Minggu
Hari ini hari pertama aku menjalani hari tanpa kehadiran Akbar. Seperti mimpi tidak melihatnya untuk selamanya. Kemarin aku tidak ke pemakaman untuk menyaksikan Akbar ketempat terakhirnya, aku tidak bisa aku terlalu lemah dan rapuh untuk melihat hal tersebut. Siang ini adalah siang yg hampa menurutku. Tidak ada lagi Akbar yg mengantar makanan untukku. Sudah siang tapi aku masih terbaring lemah di kasur. Tidak ada yg kupirikan selain Mengapa? Engkau terlalu cepat mengambil bintangku? Aku cukup rapuh saat ini.
Kring!!!!
"Halo? Apa yas?" kataku
"Gue turut berduka cita yah tan"
"Iya makasih dan jangan lupa doain Akbar yah"
"Pasti, oiya gue mau kasih tau satu hal tan"
"Apa?" kataku lemas
"Marcell!! Apa lo gak tau?"
"Marcell kenapa?"
"Dia balik ke new york hari ini"
"Maksud lo? Yasmine gue gamau becanda. Gue sedih banget sekarang"
"Marcell ngasih tau gue kemaren tan di pemakaman akbar. Dia ngelarang gue buat ngasih tau lo. Tapi gue gasanggup ngeliat cerita kalian berakhir sia sia tan. Pesawatnya 2 jam lagi tapi mungkin dia 1 jam lagi check-in."
"Apa gue masih ada waktu yas? Gue gak tau harus apa sekarang"
"Cepet tania, daripada gak sama sekali"
Aku segera menuju mobil dan pergi kebandara dengan sangat terburu buru. Aku tidak bisa lagi merasakan rasa apa ini. Terlalu banyak rasa sakit yg ku alami.
Bandara
Aku berlari dengan kekuatan cepat. Tapi tidak menemukan Marcell. Aku tidak ingin menyerah untuk menemuinya walau sesaat. Aku terhenti di belakang seseorang yg persis dengan Marcell. Dia sedang menelpon dan gelisah. Iya dia Marcell. Aku berada di belakangnya.
"Apa lo masih ada rasa peduli buat ngabarin gue?" kataku
"Tania.."
"Kenapa? Lo kaget gue ada disini? Kenapa cell? Lo pergi disaat gue kaya gini.?"
"Sebenarnya dari awal gue masuk disekolah lo gue emang cuma sementara. Kemaren waktu gue ngasih lo bunga gue pengen ngasih tau kalau gue mau balik. Tapi lo terlanjur sedih dan gue gasanggup untuk ngasih tau ke lo. Gue gamau lo sedih"
"Lo tau? Lo ngabarin gue disaat terakhir kaya gini itu makin bikin gue sakit Cell. Lo jahat. Lo udah buat gue ngerasa bego cell. Gue cinta sama lo gue sayang sama lo. Dan gue gamau kehilangan orang yg gue cinta untuk kedua kalinya cell. Lo harus tau itu"
"Lo gak pacaran sama Akbar?" tanya Marcell
"Dia nembak gue tapi gue tolak, karena apa? karena lo adalah alasan dibalik semua itu. Gue cinta sama lo Marcell. Lo kenapa harus pergi secepet ini sih? Lo hebat cell!!! Lo brengsek, lo buat gue jatuuh cinta terus lo pergi. Lo mainin perasaan gue doang. Gue benci sama lo cell" kataku sambil memukul dadanya dan dia langsung memelukku. Dia berhasil membuat ku menangis lagi saat ini.
"Gue minta maaf. "
"Gaada orang yang bisa buat gue ketawa sehebat ini dan gaada juga orang yang bisa buat gua nangis sesakit ini cell. Gue gapernah nyangka lo bakal ninggalin gue" kataku sambil menunduk menahan air mata yang sudah tergenang ini.
"Apa lo gapernah mikir? Apa yg akan terjadi sama gue selepas lo pergi? Lo gapernah bayangin kan cell gua bakal kaya gimana nantinya kalau gaada lo dihidup gue" tambahku kemudian menatapnya, membiarkan dia melihat air mata yg sudah mengalir ini.
"Tan please. Gue gamau liat lo sedih. Lo udah cukup sedih kemaren kehilangan Akbar. Sekarang pertanyaanya apa gue sanggup ngeliat orang yg gue cinta mengeluarkan air mata gara gara gue? Mungkin gak tan. Lo tau? Waktu Akbar dateng kehadapan lo dan mulai saat itu gue yakin bahwa kebahagiaan lo kembali. Mungkin lo gapernah ngerti apa yg lo lakuin semua gue tau. Lo nyium Akbar dirumah sakit, lo peluk Akbar dikamar, semua yg lo lakuin bareng Akbar gue tau, dan gue sakit ngeliat itu. Gue kira cinta lo yg lama kembali lagi. Dan disaat itu gue fikir kalau gue harus lupain lo dan cari perempuan lain."
"Mencari perempuan yang lain? Mungkin menurut lo itu cara terbaik tapi menurut gua itu adalah hal terampuh untuk bikin gua nutup pintu hati gue buat sesuatu yang namanya cinta. Dan kalau lo coba buat ngelupain gue? Itu gak akan pernah terjadi, karena apapun keadaanya gua bakalan terus ada dalam hati lo. Mau lo suka apa engga." ucapku sambil menatapnya dan menggengam tanganya erat tanpa pernah melepaskanya.
"Tan.. Makasih buat kenangan selama 2 minggu yg selalu buat gue gak akan pernah lupa. Makasih buat wajah lo di kamera gue. Gue gak akan pernah lupa sama pertemuan kita pertama kali di pantai. Gue gak akan pernah lupa sama foto alay kita dimonas. Gue gak akan pernah lupa sama hukuman konyol kita" ucapnya sambil memegang wajahku dan mengelusnya.
"Cell.. Mungkin gue gatau lagi nasib gue kedepan kaya gimana gaada lo. Gaada yg jemput gue dan anter gue. Gak akan ada lagi yg namanya terlambat dan dihukum. Gak akan ada lagi yg suka lepasin iket rambut gue. Gak akan ada lagi yg namanya bersama. Dan gue gatau apa yg akan terjadi nanti tanpa lo" kataku
"Tan gue harap mungkin dengan cara ini tuhan punya rencana yang terbaik buat kita? Tapi satu yang pasti kalau lo akan selalu ada dalam hati gue" ujarnya sambil melepas genggaman tanganku secara perlahan.
"Cell please, apa gue gapunya satu alesan aja buat nahan lo disini?" kataku masih dengan air mata yang tak pernah berhenti mengalir.
"Gue cinta sama lo tania, percaya sama gue tuhan punya rencana terbaik buat nyatuin kita. Jangan sedih dong tan tan ku yang jelek" ucapnya sambil menjepit hidungku menggunakan kedua tanganya
"Boong lo. Paling juga bentar lagi lo jadian sama Kimberly"
Jepret!!!
"Marcel!! Itu aib lagi."
Cup!
Marcell mencium bibirku.
"Cell."
"Tania, sejak pertemuan awal kita lo adalah satu satunya perempuan yang akan jadi tokoh favorite dan abadi dalam cerita gue. Lo rumah buet gue tan. Tungguin gue mau?" aku mengangguk.
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
almost
Teen FictionCinta tumbuh disaat cinta akan kehilangan cinta. Tak akan ada yg bisa mengelak akan hal itu, kebersamaan selama dua minggu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Terima kasih pernah membahagiakan, terima kasih karena pernah ada walau tidak men...