Enambelas

521 33 2
                                    

09.00 pagi

Kring!!!!

Dalam keadaan setengah sadar aku mencari letak iphoneku dan mengangkatnya.

"Haloo apaan sih cell? Gue masih ngantuk tau" kataku

"Mandiii deh. Kita jalan yoo" ajaknya

"Gak ah maless"

"1 jam lagi gue kesanaa" katanya

Ada apa dengan Marcell saat ini? Dia agak sedikit berbeda, dari nada bicaranya dia seperti sedang menyesali sesuatu.
Setelah pembicaraan singkat ditelpon tadi, aku berjalan malas menuju kamar mandi.

"Ni anak pagi pagi udah bangunin gue untung aja tuh anak cakep. Dia mah gamikir kalau gue masih deg degan abis dipeluk ama dia. " kataku kesal sambil menghadap kaca westafel. Berhubung aku masih belum terlalu normal sehingga aku lupa memutuskan sambungan telepon. Dan itu berarti marcell mendengar perkataanku.
Aku sudah tidak bisa apa apa lagi. Selain pasrah.

10.30 pagi

Aku sudah siap. Memakai baju dress diatas lutut tanpa lengan, tas yg hampir sama dengan warna bajuku,topi hitam,dan membawa jaket.
Marcell belum datang juga, padahal aku sudah menunggunya.

15 menit

Aku sudah berada didalam mobil milik Marcell. Dia memakain baju kaos panjang, kemeja kotak kotak yg diikat dipinggang. Celana jeans panjang dan sepatu berwarna coklat.

"Jangan ngambek keles" katanya memecahkan suasana yg akward banget.

"Lagian. Gue tunggu lo dari tadi cell. Lo malah telat" kataku yg sama sekali tidak menatap kearahnya

"Ciah, jadi lo nungguin gue? "

"Bukan gitu. Kalau gue tau jemputnya lama kan gue gak mandi dulu" kataku.

'Shit! Kenapa gue bahas tentang mandi? Entar dia malah nanya yg gue omongin tadi?'kataku dalam hati

"Oh iya, tadi lo ngomong apaan waktu di wc?"
"Hah? Ngomong apaan?" tanyaku sok polos

"Elu. Sok suci banget. " katanya.

Setelah Marcell meledeku, seketika itu terjadi akward moment. Sepi, kaku. Sampai sampai aku tak sadar jika aku tertidur.

13.45 siang

"Tan bangun. Udah nyampe." katanya yg terdengar samar samar ditelingaku. Aku membuka mata namun yg aku liat hanya hitammmm.

"Marcell!! Mata gue kenapa?" kataku panik

"Kenapa? Keren gak?" tanyanya

"Gue gak liat apa apa" kataku sambil menangis

"Kenapa nangis tan?"

"Gue buta yah cell"

"Coba lo merem terus buka mata lo waktu gue bilang Buka tapi pelan pelan." tuntunya yg aku ikuti

"Satu
Dua
Tiga, Buka" katanya.

Aku membuka mataku dan aku merasa hangat. Iya, untuk kedua kalinya Marcell memeluku dari belakang. Aku berada di pinggir pantai. Yg sangat indahh, aku hanya bisa memejamkan mata menikmati keindahan alam yang luar biasa. Di pantai ini hanya ada aku dan Marcell. Marcell berbisik

"Nikmatin aj tiap detiknya Tan" kataMarcell lembut.

Aku hanya bisa mendengar detak jantungnya yg berdetak kencang. Rambutku yg tertiup angin. Aku mulai menikmati tiap detiknya,aku yakin saat ini bahwa aku sangat menyayanginya, aku mulai takut kehilanganya, dan Marcell dialah yg bisa membuka pintu hati yg selama ini tertutup rapat.

15 menit ...

Kringg!!!! Kringg!!! nada dering telepon Marcell berbunyi, membuyarkan semuanya.

Marcell mengangkat teleponya dan menjauh dariku. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi aku tidak perduli. Aku masih menatap pantai, dan meningat semua, hampir 7 hari aku dan Marcell bersama, namun secepat inikah aku jatuh hati padanya? Apakah dengan 7 hari aku bisa melupakan cinta yg selama 10 tahun aku pertahankan?

"Ngelamunin apaan sih lo?" tanya Marcell

"Gak. Gue suka aja tempat ini. " kataku tersenyum

"Kita ke pinggir pantai yo. Masa mau di dermaga mulu" katanya dan membawaku ke pinggir pantai.

Tikar besar,beberapa makanan dan sepertinya ini sudah Marcell persiapkan. piknik dibawah pohon yg rindang. Hanya berdua dengan Marcell.


almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang