"Gue panggilin dokter dulu ya bar." kataku namun aku akbar melarangku
"Gue pengen bedua sama lo disini"
"Yakin? Seengaknya gue ngabarin orang diluar kalau lo gak kenapa kenapa"
"Biarin aja mereka istirahat. Gue pengen disini bareng lo"
"Ooo. Yaudah" kataku sembari duduk kembali.
"Lo sakit apa bar? Kok gapernah cerita sama gue?" tanyaku to the point
"Sorry, gue gak mau bikin lo sedih"
"Lo tau? Kalau lo boong sama gue, itu malah bikin gue makin sakit bar. Sekarang jujur sama gue sebenernya lo sakit apa? Pliss jangan boongin gue bar. "
"Sebenernya gue punya penyakit--" katanya yg terpotong kareba dokter dan suster masuk ke ruangan ini
"Sudah sadar rupanya. Karena ditemani pacarnya yah?" goda dokter sambil menyiapkan suntikan
"Gimana perasaanya nak?" tanya dokter lagi
"Sedikit lemes sih dok tapi gapapa. Udah biasa kaya gini" satu senyuman terukir di bibir Akbar. Aku menatap matanya seolah ada sesuatu yg belum terungkap. Dokter sedang menyuntikan obat di lenganya. Wajah akbar seperti sudah biasa akan hal itu.
"Tania bisa ikut dokter sebentar." ajak dokter
"Bar gue pergi bentar ya." kataku segera melepas baju warna hijau yg tadi ku pakai. Melewati om budi dan tante indah yg sedih melihat anaknya. Melewati mama dan papa yg berusaha menguatkan om budi dan tante indah. Aku melihat marcell yg diam dan tanganya dikepal. Aku segera menghampirinya.
"Temenin gue bentar aja boleh?" ajakku dan marcell menengok dan mengeluarkan senyuk yg sama sekali sulit ku tebak apa maksudnya.
"Apa sih yg enggak buat lo" katanya
Aku segera mengenggam tangan marcell mengikuti dokter yg tadi mengajakku. Dia mengambil dan memasang kacamatanya.
"Begini, saya tau anda itu pacar Akbar dan tidak tahu soal penyakit akbar. Saya ingin memberi tahu hal ini pada orang tua akbar tapi saya yakin mereka tak kuasa menahan tangis. Jadi saya rasa andalah orang yg tepat. Akbar mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Sudah 1 minggu dia tidak menjalani chemotheraphy dan hanya bergantung pada obat. Saya kira dosis obat milik akbar cukup. Namun dugaan saya salah. Besok akan diadakan chemotheraphy terkahir. Dan disitu kita melihat bagaimana kekuatan fisik dari Akbar. Chemotheraphy ini sudah sering dilakukan oleh pasien yang menderita penyakit seperti ini. Dan rata rata tidak berhasil. Setelah 10 jam chemotheraphy dia meninggal begitu saja. Tapi setelah saya tau bahwa pacarnya secantik dan sesabar anda saya yakin bahwa akbar memiliki satu alasan untuk bertahan. Dan anda adalah alasanya"
"Gak--gak-- gak mungkin dok. Dokter jangan bohong sama saya. Dok. Kalau orang mengidap penyakit kanker rambutnya Akbar mungkin sudah habis. Dan tidak mungkin akbar bertahan dokter. " kataku tidak terima
"Sebenarnya saya juga bingung. Setelah saya mengirim surat rekomendasi untuk membawa Akbar keluar negeri dia tidak kenapa kenapa. Rambut yg tidak rontok dan badan yang tidak kurus. Entah mengapa. Makanya pada saat Akbar datang kemari dalam keadaan buruk saya bingung melihat kondisi fisik akbar yang baik baik saja."
"Kapan dimulai chemotheraphy terakhirnya?"
"Besok siang"
"Usahakan yg terbaik dok saya mohon"
"Pasti." kata dokter
Aku keluar ruangan dokter. Marcell memelukku.
"Sabar yah. Gw tau lo ta--takut kehilangan dia."
"Cell gue gak tau harus gimana sekarang. Gue takut kehilangan dia. Lo harus tau itu" kataku yg makin mengeratkan pelukanku.
"Yaudah mending lo pulang pamit sama akbar dan yg lain. Besok gue anterin lo kesini. Okay" katanya
"Makasih yah" kataku
Setelah pamit ke om budi dan tante indah aku menuju ruangan akbar.
"Bar gue balik ya."
"Besok lo temenin gue chemotheraphy ya tan. "
"Kenapa gak sama tante indah aja? Kan mereka--" belom sempat aku meneruskan perkataanku dia langsung memotongnya
"Lo kan orang yg gue sayang. Gue mau lo selalu ada disaat gue mau pergi" katanya
"Gak- lo gak akan pergi bar. Lo akan selalu ada buat gue. "
"Lo tau waktu gw pingsan tadi ada sosok putih yg ngajak gue pergi jauh. Tapi gue inget lo dan lo bilang lo harus bertahan bar. Dan akhirnya gue memutuskan untuk disini. Karena cuma lo alasan buat gue bertahan"
"Bar.. Gue sayang sama lo." kataku sembari mencium pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
almost
Novela JuvenilCinta tumbuh disaat cinta akan kehilangan cinta. Tak akan ada yg bisa mengelak akan hal itu, kebersamaan selama dua minggu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Terima kasih pernah membahagiakan, terima kasih karena pernah ada walau tidak men...