23. Harga Diri

190 19 17
                                    

23. Harga Diri

Sedari tadi Terra menjalankan kemudinya sampai lewat sepuluh menit belum juga ada yang membuka percakapan di antara mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari tadi Terra menjalankan kemudinya sampai lewat sepuluh menit belum juga ada yang membuka percakapan di antara mereka. Andira memilih diam sambil mengutarakan pandangannya ke arah jendela samping. Memang kebiasaannya kalau lagi di jalan naik mobil dan jadi penumpang, entah kenapa dirinya lebih suka merhatiin jalan dari pada diajak ngobrol. Kalau kata orang overthinking, tapi enggak selalu buruk. Intinya cewek itu adalah tipe yang irit bicara pas lagi dalam perjalanan.

Terra melirik Andira berulang kali saat dia merasakan kalau makhluk di sampingnya kayak mayat hidup. Dia pikir Andira udah terbang ke alam mimpi, tahunya cewek itu anteng banget liatin jalanan.

"Lo enggak mau atur bluetooth?" Tanyanya menawarkan.

"Buat?"

"Dengerin lagu dari handphone lo."

"Emang boleh?"

"Emang siapa yang ngelarang?" Terra malah balik nanya.

Ada dua tipe orang di muka bumi, yang satu kalau ditanya langsung jawab dan satunya lagi yang kayak Terra, malah nanya balik. Dan tipe kedua ini yang minta di tonjok. Apa susahnya sih tinggal jawab 'iya' atau 'enggak' kan gampang.

Spontan Andira langsung mencubit gemas lengan Terra. "Niat nawarin enggak sih?"

Pria itu dengan jengkel bergerak menyingkirkan tangan nakal Andira "Tck. Sakit Andira. Ih tangan lo!"

Kalau ngomongnya dengan nada merajuk gini, Terra jadi keliatan kayak anak perawan yang di godain sama om om. Seketika image coolnya menghilang begitu saja.

Andira beralih mengutak atik Head Unit mobil Terra yang kelewat canggih. Dirinya asal pencet semua ikon yang ada dan berakhir di bikin panik sendiri gara-gara enggak bisa balik ke home. Cewek itu meringis sambil menoleh ke arah Terra minta pertolongan.

"Hehe, gue lupa yang modelan kayak gini, sori."

Pria itu menghela nafas lelah sambil berusaha menyingkirkan tangan Andira dari sana. Untuk kali ini dia melarang gadis itu untuk bermain-main dengan benda miliknya. Tapi bukannya menyingkir, tangan Andira justru menggenggam tangannya sambil menatapnya penuh selidik.

"Apa?" Tanyanya menoleh.

"Lo sakit?"

Andira memicing, meneliti raut wajah oknum tersebut dengan seksama. Bukan tanpa alasan, soalnya dia merasakan suhu yang berbeda saat menyentuh tangan Terra. Hangat, padahal di dalam sini suhunya di setel dingin banget.

Terragya | Lee Taeyong✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang