Congraduation (Jesslyn)

974 8 0
                                    

Sejak dulu Jesslyn memang dekat sekali dengan Hendri karena mereka berdua sudah menjadi teman seperjuangan sejak masuk kuliah. Ospek yang mendapat grup yang sama, fakultas dan jurusan yang sama, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk selalu mengambil kelas yang sama selama masa perkuliahan. Sebenarnya tak hanya berdua saja, Jesslyn dan Hendri memiliki circle kecil yang berisikan 6 orang namun Jesslyn dan Hendri merupakan teman yang paling dekat. Sering kali mereka digosipkan dekat dan berpacaran, namun mereka selalu menyanggahnya karena memang tak ada apapun di antara mereka. Jesslyn yang member JKT48 tak mungkin berpacaran untuk saat ini karena ia tak ingin merusak karir yang sudah susah payah ia bangun, sedangkan Hendri sendiri sudah memiliki seorang pacar yang telah bersama cukup lama.

"Akhirnyaaaaa!!" Teriak Jesslyn saat menyelesaikan seluruh rangkaian acara kelulusannya dari kampus.
"Luluuus, bebaaas!!" Teriak Hendri juga, circle mereka tengah beristirahat di dalam mobil Hendri yang berukuran cukup besar.
"Kerja anjir hahaha" balas Jason pada Hendri yang disambut gelak tawa teman-temannya.
"Udah ini mah, Jesslyn sama Hendri valorant 24/7!" Tambah Jessica, mereka kembali tertawa.
"Gak lah, Jesslyn masih jeketian kan… lu gak liat fans-fansnya ngasih barongsai tadi!" Ujar Jason menyangkal Jessica, teman-temannya membenarkan pernyataan Jason.
"Hahahaha gw masih nginjek rumput, masih jadi idol… liat Hendri aja beberapa bulan lagi pas kita kerumah dia juga udah lumutan nih anak!" Tambah Jesslyn meledek Hendri, mereka kembali tertawa terbahak.

Mereka berniat menuju kampus kembali, mengenang masa-masa perkuliahan mereka dan menikmati kampus untuk terakhir kali karena mungkin saja mereka tak akan pernah kesini lagi. 

"Seharusnya Jason gak usah ikut, dia juga minggu depan masih ada revisi" ledek Caca.
"Astaga Ca… revisi bisa online sekarang, biarin dulu kek gw bersenang senang" balas Jason.
"Lu apa yang dikenal Jes? Ke kampus aja jarang" ujar Hendri pada Jesslyn, Jesslyn tertawa dan menjawil sahabatnya itu.
"Yeee daripada lo kupu-kupu, gw yakin lu juga gak hapal bagian-bagian kampus" balas Jesslyn tak mau kalah.

Jason memberikan ide untuk berpencar, namun tak seorang diri. Ide ini datang karena mulai ada perdebatan diantara mereka tempat mana lagi yg harus dikunjungi. Jason, Caca dan Alya ingin mengunjungi plaza utama untuk berfoto dan mengunjungi pusat mahasiswa, sedangkan Jesslyn dan Hendri ingin mengunjungi perpustakaan, Jessica berpisah seorang diri ingin segera ke kantin baru nanti menyusul Jason. Akhirnya mereka berpisah, Jesslyn dan Hendri berjalan bersama menuju perpustakaan. Tak lama mereka sudah sampai di perpustakaan yang besar itu, Jesslyn dan Hendri tak menyangka bahwa perpustakaan itu menerima pengunjung meski saat ini kampus dan perkuliahaan sedang diliburkan. 

"Sepi banget Hen, gapapa ini?" Tanya Jesslyn pada Hendri ragu.
"Gapapa, itu ada yang lagi belajar juga" tunjuk Hendri ke arah seorang siswa tengah membaca sebuah buku.
"Oh iya… berarti tetep gak boleh berisik, kepojok aja deh" ujar Jesslyn kembali, Hendri mengangguk setuju.

Jesslyn dan Hendri berjalan menuju area pojok perpustakaan yang agak jauh kebelakang. Mereka mulai mengenang keseharian mereka di tempat ini, tempat mereka tertidur saat tak ada kelas, tempat mereka berdiam diri dan menghabiskan waktu saat tak ada yang bisa dilakukan. Circle mereka memang cukup sering berkumpul di perpustakaan, namun tempat ini memiliki lebih banyak kenangan bagi Jesslyn dan Hendri.

"Gw dulu sering tidur disebelah sini nih, pake buku hukum soalnya tebel-tebel" kata Hendri mencontohkannya di depan Jesslyn.
"Ya kan lu kalo tidur disini juga sama gw, gw sibuk latihan nari, lu tidur" balas Jesslyn pada Hendri.
"Haha bener juga… tapi lu juga suka turu!" Balas Hendri tak mau kalah.
"Kalo abis show, biasanya kurang tidur makanya turu" kata Jesslyn sambil duduk di samping Hendri.
"Abis show, sampe rumah mandi, trus langsung dota… ya jelas kurang tidur" cibir Hendri yang sudah tau kebiasaan Jesslyn tersebut.
"Yeee kan mainnya sama lo" balas Jesslyn cengengesan.

Jesslyn terkekeh melihat Hendri yang masih memperagakan ketika ia tertidur duduk saat mengerjakan tugas. Gadis itu ikut menyandarkan kepalanya, ia melipat kedua tangannya di atas meja sebagai bantalan untuk tidurnya. Ia kembali memperhatikan Hendri yang kini tengah menatap kosong ke arah perpustakaan.

"Selain main Valo, dc dan mungkin sesekali nongkrong bareng anak-anak… kita semua gak bakal sering ketemu lagi ya" kata Hendri tiba-tiba, kata-katanya membuat Jesslyn tersentak.
"Nanti gw kerja, lu jadi idol, Jason kerja, Jessica mungkin jadi artis juga kyak lo… Caca sama Alya mungkin nanti bakal punya suami, kita tau mereka dengan pacarnya udah sedeket apa" kata-kata Hendri membuat Jesslyn tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Kenangan-kenangan mereka bersama mulai berputar-putar di kepalanya, terkuak kembali segala ingatan bahagia, memori yang sedih maupun perjuangan mereka untuk dapat lulus bersamaan. 4 tahun mereka habiskan bersama, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari tak terpisahkan. Jesslyn terus memperhatikan Hendri, hatinya terasa semakin berat saat menatap wajah sahabatnya itu. Ia akan memiliki jarak yang pasti tercipta, jarak yang tak mungkin memendek karena jalan mereka yang akan semakin berbeda kedepannya. Meski tau bahwa mereka semua akan tetap bersahabat, namun ia juga tau bahwa mereka tak akan sedekat dulu.

"Jangan bikin gw baper ah!" Jesslyn menghentikan Hendri, namun pria itu justru menghela nafasnya panjang.

Jesslyn terus memperhatikan Hendri, pandangannya kini terkunci pada bibir Hendri yang sedikit terbuka. Entah darimana muncul dorongan pada Jesslyn untuk mengecup bibir Hendri, hal yang tak pernah Jesslyn pikirkan sebelumnya. Ia kembali memperhatikan bibir Hendri, ia semakin tergoda untuk menciumnya. 

"Cuph"

Bibir Jesslyn menyentuh bibir Hendri, ciuman lembut yang singkat. Hanya mempertemukan bibir mereka berdua, wajah Jesslyn hingga merah padam akibat kegilaannya sendiri. Jesslyn salah tingkah begitu pula Hendri, namun ia begitu senang sekarang. Jesslyn sangat ingin mencium Hendri, sebagai ucapan terima kasih, rasa syukur dan kebahagiaan yang selalu ia dapatkan dari teman-temannya, terutama Hendri.

"Lo ngapain?!" Hendri benar-benar terkejut, ia masih tak bisa menyadari kenyataan bahwa sahabatnya itu mencium dirinya.
"Gapapa, gw mau makasih sama lo tapi gw gak punya apa-apa saat ini…" balas Jesslyn, Hendri menggelengkan kepalanya berusaha meyakinkan dirinya kalau ini bukan mimpi.
"Lo suka sama gw?!" Tanya Hendri tiba-tiba, satu satunya hal paling logis yang ia bisa pikirkan saat ini adalah bahwa Jesslyn memendam perasaan padanya selama ini.
"Gak lah gila… gila lo ya" balas Jesslyn kesal.
"Lo yang gila, tiba tiba nyipok gw!" Balas Hendri yang tak menyangka mendengar jawaban Jesslyn.
"Ya kan gw bilang makasih… gw gak punya apa-apa lagi, kurang?" Tanya Jesslyn pada Hendri, pria itu semakin tak dapat berpikir lurus mendengar Jesslyn.
"Maksud gw… sejak kapan ciuman bisa jadi tanda terima kasih… makasih, tapi gila lo!" Hendri kembali menggelengkan kepalanya bingung.
"Menurut gw itupun masih kurang… boleh gak gw kasih yg lain sebagai tanda makasih dari gw, lo selalu jadi sahabat terbaik gw" Jesslyn kembali berkata pada Hendri, gadis itu mendekatkan duduknya pada Hendri.

Jesslyn memegang tangannya, ia menatap wajah Hendri lekat-lekat. Hendri terkejut, ia salah tingkah akibat keanehan Jesslyn. Hendri tak mampu menjawab, bahkan menatap balik pada Jesslyn saja ia tak berani. Jesslyn masih memegang tangan Hendri sambil menunggu jawaban dari pria itu. hendri terkejut dengan mata membelalak, bibirnya di kunci oleh Jesslyn. Ciuman yang cepat dari Jesslyn membuat Hendri tak tau harus berbuat apa, ciuman dari Jesslyn begitu dalam melumat bibir Hendri, bibir Jesslyn yang berwarna merah muda dan manis itu membuat kepala Hendri menjadi kosong. Jesslyn mencium Hendri dalam-dalam, tanpa lumatan maupun permainan yang terburu-buru. Hendri menikmati bibir Jesslyn yang manis karena lipgloss, namun juga terasa sedikit asin sehingga memberikan sensasi gurih baginya. Bibirnya empuk, kenyal dan nikmat membuat Hendri terus menikmati ciuman Jesslyn hingga ia menyadari bahwa nafas mereka habis. Hendri melepaskan ciumannya, membuat Jesslyn kembali membuka matanya. 

Selengkapnya ada di
https://karyakarsa.com/FrzBunny
https://sociabuzz.com/freeze_bunny/posts

One Shoot Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang