05.00 pagiHari ini adalah hari ketiga bersama Marcell, sama seperti hari yang kemarin tak ada yang berbeda, bangun pagi, pergi ke suatu tempat, tertidur sampai terlambat sekolah kemudian ketika sampai disekolah kita akan mendapatkan hukuman. Ya, mungkin hal itu sudah akan menjadi rutinitasku selama bersama manusia menyebalkan itu. Sekarang aku sudah rapih dengan seragam putih abu abu namun hari ini aku menggunakan sweater hitam untuk melapisi seragamku, menghindari perubahan cuaca yang tidak menentu, hari ini rambutku sengaja tidak ku ikat agar Marcell tidak melakukan kebiasaanya yang senang sekali melepas ikat rambutku kemudian berkata 'gue takut dosa' sejujurnya sampai detik ini aku tidak pernah mengerti apa maksud dari ucapanya itu, Marcell memang selain menyebalkan ternyata dia juga aneh.
Aku turun kebawah dan melihat mama bersama papa sudah ada dimeja makan, mungkin mereka tau kalau hari ini aku bangun pagi, aku segera menghampiri mereka dan menyepatkan waktu untuk sarapan bersama.
"Pagi mah, pah" kataku sambil duduk didepan mama dan papa
"Cantik banget nih anak papa hari ini" puji papa
"Papa bisa aja, pagi pagi gini udah muji Tania" kataku
" Kemaren siapa yg nganterin kamu belanja? Kan pak rahmat nganterin papa main golf " Tanya papa sembari mengoles selai pada rotinya.
"Biasa pah anak muda ada aja yg nganterin" kata mama tiba tiba
"Siapa yang nganterin mah? Enzy atau Yasmine?" Tanya Papa karena memang selama ini yang papa tau sering bersamaku adalah kedua sahabatku itu.
"Bukan, kemaren yang nganterin Tania itu pacarnya pah, ganteng banget lagi" jawab mama
"Pacar? Tania punya pacar? Setau papa Tania gapernah mau pacaran dari dulu. Siapa nama pacar kamu?" Tanya papa lagi
"Martus, Martino, siapa sih namanya Tania mama lupa, pokoknya namanya mirip nama pembalap motor pah" ucap mama
"Namanya Marcell mah, udah ah kenapa pagi pagi gini bahasnya pacaran sih." Selaku yang ingin mengakhiri obrolan ini. Akhirnya kami memutuskan untuk memulai sarapan dengan topik pembicaraan lain yang lebih penting dan berkaitan dengan keseharian kami, pada saat aku ingin memasukkan roti yang sudah ku oleskan dengan selai favoritku tiba tiba bibi datang.
"Non, tuan Marcell udah nungguin didepan tuh. '' kata bibi, kemudian aku segera berpamitan dengan kedua orang tuaku
"Kamu hati hati yah, jangan bandel bandel disekolah" teriak papa dari dalam rumah, sesampainya diteras aku sudah melihat Marcell dengan motor besarnya didepan.
"Pagi" sapa Marcell
"Sok manis banget si lo, lagian kenapa cepet banget sih jemputnya?" tanyaku kesal, karena kehadiranya yang terlalu cepat membuat aku tidak jadi memakan sarapanku.
"Kemarin gue telat dikit aja lo ngomel ngomel, sekarang gue dateng tepat waktu lo malah marah sebenernya lo tuh maunya apa sih Tania" ucap Marcell geram.
"Hari ini kita mau kemana?" tanyaku sambil memasang helm dan lanjut menghabiskan roti yang belum sempat aku habiskan tadi.
"Kita ke kebun raya bogor aja gimana? Mau gak?" jawab Marcell yang segera membuatku memukul pelan kepalanya yang dilapis dengan helm.
"Lo mau ngapain lagi sih sepagi ini ke kebun raya bogor, belom buka lah jam segini lagian mana sempet"
"Gampang elah kalau sama gue mah, buruan naik biar cepet kita sampe di sananya" perintahnya, kemudian aku menaiki motor besarnya itu. Sepanjang perjalanan aku terus memegang pinggang Marcell, bagaimana tidak dia membawa motor dengan kecepatan yang luar biasa, sepertinya mulai sekarang aku harus bisa membiasakan diri untuk menaiki kendaraan dengan kecepatan ekstra agar jantungku lebih terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
almost
Teen FictionCinta tumbuh disaat cinta akan kehilangan cinta. Tak akan ada yg bisa mengelak akan hal itu, kebersamaan selama dua minggu itu bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan. Terima kasih pernah membahagiakan, terima kasih karena pernah ada walau tidak men...