Delapan

514 35 1
                                    

05.00 pagi

Seperti biasa pagi pagi buta aku sudah siap dengan seragam sekolah ku, aku memakai seragam putih dengan rok abu abu diatas lutut, rambut yang ku ikat agak sedikit berantakan karena rasa malas untuk merapihkan rambut sedang menghampiriku, hari ini aku tidak menggunakan mantel seperti kemarin, melainkan menggunakan oversized sweater berwarna krim yang menenggelamkan badan mungilku. Aku segera menghampiri Marcell yang sudah menungguku didepan rumah dan untuk kesekian kalinya aku mengabaikan sarapan yang sudah disuguhkan oleh bibi, Marcell hari ini menggunakan hoodie abu abu yang senada dengan celana seragam sekolah kami, tidak heran hampir semua wanita disekolah menginginkan Marcell menjadi kekasihnya bagaimana tidak jika hanya dengan menggunakan hoodie saja rasanya kadar ketampanan milikinya saja sudah bertambah.

"Selamat pagi tan tan ku jelek" sapanya membuyarkan lamunanku.

"Selamat pagi juga Marcell bawel, wlee" jawabku kesal karena memanggilku dengan panggilan jelek.

"Tumben masih bisa senyum, udah buka ig belom?" tanyanya yang membuatku segera mengambil ponsel dan membuka aplikasi masa kini instagram.

Ratusan notifikasi masuk kedalam akun instagramku mulai dari ucapan selamat dari anak anak satu sekolah ku sampai orang yang tidak aku kenal sama sekali, jelas aku bingung ternyata makhluk menyebalkan didepanku ini memposting gambar kami berdua di timezone kemarin. Sejauh yang kulihat tidak ada yang aneh sampai akhirnya tatapanku jatuh pada caption foto itu.

'❤️'

"Marcell lo gila apa gimana sih ko bisa bisanya upload foto sama gue pake caption emot hati gitu, nanti orang makin mikir yang enggak enggak Marcell" kataku kesal sambil memukul pelan badannya yang kemudian berhasil ia tahan dengan kedua tanganya sampai akhirnya tatapan mata kami bertemu, aku yakin saat ini dia pasti melihat betapa merah dan kagetnya aku atas kejadian ini.

"Tujuan gue itu Tania supaya semuanya jelas orang orang taunya kita ada hubungan, jadi mulai sekarang mereka udah gaada yang berani gangguin lo" aku masih terdiam.

"Percaya sama gue semuanya aman selagi lo disamping gue"  ia menangkup kedua pipiku yang memerah.

"Yaudah kita berangkat sekarang sebelum pipi lo ini makin merah" tambahnya yang kemudian mengaitkan pengait helmku.

"Hari ini kemana?" tanyaku dengan nada yang sedikit keras berusaha mengalahkan suara angin yang tercipta karena kecepatan motor ini.

"Liat aja, lo bakal seneng" jawabnya samar samar terdengar olehku.

Langit masih gelap lagipula siapa yang sudah melakukan aktivitas luar ruangan sepagi ini, tidak ada. Terbukti jalanan saja masih sepi tak berpenghuni oleh sebab itu Marcell menambah kecepatan motor yang ia bawa, kondisi jantungku? Sudah biasa, dan akan mulai terbiasa sepertinya. Awalnya aku berfikir manusia menyebalkan yang sedang bersamaku ini akan membawa malapetaka yang besar untukku namun ternyata salah ia banyak membawa kejutan, seperti saat ini.

Tidak pernah terlintas sedikitpun di fikiranku akan kemana kita sepagi ini akankan ia membawaku ke lokasi paling memalukan seperti monas dan bundaran HI beberapa waktu yang lalu?

Ataukah ia akan membawaku ke tempat yang tidak pernah ku sangka seperti kebun raya bogor, tempat wisata umum yang harusnya ramai tapi ia mampu membawaku kesana disaat yang sepi. Rasanya seperti sebuah ketidakmungkinan tapi ia bisa membuktikanya padaku 'hal yang indah itu didapetin harus butuh usaha tan, banyak cara gue lakuin supaya gue bisa bawa lo kesini. Happy ya'

Akhirnya kami tiba di sebuah kebun yang gelap tak ada penerangan sama sekali kecuali dari pinggiran rumah tinggal yang agak jauh dari tempat kami berdiri dimana kami sebenarnya, kali ini ia membawaku kemana?

"Mau foto tema apa cel sampe bawa gue ketempat gelap kaya gini?" tanyaku bingung, ia tertawa  sembari mengacak pelan rambutku.

"Gue gamau jadiin lo objek foto sekarang, gue cuman mau lo liat ini" kemudian ia meraih tanganku dan menuntunya mendekat ke arah batang kecil di kebun ini lalu dibawah tumpuan tanganya yang hangat ia menggoyangkan batang itu.

Kunang-Kunang.

Kukira hanya ada dicerita fiksi, film ftv romantis, atau bahkan sinetron luar negeri aku bisa melihat kunang kunang ini, nyatanya Marcell bisa membuatku melihat hal yang sebelumnya kukira tidak akan pernah terjadi. Kunang kunang berkilauan diatas langit membantu menerangi pagi yang gelap ini, beterbangan bersama.

Aku segera melakukan hal yang sama seperti Marcell ajarkan tadi, menggerakan semua batang yang ada agar kunang kunang itu bisa membuat langit menjadi indah karena bersama. Ternyata kalimat yang selalu aku dengar bahwa 'kunang kunang itu indah' benar adanya hari ini semesta membutikanya padaku melalui Marcell.

"Bagus banget" ucapku pelan karena masih mengagumi indahnya kunang kunang ini

"Seneng?" tanyanya yang segera ku jawab dengan anggukan kepala

"Mereka gak akan mau terbang kalo udah terang, gak akan keliatan." jelasnya

"Biasanya kunang kunang ini lebih keren, hari ini kurang terang" tambahnya

"Segini aja udah bagus banget, Cell" balasku masih tak bisa beralih.

"Kunang kunangnya malu, cantiknya kalah gara gara Tania" aku hanya tertawa mendengarnya.

"Kunang kunang, sejak kapan ya manusia bawel disampingku ini bisa gombal?" kataku menggoda.

"Sejak mengenalmu"

"Marcell ih, tuhkan kunang kunangnya pergi gara gara gombalan receh lo itu" kataku kesal

"Kali ini serius" ucapnya sembari memegang kedua bahuku dan menuntunku untuk menatapnya.

"Mereka pergi katanya supaya lo kesini lagi" tambahnya.

"Sejak kapan kunang kunang bisa bicara?" tanyaku

"Sama gue" balasnya

"Maksudnya?"

"Lo cuman boleh kesini kalo sama gue, kalo bareng yang lain kunang kunangnya gamau dateng"

"Kalo gitu lo harus bareng sama gue terus cell, karena gue mau kesini terus tiap hari."

"Asal lo seneng gue usahain."

Kalian tau apa yang lebih indah dari melihat kunang di pagi hari? Kenyataan bahwa Marcell tidak pernah membawa siapapun kesini karena ini adalah tempat bersejarah baginya.

almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang