09.45 pagi
"Lo ngapain bawa kamera segala? Marcell kita kan disuruh bersih bersih bukan disuruh foto foto ngapain bawa kamera sih" tanyaku kebingungan melihat apa yang dibawa oleh Marcell.
"Yaudah si gausah bawel, terserah gue dong mau bawa kamera apa engga" balasnya.
Ketika kami sampai didepan salah satu ruangan tertua dan terkotor yang memang sudah tak berpenghuni sejak lama di sekolah ini, kami berdua berhenti sejenak memandang betapa luar biasa kotornya ruangan ini padahal yang kami lihat hanya pintunya saja namun kalian sudah bisa membayangkan bagaimana dalamnya kan?
"Tan, ini ruangan yang mau dibersihin?" tanya Marcell sembari memandang pintu ruangan yang berada dihadapan kami.
"Iya, kuncinya mana?'' tanyaku dan kemudian Marcell segera memberikan kunci ruangan yang akan kita bersihkan hari ini. Ketika kami sudah berada didalam ruangan ini kami langsung disuguhkan dengan pemandangan yang menakjubkan, piala piala yang berserakan, kertas kertas yang entah mengapa ada diruangan ini, debu debu yang seperti hiasan menempel di dinding dan keramik yang sudah tidak terlihat warnanya karena tertutup oleh debu tentunya.
"Marcell, gue mohon dengan sangat partisipasinya ya, lo jangan ngelakuin hal hal yang aneh pokoknya." ucapku sembari memberikan alat kebersihan
"Gue bersihin debu debu yang ada tembok dulu ya, lo langsung benerin piala yang berantakan awas aja kalau gak dibersihin" perintahnya
"Bawel banget lo ya''
Hukuman.
Kami mendapatkan hukuman yg begitu berat, membereskan gudang sampai bersih, seperti yang sudah kukatakan tadi bahwa ruangan ini adalah salah satu ruangan yang sangat kotor karena mungkin ruangan ini sudah sangat tua dan juga jarang dikunjungi. Aku sangat membenci bersih bersih kalian dapat membenarkan perkataanku jika kalian sudah melihat bagaimana keadaan kamar pribadiku. Ya, aku adalah tipekal perempuan yang tidak terlalu mementingkan kebersihan seperti perempuan pada umumnya oleh sebab itu aku sangat membenci hukuman ini.
"Gara gara lo nih, Telat kan." kataku tiba tiba sembari melempar sapu ke sembarang tempat.
"Lo sih pake tidur segala" sela Marcell membela diri
"Kan gue ngantuk. Lagian lo juga kenapa ikut ikutan tidur"
"Gue juga ngantuk"
"Yaampun mana hari ini materi nya bahan ulangan minggu depan, gue jadi ketinggalan materi kan, pokoknya semua gara gara lo" ucapku sambil meletakkan kedua tanganku dipinggang, jika digambarkan mungkin mirip dengan ibu kos yang sedang marah marah karena penghuni nya telat bayar kosan.
Jepret!!!!
"Marcell!! Apaan sih hobi banget foto foto orang" kataku dengan nada yang lebih tinggi daripada biasanya.
"Hahahahhah, gila kaya panda lagi kelaperan mukanya" ejek Marcell sambil melihat hasil kameranya.
"Apaan si lo, hapus gak! Lagian lo gaada kerjaan lain apa selain foto fotoin gue"
"Iya gue udah gaada kerjaan lain, abisnya lo lucu. Tan kayanya sekarang hobi baru gue foto fotoin lo deh'' ucapnya yang segera membuatku berlalri mengejarnya, karena aku sangat ingin mencakar wajah yang sering disebut tampan itu.
"Tania, udah dong lo sendiri yang bilang tadi pengen cepet selesai" kata Marcell dengan nafas yang terengah engah
"Ya abisnya lo nyebelin ga berenti berentinya gangguin gue" kataku
"Yaudah udah gue gabakal gangguin lo, buruan nyapu" perintahnya yang segera kuturuti karena memang aku juga sudah mulai jenuh berada diruangan ini. Akhirnya aku membagi tugas dengan Marcell, aku yang membersihkan semua peralatan peralatan yang ada diruangan ini dan menyusunya dengan rapih kemudian Marcell yang melakukan aktifitas bersih bersih dibagian tembok atas karena memang dia juga memiliki postur yang jauh lebih tinggi daripada tubuhku. Jangan kalian kira semua kerjaan ini dilakukan tanpa gangguan sama sekali, bukan Marcell namanya kalau tidak ada ide untuk menganggu ku, terkadang dia menaruh debu debu itu keatas piala piala yang sudah kubersihkan, kemudian membuang debu debu ke lantai yang sudah kusapu dan tentu saja aku dengan sabar menghadapinya agar hukuman ini segera berakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
almost
Novela JuvenilCinta tumbuh disaat cinta akan kehilangan cinta. Tak akan ada yg bisa mengelak akan hal itu, kebersamaan selama dua minggu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Terima kasih pernah membahagiakan, terima kasih karena pernah ada walau tidak men...