34. Swastamita (20)

131 14 6
                                    

34. Swastamita

Here with me— d4vd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Here with me— d4vd

Kepalanya ia tolehkan saat Terra menunjuk matahari terbenam yang di dominasi dengan warna jingga dengan air laut tenang menghiasi pemandangan sore di pantai. Sore terakhir sekaligus hari terakhir mereka dihabiskan dengan berjalan di pesisir pantai sambil menikmati angin dan suara deburan ombak hingga gemericik pohon.

Sementara tangannya menggaet lengan Terra, masih dengan langkah mereka yang belum juga menemukan niat untuk berhenti, Andira lantas mendongak.

"Mau sampe kapan jalan?"

"Sampe kita nikah."

Ia memukul pelan lengan Terra yang membuat ringisan kecil lolos terdengar. "Gue capek ini jalan dari ujung ke ujung ke ujung ke ujung ke ujung lagi."

"Bilang dong kalo capek."

"Barusan gue ngo—" Ujarnya terputus ketika Terra dengan seenaknya menggendong tubuhnya dan sontak membuat cewek itu memekik heboh. "Terra! Turunin anjir!"

"Katanya capek."

"Ya enggak gini juga. Ini tempat umum ngab!"

"Cewek banyak mau."

"Wah nantangin nih?"

Terra tertawa ketika Andira berlagak bak preman kampung yang siap menghabisinya. Dijahili dikit aja ganasnya udah keluar apa lagi kalo dia godain semacam dirty pick up line, udah ngerog mungkin.

"Kita mau dimana tuan putri?"

"Apanya?"

"Duduknya."

"Situ aja!" Tunjuknya pada pinggir pantai namun areanya tak terkena air ombak. "Biar kayak anak senja kita."

"Kita bukannya anak malam?"

"Gue anak mama papa."

"Kalo anak kita?"

"Ter..."

Cewek itu menoleh jengah hingga kembali mengundang gelak tawa Terra. Andira kemudian mencubit kecil lengan Terra yang dari tadi tak henti-hentinya berbuat flirty terhadapnya. Entah apa yang dilakukannya setelah pergi bareng Eno tadi siang.

"Lo habis ngapain sih sama Eno pulang-pulang jadi banyak ngalusnya ya?"

"I have some lesson with her."

"Belajar apa?"

"How to teasing Andira."

Andira terkekeh lalu menurunkan tubuhnya dan kini menarik pria itu untuk duduk bersama. Memandangi luasnya perairan yang diselimuti dengan terangnya swastamita sore ini. Hembusan angin kencang menerpa helain rambut Andira yang sengaja digerai, bergerak mengiringi gemerisik dedaunan.

Terragya | Lee Taeyong✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang