Bali I'm in love (Eli)

1.2K 15 0
                                    

Liburan bersama mantan kekasih, apa yang terbayang ketika mendengar hal itu?

Senang?

Nostalgia?

CLBK?

Ya itulah yang awalnya ku kira akan terjadi, ku pikir akan ada waktu bagi kami berdua untuk memperbaiki hubungan. Sejak sebelum berangkat, aku telah memikirkan banyak skenario yang mungkin terjadi diantara kami berdua. Aku membayangkan ketika semesta mengatur rencana besar yang menjadikan kami kembali dekat, momen berdua yang merajut kembali tali kasih yang sempat terputus antara kami.

"Gw perhatiin dari kemaren kyaknya lu resah banget?" tanya Novo padaku, kecurigaannya sangat tepat sasaran.

"Gak, gapapa..." balasku pada Novo, aku mencoba mengalihkan pandanganku agar pria itu tak curiga.

Sejak kedatangan kami ke pulau Dewata ini, aku sudah mencoba berbagai cara untuk dapat memiliki waktu bersama Eli. Sudah berkali-kali aku mencoba namun kesempatan itu tak kunjung datang, seakan tak ada restu dari semesta untuk diriku dapat mendekati Eli. Selalu saja pekerjaanku sebagai staff langsung menghalangiku yang sedang mendapat celah untuk memiliki waktu bersama Eli. Seperti ketika kami baru tiba di Bali, aku harus mengantar beberapa member yang meminta untuk berkeliling dengan berjalan kaki. Lalu saat aku mendapatkan kesempatan untuk menemui Eli di pantai, member lain memintaku bantuanku untuk merekamnya menjadi video instastory. Saat di beach club pun, Eli yang selalu ditemani oleh Muthe dan Gita sama sekali tak memiliki waktu sendiri. Terus begitu sampai kami hampir tiba di hari terakhir. Aku pikir, saat para member mendapatkan waktu bebas seperti ini lah aku dapat menemui Eli.

"Eli mana?" tanyaku pada Muthe dan Gita yang sedang asik memilih marshmallow.

"Eh, gak tau kak..." balas mereka padaku.

"Oke, makasih ya" sambungku lalu meninggalkan mereka.

Aku menuju ke tempat member-member lain yang sedang duduk menikmati jajanan manis mereka. Ada yang sedang makan es krim, ada yang sedang makan yogurt, ada juga yang sedang meminum melted chocolate. Aku tak tertarik dengan makanan manis ini, aku harus mendapatkan momen dan kesempatanku di pulau Dewata penuh cinta ini bersama Eli. Ya, memang aku masih memiliki perasaan cinta dengan Eli, apalagi karena hubungan kami yang terputus tanpa kejelasan. Kami harus mengakhiri hubungan cinta kami karena perubahan konsep dan manajerial pada JKT48. Kami yang memang sudah diketahui memiliki hubungan spesial, dipaksa untuk berpisah atau harus ada yang keluar diantara kami berdua. Terdengar kejam, namun seperti itulah sulitnya bila seorang staff Idol Group memiliki pacar seorang Idol yang terikat dengan golden rules.

"Dhey, Eli mana ya?" tanyaku pada Dhey, gadis itu membalasku dengan menggelengkan kepalanya pelan.

Kembali nihil, aku harus kembali memutar otakku untuk mencari Eli. aku mulai menanyai para member satu persatu, dengan alasan profesional. Aku berpura-pura sedang mengawasi dan menghitung jumlah member untuk menanyakan keberadaan Eli, sayangnya tak ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan Eli. Sampai lah aku bertemu dengan Ashel yang nampaknya ingin mengatakan sesuatu padaku namun ia tahan. Sejak tadi ia memperhatikanku yang tengah berkeliling mencari keberadaan Eli.

"Kak..." panggilnya padaku.

"Iya Shel?" tanyaku padanya, meski aku sudah mencurigai kalau ia tau tentang keberadaan Eli.

"Nyari ceu Eli ya?" tanyanya padaku, aku mengangguk padanya.

"Itu.. ceu Eli badannya sakit semua katanya, jadi dia stay di hotel." kata Ashel menjelaskan padaku.

"Tapi dia bilang gak boleh bilang-bilang karena takut jadi harus test dan nyusahin yang lain... tapi aku liat kakak jadi kesusahan makanya aku harus kasih tau kakak" tambah Ashel. Aku mengangguk mengerti dengan penjelasannya itu.

"Oke Shel, makasih ya. Aku hubungin staff lain deh buat ngasih Eli obat-obatan" balasku padaku.

"Jangan bilang aku yang kasih tau ya kak... please..." tambahnya lagi.

Aku meninggalkan Ashel dan langsung menuju road manager JKT48 untuk meminta izin. Aku berbohong untuk meminta izin menuju rombongan member yang tengah membeli oleh-oleh. Dengan cepat ia menyetujui, membuatku langsung bergegas pergi dari tempat ini. Sesampai di jalan yang cukup jauh dan sepi, aku memesan mobil online untuk mengantarku kembali ke hotel.

"Kamu sakit?" pikirku dalam hati, aku khawatir.

"Cepet kek..." tambahku juga di dalam hati, aku ingin segera bertemu dengannya dan melihat kondisinya.

Hanya memakan waktu beberapa menit saja sampai aku tiba di hotel. Setelah menunjukan kartu akses pengunjung pada security dan customer service, aku langsung menaiki lift menuju kamar. Aku mengingat ingat nomor kamar Eli. menyusuri lorong secara perlahan sambil mengingat nomor kamarnya.

"411? Kyaknya 411 deh dia..." ujarku saat tiba di depan kamar 411.

Tok tok tok

Aku mulai mengetuk pintu kamar itu, beberapa saat aku menunggu namun tak kunjung ada jawaban dari dalam.

Tok tok tok

Kembali aku mencoba mengetuk untuk menandakan kedatanganku, namun Eli tak keluar juga.

"Apa salah kamar ya?" pikirku, meski aku yakin bahwa kamar Eli adalah kamar 411.

Tok tok tok

Percobaan ketigaku juga nihil, membuatku menyerah dan mencoba mencari di kamar lain. Tetapi baru satu langkah aku menjauh dari kamar 411, gagang pintu kamar tersebut bergerak. Pintu kamar itu terbuka perlahan dan seorang wanita mengintip dari dalamnya.

"Loh... kamu? Ngapain disini?" ujar gadis bernama Eli tersebut padaku.

"Kamu bukannya harus jagain rombongan?" tanyanya kembali padaku, padaku yang masih tak bergerak karena melihat Eli dari dekat.

"Eh iya... aku..." aku bingung harus menjawab apa, haruskah berbohong atau jujur padanya.

"Kok kamu tau aku di kamar?" satu pertanyaan lagi terlontar dari mulut Eli, membuatku semakin bingung menjawabnya.

Eli mengajakku untuk masuk terlebih dahulu. Aku menurut dan memasuki kamar, gadis itu kemudian mengunci pintu kamarnya. Kaki jenjang Eli melangkah mendekat ke arahku, tubuh kurus langsingnya perlahan turun dan duduk di kasur di depanku. Setelah duduk ia sedikit menarik ujung celana pendeknya untuk merapikannya, begitu juga dengan crop top hijaunya yang ia tarik sedikit kebawah. Kemeja putih panjangnya ia tutup sedikit untuk menutupi perut dan pundaknya yang terlihat jelas. Kecanggungan terjadi diantara kami berdua, hanya saling tatap kemudian membuang pandangan, lalu kembali mencuri tatap dan kembali membuang pandangan. Tak ada kata-kata yang mampu ku keluarkan dan tak ada pula kata-kata yang Eli ucapkan.

"Oh iya, sakit apa kamu?" tanyaku pada Eli, setelah aku ingat apa yang Ashel ucapkan di tempat es krim tadi.
"Sakit? Tau dari mana?" tanya Eli padaku.

"Ada yang bilang tadi, tapi dia gak mau disebut namanya." balasku jujur.

"Oh, Ashel? Pasti Ashel..." balas Eli lagi sambil terkekeh kecil.

"Haha, bukan aku yang bilang ya pokoknya..." balasku pada Eli.

Gadis itu bangun dari duduknya dan menuju sudut ruangan, ia mengambil dua buah botol air dan menyerahkan satu botolnya padaku. Aku menerima botol air mineral tersebut dan meletakkannya di samping kasur.

"Sebenernya cuma kecapean aja, trus ngerasa leher aku lumayan sakit." jelasnya sambil menyentuh leher jenjangnya itu, leher yang membuatku sedikit menelan ludah saat melihatnya.

"Oh gitu ya, gapapa tapi kan?" tanyaku sekali lagi memastikan padanya.

"Iya gapapa kok..." balasnya padaku.

Percakapan singkat itu berhenti disitu, berakhir dan tak ada lanjutannya. Kecanggungan kembali terjadi, wajar terjadi antara dua orang yang pernah memiliki kisah spesial dan tiba-tiba harus bersikap profesional seperti tak terjadi apa-apa diantara mereka. Nampaknya usahaku gagal, nampaknya juga tak ada lagi jalan untuk kami bisa kembali. Mungkin, aku harus menunggu sampai Eli menanggalkan statusnya sebagai member untuk mencoba mengharapkannya kembali. Entah sampai kapan itu terjadi.

"Yaudah kalau gitu aku balik ke rombongan deh, takut mas Tetty nyari" kataku padanya sambil bangkit dari dudukku.

selengkapnya hanya di https://karyakarsa.com/FreezeBunny

One Shoot Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang