Duapuluh Lima

461 30 2
                                    

Setelah kejadian yg tidak mendukung tadi aku segera menuju RS.Bunda, Marcell seringkali bertanya namun aku tidak bisa menjawab, karena aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Bunga yg marcell berikan tadi terjatuh begitu saja. Air mata membasahi pipiku saat ini. Marcell menggengam tanganku.

"Tan jangan nangis terus lagi. Gue tau lo sedih tapi pliss jangan nangis, lo nangis gitu bikin gue sedih. Camkan kata gue walaupun gue gak ada nanti lo inget kata kata kata gue Nangis gak akan pernah nyelesain masalah, seberat apapun masalah lo dengan lo nangis itu malah buat diri lo skak disitu aja . gak akan ada yang berubah dengan lo nangis. Ngerti?" kata Marcell aku tidak tahan lagi aku bersandar dibahu marcell dan menangis sekencang kencangnya.

Setelah sampai dirumah sakit bunda, marcell bertanya ke resepsionis. Dan membawaku ke tempat Akbar berada. Pada saat lift terbuka aku melihat suster mendorong kursi roda dan di kursi itu seorang pria tua tidak berambut tersenyum kepadaku. Marcell tetap mengenggam tanganku dan membawaku ke kamar Akbar. Disana sudah ada kedua orang tuaku dan orang tua Akbar yang tidak henti hentinya menangis. Aku menghampiri mereka.

"Mam,Tante ada apa dengan akbar? Kenapa dia?" aku bertanya dan mereka tidak menjawab apa apa

"Oke kalau mama dan tante gajawab Tania masuk keruangan Akbar sekarang" kataku , air mata sudah penuh dikelopak mataku dan ingin tumpah. Tapi aku masih bisa menahanya.

"Taniaa, sewaktu kamu pergi dengan Marcell akbar entah kenapa diam saja. Dia menuju kamar dan tiba tiba dia pingsan dan hidungnya penuh darah. Detak jantungnya tidak karuan" jelas papa

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Akbar sekarang. Aku melihat di kaca kecil dan melihat dokter sedang memompa jantung milik Akbar. Air mata yang susah ku tahan akhirnya tumpah.

'Bar, gue disini. Pliss bertahan buat gue. Gue yakin lo kuat bar.' kataku dalam hati.

Marcell memelukku dari belakang dan berkata.

"Sesedih itu lo? Gue ada disini buat lo tan. Jangan nangis dong." katanya lembut ditelingaku

Aku segera memeluknya. Entah kenapa pelukan kali ini membuat aku sangat nyaman untuk mencurahkan isi hatiku.

Gue nunggu dia selama 10 tahun.
Gue takut sama cinta karena dia.
Gue jaga hati gue karena dia.
Gue gak berpaling karena dia.
Gue terpaku pada satu titik karena dia.
Gue ngerti arti cinta karena dia.
Gue ngerti artinya perduli karena dia.
Gue ngerti artinya pengertian karena dia.
Dia yg berhasil buat gue jatuh cinta
Dia yg berhasil betah buat gue nunggu.
Dia yg berhasil membuat gue nyaman walau hanya sesaat .
Dia.... Akbar

21.30 malam

"Permisii.. Apa kalian keluarga saudara Akbar?"

"Ya saya orang tuanya. Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya tante indah

"Kami berusaha menstabilkan jantung Akbar. Berhasil tapi hanya 11% persen dan saya tidak menjamin bahwa ini akan bertahan lama." jelas perawat perempuan.

Tante indah menangis sekencang kencangnya dan aku memeluknya.

"Saya ingin bertanya. Akbar telat chemotherapy?" tanya perawat lagi

"Ya sus. Sekitar 1 minggu. Dan dia hanya bergantung pada obat" jawab om budi.

"Baiklah. Apa disini ada yg bernama Tania?"

"Saya sus."

"Kamu bisa masuk keruangan akbar. Dari tadi dia memanggil namamu"

"Ya sus"

"Mari" aku mengikuti langkah perawat tadi memakai baju serba hijau. Aroma obat sudah tercium, bunyi pendeteksi jantung mengisi ruangan yang sangat besar ini. Aku melangkah lambat. Duduk dan memegang tanganya.

"Lo hebat bar.. Dari dulu lo boong sama gue tentang penyakit lo? Dari gw? Temen bareng lo? Apa lo tau bar apa yg gue rasain sekarang jauhh lebih sakit dari apa yg lo rasain sekarang. Gw diboongin sama lo, cinta pertama gue. Lo inget? Lo ngasih kamera disaat moment yg paling gue benci dalam hidup gue. Dan gue harap gak akan terjadi lagi. Lo bilang lo akan kembali. 10 tahun lebihh gue tunggu. Lo kemana? Hilang dengan alasan yg gak bisa gue terima. Lo gak tau gue ada disini nungguin lo. Lo gak tau disini ada gue yang lagi berharap sama seseorang yang gue sendiri gak tau apa lo patut buat gue perjuangkan. Lo gak tau rasanya kehilangan cinta pertama gimana rasanya. Lo hebat bar. Lo sanggup ngelupain semua kenangan kita. Main lumpur bareng, emang kedengaranya jorok tapi gue gakpeduli asal bareng sama lo gue ngerasa cukup. Lo inget waktu lo dorong gue sampe nyebur ke kolam ikan dirumah gue? Gue pura pura meninggal dan lo panik, itu kebahagiaan tersendiri buat gue. Lo inget waktu gue ngelukis di kasur kesayangan lo? Lo inget waktu gue dateng ke kamar lo dan waktu itu lo gak pake apa apa. Konyol emang. Tapi bersama lo adalah kebahagiaann. Itu arti kebahagiaan buat gue. 10 tahun gue nunggu? Ini balasanya?" kataku sambil menangis.

"Lo Akbar Suhatmadja, gue Tania Andriani mengaku kalau lo adalah Cinta Pertama gue" kataku sambil mencium pipinya. Aku merasa air matanya. Tanganya bergerak matanya terbuka. Dia membalas genggaman tanganku.

"Ta---Tania. Gue cinta sama lo.. Apa lo mau jadi pacar gue" tanyanya

#hayyyy!!! Sorry yah lama update. Gimana part ini? Gadapet feelnya? Maaf yah mungkin next part akan gue bikin agak mellow.

almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang