Kpm Parody (Gaby)

1K 9 1
                                    

"Take berikutnya scene untuk Vanessa dan para bully ya" sutradara memberi instruksi, para cast bersiap memasuki set yang berupa sebuah kelas.
"Roll.. action!" 

Para cast terlihat siap di posisi mereka dan mulai memainkan peran. 5 orang cast wanita dan 3 cast pria terlihat berkumpul di sebuah kelas. Mereka sedang bercengkrama sambil tertawa-tawa, kesombongan dan gaya yang menyebalkan terpancar dari diri mereka. 

"Kita pakai aja kacung kita si Erlin buat ngerjain pr" ucap Vanessa yang diperankan Gaby, teman-temannya menyambutnya dengan anggukan setuju.
"Kalo gak nurut, gampar!" Balas Sonya pada Vanessa.
"Apalagi si Dini yang sok pahlawan itu.. siksa aja biar kapok" sambung Nara.
"Gw gak suka liat wajah sok cantiknya dia ya, mentang-mentang menang lomba nari.." cemooh Lisbeth yang dibalas oleh ungkapan setuju dari teman-temannya.

Sedang para gadis tengah bergossip, para pria sibuk bermain dengan handphone mereka. Mereka bertiga memainkan game online bersama-sama. Mereka semua asik dengan kegiatan mereka sampai Erlin dan Dini masuk ke dalam kelas, Erlin terlihat membawa banyak kantong plastik di tangannya sedangkan Dini yang diperankan Azizi membawa tas mereka. Kelompok bully itu langsung menoleh ke arah mereka berdua yang baru datang, dengan tatapan bengis mereka membentak keduanya.

"Lama banget sih! Gak tau kita udah laper?!" Bentak Sonya yang membuat Dini dan Erlin menunduk takut.
"Goblok lo ya! Tas gw berantakan anjing!" Vanessa menghampiri Dini dengan wajah marah, ia segera merebut tas miliknya dari Dini.
"Aaah bangsaat make up gw berantakan!"
"Tumpah dong parfum gw, mascara gw juga lumer.. Sengaja lo?!" Vanessa menarik kerah seragam Azizi dengan geram.

Ketiga pria hanya menyaksikan para gadis itu membully Dini dan Erlin, buat mereka hal ini adalah tontonan yang sangat menarik. Vanessa dan teman-temannya meminta Erlin untuk keluar dan diam soal hal ini, sementara kini Dini yang akan menjadi sasaran bully mereka. Nara dan Lisbeth memegang kedua tangan Dini sedangkan Sonya dan Vanessa berkacak pinggang dengan marah ke arah Dini.

"Lo ngerusak make up gw yang gak bakal mampu lo ganti dengan gaji bokap lu setahun!" Vanessa kembali membentak Dini.
"Ma.. maaf" Dini hanya mampu meminta maaf dengan suara pelan dan wajah memelas.
"Maaf gak bikin parfum Vanessa utuh lagi bangsat!" Sonya menampar pipi Dini, Dini mengaduh kesakitan.
"Emang hobby lo di gampar ya?!" Vanessa ikut menampar Dini pada pipi satunya.
"Sok cantik lo bangsat!" Bentak Lisbeth dari samping Dini.
"Kita apain nih?!" Kata Vanessa pada teman-temannya yang mulai tertawa senang.

Sonya membisikan sesuatu pada Vanessa alias Gaby. Vanessa tersenyum jahat dan terlihat begitu senang mendengar ide dari Sonya. Kedua temannya juga diberi tahu soal ide tersebut dan mengangguk setuju. Sonya segera mengambil gunting dari dalam tasnya dan memberikannya pada Vanessa.

"Jangan Vanessa… rambut aku udah pendek karena kalian potong, please Vanessa!" Dini mulai memohon, namun Vanessa tak menghiraukannya.

Gunting tersebut semakin mendekati Dini, membuat gadis itu meronta-ronta.

"Vanessa, please jangan!" Dini begitu ketakutan dan membayangkan nasib rambutnya yang akan semakin jelek setelah menerima bully dari mereka.
"Siapa yang mau motong rambut lo tolol! Diem!" Sonya membentak dan menampar kembali pipi Dini.
"Kalian mau apa?!" Dini semakin ketakutan dan kebingungan.

Gunting itu mulai merobek sweater merah yang Dini kenakan, ketiga pria yang sejak tadi menonton mereka mulai terkejut dan terbengong melihatnya. Kini seragam sekolah mulai terlihat dari balik sweater Dini, keempat gadis itu tertawa dengan senang melihat Dini yang meronta. Ketiga pria tersebut tak menyadari bahwa Dini memiliki tubuh yang menggoda, mereka semakin kesetanan melihat apa yang Vanessa dan Sonya lakukan setelahnya. Dengan susah payah dan penuh tamparan, Sonya dan Vanessa mulai menelanjangi Dini di tengah kelas yang sudah sepi, untungnya sekolah sudah dalam jam pulang dan ekskul sehingga perbuatan mereka tidak akan ketahuan. Dini menangis meski mulutnya di bekap oleh Nara, Dini begitu malu dan merasa harga dirinya hancur. Payudara bulatnya menjadi santapan mata liar ketiga orang lelaki disana, mereka sudah tak tahan dengan penis yang mengacung tegak di balik celana. Vagina Dini yang berusaha di tutup dengan paha serapat mungkin juga membuat liur mereka ingin menetes.

"Beha dan celana dalam lo kita sita, sekarang lo ikut kita keliling sekolah!" Ujar Sonya setelah memakaikan kembali seragam Dini tanpa pakaian dalam.
"Waaah semriwing!" Teriak Nara meledek Dini.
"Ayo Vanessa, ngapain lu" panggil Lisbeth yang sudah tak sabar mengarak Dini yang memakai seragam tanpa dalaman tersebut.
"Aduh gw pengen ikut tapi tas gw berantakan banget… kalian aja deh ya, gw rapiin tas dulu" ujar Vanessa pada Lisbeth.
"Yaudah, entar lo nonton dari video aja deh ya Dini jadi tontonan eksib siswa siswa sini hahahaha" tambah Nara pada Vanessa, gadis itu mengangguk pada teman-temannya yang mulai meninggalkan mereka.

Vanessa mulai merapikan tasnya, untung baginya bahwa ketiga pria itu menemaninya di dalam kelas. Vanessa begitu sibuk merapikan tas miliknya tanpa memperdulikan ketiga pria itu.

"Ini aja.. kalo Dini kita bisa dihajar Sonya" ujar Nino pada Dodit kekasih Sonya.
"Iya Dod, kalo Vanessa gw yakin pasti diem" tambah Rommy pada Dodit.
"Dia juga suka sama lo kan sebenernya Dod, udah hajar aja" tambah Nino kembali.

Dodit sebagai kepala dari para pria, mulai tergoda dengan hasutan mereka apalagi setelah melihat tubuh menggiurkan milik Dini. Dodit mulai bangkit dari duduknya dan diikuti oleh ketiga temannya itu, Vanessa yang merasa mereka bangkit dari duduknya mulai melirik pada mereka.

"Mau kemana?" Tanya Vanessa bingung.

Ketiga pria itu diam tak menjawab, mereka mulai mendekati Vanessa yang sedang duduk di bangku merapikan tas miliknya. 

"Gas!" Bisik Nino yang nampaknya paling nafsu saat ini.

Dapat dibaca lengkapnya di 2 platform ini

https://sociabuzz.com/freeze_bunny/tribe
https://karyakarsa.com/FrzBunny

One Shoot Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang