Faasto (Gita)

1.4K 10 2
                                    

Sebenarnya aku selalu menolak dan merasa tak enak bila Dey, kekasihku mengajakku untuk main ke kostnya. Bukan karena apa-apa, tetapi kostnya itu tak ia tinggali seorang diri saja. Dey kost bersama 3 orang temannya yang juga adalah anggota dari JKT48 seperti dirinya, ketiga orang temannya itu adalah Muthe, Gita, dan Eli. Lama kelamaan, aku jadi terbiasa untuk main ke kost Dey karena ternyata ketiga temannya asik dan santai, aku merasa nyaman dan mereka juga senang akan kehadiranku.

"Loh kamu belom sampe?" Tanyaku pada Dey, kekasihku.
"Iya maaf, aku ternyata harus latihan untuk offair besok… gapapa ya?" Ujar Dey padaku meminta maaf.
"Iya, pulang jam berapa? Aku jemput?" Tanyaku kembali padanya.
"Jam 11… kamu mau pulang gapapa bi" jawabnya padaku, ia terdengar begitu tidak enak padaku.
"Aku tunggu aja deh, udah terlanjur sampe… paling nanti ketemu kamu bentar trus aku pulang" kataku padanya, Dey mengiyakan lalu menutup teleponnya.

Meski sedikit bete, namun mau tak mau aku mengiyakan dan mencoba mengerti dengannya. Sudah seharusnya aku mengerti karena pekerjaannya sebagai artis tersebut. Aku memasuki kamar kost Dey dengan kunci cadangan yg ia berikan padaku, aku berniat untuk tidur di kamar Dey sambil menunggu kekasihku itu pulang. Saat memasuki kamar, aku begitu terkejut karena di dalam kos Dey yang besar itu ternyata ada orang. Gita juga begitu terkejut karena aku memasuki kamar kos tersebut.

"Eeeh!" Gita terkejut, ia langsung berlari menuju kamar tidurnya sendiri.

Aku berusaha mengumpulkan kesadaran setelah keterkejutanku tadi, bagaimana aku tidak terkejut kalau yang pertama kali aku lihat ketika membuka pintu adalah tubuh telanjang seorang gadis. Gita telanjang bulat sambil memegang handuk dan pakaian dalam di tangannya, bahkan saat ia lari, ia tanpa sengaja menjatuhkan celana dalamnya yang berwarna putih dengan renda. Aku berjalan ke arah pakaian dalam Gita yang terjatuh, namun saat aku baru mendekati benda itu, Gita sudah keluar dari kamar memakai dress tidur yang panjang selutut. Gita terlihat setengah berlari mendahuluiku untuk mengambil pakaian dalamnya, wajahnya merah padam saat melihatku mendekati pakaian dalamnya.

"Eeh maaf Git" ujarku tak enak karena asal masuk.
"Gapapa kak!" Balas Gita namun ia kembali berlari menuju ke dalam kamarnya.

Aku yang awalnya berniat menuju kamar Dey untuk tidur, mengurungkan niat tersebut dan kini duduk di ruang tv. Aku tak enak dengan Gita karena masuk ke dalam kamar Dey sehingga aku memilih untuk duduk di ruang tv saja, aku menyalakan tv sambil mengeluarkan cemilan yang awalnya sengaja aku bawa untuk ku makan dengan Dey. Gita tak kunjung keluar dari kamarnya, aku pun telah terhanyut ke dalam acara tv yang kutonton.

"Aus…" gumamku sambil bangkit dari sofa.

Aku menuju ke dapur untuk mengambil air minum di dispenser, namun suara dari kamar Gita mengalihkan perhatianku. Seperti suara musik yang aku tak mengerti artinya berputar disana, nampaknya Gita sedang mengerjakan sesuatu di kamarnya sambil mendengarkan musik. Aku kembali acuh dengan Gita dan mengambil minum. Tetapi sekembalinya aku ke sofa, kamar Gita kembali membuatku melirik ke arah sana. Aku jadi kembali teringat oleh pemandangan indah nan langka yang tadi ku lihat, tubuh Gita yang tak terbalut sehelai benangpun mulai terbayang di kepalaku. Gita yang semakin hari semakin cantik memiliki tubuh yang proporsional dan menunjang kecantikan wajahnya, meski bukan tubuh yang berbentuk seksi atau molek namun tubuh kurus berdada kecilnya itu sangat indah menambah keindahan dirinya.

“Hmm..” sedikit terkejut, namun bagaikan aku telah mengirimkan sinyal telepati, Gita keluar dari kamar.
“Git…” panggilku pada Gita, gadis itu terkejut karena aku memanggil namanya.

Ia salah tingkah dan bergerak cepat menuju dapur, ia membuka kulkas dan terlihat sibuk disana. Mungkin dia lapar atau haus, aku tak terlalu memperdulikan hal itu namun masih memperhatikannya. Gita akhirnya membalik badannya ke arahku, meski dengan kepala tertunduk namun ia berjalan mendekatiku.

“Ini kak… maaf aku lupa” Gita menyodorkan minuman teh instan dan sebuah makanan ringan kue diputar, dijilat, dicelupin.
“Eeh gak usah Git gapapa, aku juga udah beli jajanan ini” balasku padanya, Gita mengangguk dan berniat segera meninggalkanku.
“Mau gak Git? Aku beli banyak kok” aku menawarkan makanan ringan dan coklat padanya, Gita menggeleng dan menolak.

Gita kembali berjalan menuju kamarnya, namun aku mencoba menghentikan dirinya. Aku ingin meminta maaf soal kecerobohanku tadi, apalagi yang kulakukan cukup fatal dan mungkin membuatnya malu. Aku bangkit dari sofa dan langsung menangkap tangan Gita yang bergerak cepat, entah kesalahan siapa, apakah tanganku yang terlalu kencang menarik dirinya atau Gita yang bergerak terlalu cepat namun hal itu membuat kami berdua jatuh. Aku menahan tubuhku dengan tangan kiri sehingga tak sampai tersungkur di lantai, namun Gita yang oleng akibat pijakannya yang salah jadi terjatuh ke belakang dan menindih tangan kiriku.

“Eeeh maaf kak!” ujar Gita yang langsung bangkit.
“Aduh aduh, gapapa… gak sakit kok” balasku pada Gita sambil memegang tangan kiriku, aku ikut bangkit dan kini telah berdiri saling berhadapan.

Ada di Karyakarsa & Sociabuzz seperti biasa.
Begitu lah.

One Shoot Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang