lanjut Wira masih setia memaki cowok di seberang sana. "Masa ngabisin duit cewek."

"Emang. Emang gue enggak punya malu! Mau apa lo?!" Jawabnya nyolot.

Spontan Andira langsung menampar kecil pipi Tirta supaya cowok itu berhenti nyari ribut. Baru disinggung sedikit aja nge gasnya udah segede kentutnya Johnny pagi-pagi. Untung ada Andira di tengah, kalau enggak mungkin di sini udah terjadi baku hantam kali. Eh, lebih tepatnya perang dingin sih, soalnya enggak mungkin Wira mau ngeladenin mulut merconnya Tirta.

Terragya | Lee Taeyong✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang