Sembilan

436 40 1
                                    

Seusai melihat kunang kunang dan mendengar pengakuan bahwa Marcell belum pernah membawa siapapun selain aku ke tempat tadi yang berhasil membuat ku bertanya memangnya kenapa?

"Waktu kecil gue sering banget naik sepeda kesini karena kebetulan tempat ini masih daerah rumah gue. Kalo gue ada masalah dirumah gue pasti bakalan kesini duduk disini, ditempat sekarang lo berdiri dan teriak sekenceng kencengnya gak perduli orang lain akan marah gak terima keganggu teriakan gue karena gue emang selalu kesini tiap kapanpun gue butuh tempat" aku terdiam memberinya ruang untuk terus melanjutkan ceritanya yang aku yakin belum usai.

"Sampai suatu hari gue kesini malem malem gelap gulita gara gara gue diomelin sama nyokap gue karena gue abis bikin celana temen gue robek dan masuk ke got disekolah, brutal gak sih gue?" aku tertawa dan mengangguk.

"Gue nangis karena nyokap gue marahin gue tanpa tahu kejadian sebenarnya kenapa sampe anak itu gue sobekin celananya, bahkan sangking keselnya gue patahin satu batang yang ada disini tapi gue kaget dan langsung berhenti nangis setelah liat apa yang keluar dari patahan batang tadi. Karena waktu itu pertama kali dalam seumur hidup gue liat binatang secantik itu."

"Terus kenapa gak pernah ajak siapa siapa kesini?" tanyaku sambil menatapnya

"Gue gak mau orang lain tau tempat persembunyian ternyaman gue."

"Jadi ini tempat persembunyian? Yah gue jadi tau dong sekarang tempat rahasia lo"

"Kalo yang tau lo, gak masalah."

"Kenapa?"

"Karena ini dunia gue, lo harus tau"

Sekarang aku mengerti satu hal bahwa lelaki yang sedang membawaku melaju cepat ditengah hiruk piruk jalanan kota Jakarta di pagi hari ini adalah seorang laki laki tulus yang menyenangkan. Rasa bahagia yang beberapa hari terakhir ini selalu menghampiri dan enggan pergi mencipta dua sudut bibir ini membentuk lengkungan yang sering disebut Marcell senyum manis Tania, mana? Aneh, bagaimana bisa dia mencari letak senyuman itu jika ia sendiri yang menciptakannya.

"Hua akhirnya kita berdua gak telat lagi dateng kesekolah" ucapku setibanya di sekolah bersama Marcell.

"Kali ini aman"

"Tanpa hukuman" ujar kami dengan nada bersamaan lalu tertawa, bagaimana tidak sudah beberapa hari terakhir banyak pandangan miring yang kami dapatkan karena terlambat datang dan selalu melakukan hukuman sampai akhirnya tertinggal materi pembelajaran.

"Permisi, kalian berdua ada urusan apa ya datang hari ini?" tanya pak satpam sekolah kami

"Pertanyaanya suka lucu kadang yah pak, kita mau sekolah lah gimana sih" jawab Marcell sembari merangkul Pak Adi, satpam kesayangan sekolah kami.

"Maaf banget mas Marcell, masnya bercanda? Hari ini jelas jelas libur kok karena ada pelatihan guru bukannya sudah disampaikan kemarin" balas pak Adi yang membuat Marcell melemparkan tatapan pertanyaan kearahku.

"Gue gak ada denger sama sekali, Enzy juga gak ada ngabarin gue kalo libur" jawabku seolah langsung paham pertanyaan yang ia lontarkan lewat tatapan.

"Lain kali kalau ada informasi didengerin ya jangan sibuk pacaran aja, dasar anak muda" lontar pak Adi mulai meninggalkan kami.

"Bapa mulai nyebelin juga nih sama kaya yang lain" kataku

"Emang bener mba yang saya omongin"

"Siapa juga yang sibuk pacaran, kita tu gak pa.."

"Yaudah pak makasih infonya ya kami pamit pulang dulu" sela Marcell kemudian mengenggam tanganku dan menuntunku keparkiran kemudian memasangkan helm kepadaku, ia tertawa melihat ekspresi wajahku yang sekarang kesal.

almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang