33. Rahasia (19)

137 17 7
                                    

33. Rahasia

Andira melenguh tertahan saat samar-samar suara Terra membangunkannya dari alam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andira melenguh tertahan saat samar-samar suara Terra membangunkannya dari alam mimpi. Kepalanya ia tolehkan dengan mata menyipit kecil mencari sosok tersebut di sebelahnya— kasur sebelah, namun nihil. Ia lantas terduduk dengan muka bantalnya mengedarkan pandangan dan menelisik sekitar.

Terra ada di teras kamar sambil bercengkerama ria yang kalau ia duga berasal dari panggilan suara. Andira enggak mau berpikiran sempit namun suara cewek yang menjadi teman ngobrol pria itu menyita perhatiannya.

Ia menguap lebar sambil mengusak rambutnya asal, diam-diam dibuat kepo dengan pembicaraan Terra di ujung sana.

Emang Terra punya temen cewek?

"Udah bangun?"

Andira menoleh kaget. "Udah telponannya?"

"Oh lo denger ya, sorry." Ujarnya lalu mengambil tempat di sisi kasur. Memperhatikan wajah cewek itu hingga terkekeh pelan karenanya. "Lucu banget sih. Ayo tidur lagi."

Ia berdecak. "Tadi siapa?"

"Siapa apanya?"

Terra mengambil selimut kemudian merebahkan dirinya pada kasur Andira lalu menarik gadis itu untuk rebahan bersama. Walaupun kasur twin bed ini terasa begitu sempit tapi justru hal itu yang bikin Terra makin betah berlama-lama rebahan dan meninggalkan kasur miliknya tanpa penghuni.

"Telfon sama siapa?"

Alisnya terngkat heran. "Kenapa?"

"Enggak papa." Ujarnya lantas memilih memejamkan mata.

Enggak semua yang Terra lakukan harus selalu ia ketahui begitu juga sebaliknya. Maka Andira tak perlu ambil pusing hanya karena masalah telponan.

Pelukan hangat dari Terra mampu membuat ia nyaman hingga tak sungkan menyembunyikan kepalanya pada dada bidang cowok itu. Sementara elusan pada rambut hingga punggungnya terasa, Terra berdeham kecil.

"Tadi Eno nelfon gue mulu. Berisik, jadi gue angkat."

Andira tanpa sadar mengangguk-angguk asal. "Kenapa enggak kesini aja?"

"Enggak mau ganggu elu."

Andira mendongak jengah. "Apasih alasannya." Ucapnya yang mengundang tawa pelan Terra.

"Tadi katanya mau ngajakin belanja nanti siang. Lo mau rebahan gini apa ikut belanja?"

"Belanja apa?"

"Oleh-oleh kali. Kayak baju, tas—"

"Mau!"

Terra mengangguk. "Yaudah mandi sana."

"Mager ah jauh."

Walaupun mereka kebagian kamar dengan kasur twin bed alias kamarnya lumayan besar, namun bukan berarti di lengkapi sama kamar mandi dalam. Itu dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal diluar batas wajar antara pria dan wanita dewasa seperti mereka.

Terragya | Lee Taeyong✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang