Sepuluh

509 35 0
                                    

Cuaca yang mendukung tidak terlalu panas namun juga tidak gelap karena hujan, suasana yang pasti akan membuat semua pengunjung di pameran ini nyaman. Kami tiba di pameran, ternyata pameran yang berada tak jauh dari sekolahku ini cukup lengkap bukan hanya memajang karya karya masterpiece dalam bidang photography namun semua stand makanan lengkap disini mulai dari makanan khas dalam negeri sampai makanan khas luar negeri yang aromanya menyeruak sampai bisa membuat aku ingin menghabiskan semua makanan yang ada di sini, tidak hanya menjual makanan melainkan ditempat ini menyediakan taman bermain yang dapat dimainkan bukan hanya oleh anak anak saja melainkan sampai orah sedewasaku.

Tapi aku mengurungkan semua keinginan dan niatku karena aku harus menemani manusia menyebalkan ini melihat galeri foto yang sudah hampir satu jam lamanya melihat ia bertanya tanya segala hal dari makna dibalik foto ini sampai kamera apa yang digunakan sehingga dapat menghasilkan foto seindah itu, ia sudah membiarkanku berada dalam keadaan yang membosankan bagaimana tidak aku sama sekali buta akan pengetahuan di bidang photography jadi tugasku disini hanyalah menemaninya sampai ia puas dan ingin pulang. Selama berkeliling melihat pameran foto genggaman tanganya tak luput dari tanganku ia memastikan 'supaya lo gajauh jauh dari gue' memangnya aku akan kemana paling jauh hanya ke semua store makanan yang ada didepan.

"Kenapa cemberut?" tanyanya memecah keadaan

"Sini deket deket" jawabku sambil menyuruhnya mendekat kemudian aku membisikinya

"Gue bosen banget disini Marcell" ia tertawa mendengar jawaban jujurku, ia mengacak rambutku pelan aku pastikan bahwa hampir mayoritas orang yang menghadiri pameran ini adalah anak satu sekolahku jadi sudah jelas bahwa kenyataan aku pergi ke pameran berdua dengan Marcell pasti akan menjadi pembicaraan disekolah nanti.

"Yaudah mau kemana?"

"Makan" tanpa bantahan ia langsung menuntunku keluar dan menanyakan makanan apa yang ingin aku makan, tanpa ragu aku mengajaknya menghampiri beberapa stand mulai dari stand snack, minuman, makanan besar, gulali dan masih banyak lagi. Aku mengajaknya dengan antusias seperti anak yang melihat mainan favoritnya, tak lama kami membawa semua hasil buruan kami ke meja yang memang sudah disediakan.

"Dari tadi aja diem sekalinya jajan langsung semangat, kenapa gak bilang dari tadi sih kalo laper?"

"Abisnya lo serius banget mana berani gue ganggu"

"Yaudah makananya diabisin dulu, lain kali kalo lo laper atau masalah urgent sesibuk atau seserius apapun gue lo harus tetep kasih tau oke? Lo prioritas gue" jika aku tidak dapat menyeimbangkan pendengaran dan gerakan ku dalam mengantisipasi perkataanya yang selalu membuatku terkejut mungkin aku sudah menelan burger ini secara utuh, untung saja aku segera mengambil minuman yang ada dihadapanku agar mengindari kejadian yang tak diinginkan.

"Semua orang ngeliatin kesini terus dari tadi, kita seaneh itu ya cell?" tanyaku yang sedikit merasa terganggu akibat tatapan orang orang disekitarku yang mengeluarkan tatapan seolah ingin menerkamku.

"Mereka yang aneh gausah dipikirin, gue mau lo happy disini. Abis ini lo mau ngapain?"

"Mau main semuanya terus mau naik bianglala, Marcell berani kan?" kataku ia mengangguk dan akhirnya kami berdua lanjut menghabiskan makanan yang kami beli seusai kami memulihkan tenaga dengan mengisi perut kami akhirnya memutuskan untuk memulai permainan yang ada disekitar pameran ini. Bermula dari lempar kaleng dari jarak sedikit jauh dan terhalang meja dimana berapa banyak kaleng yang berhasil dijatuhkan akan mendapatkan hadiah yang setimpal pula. Sebelum Marcell melemparkan bola pertamanya ia mengajukan pertanyaan padaku.

"Mau hadiah yang mana tinggal pilih" dengan nada sombong

"Emang yakin bisa?" ia mengangguk

"Kalo gitu gue mau boneka yang gede itu di barisan paling atas" tambahku dengan nada menantang, aku sudah melihat boneka beruang besar berwarna coklat itu sedari tadi boneka itu serasa memanggilku dan akupun ingin segera membawanya pulang. Ada 4 bola yang dipegang Marcell sudah tiga bola dan selalu berhasil, ini adalah saat saat penentuan apakah ia berhasil mendapatkan hadiah boneka besar diatas yang sudah memanggil manggilku dan mengajaku untuk pulang bersamanya. Namun sepertinya semesta sedang tidak berpihak padaku bola itu melesat jauh dari sasaran padahal harapan kemenangan sudah didepan mata, ia tidak terima akhirnya Marcell memutuskan untuk mencoba lagi namun tetap gagal pada lemparan terakhir. Nampak tak ingin menyerah tapi aku merasa bahwa masih banyak permainan yang harus kami lewati dibandingkan harus membuang waktu pada permainan ini akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya bermain permainan lain.

Kami terus mencoba segala macam permainan sampai tak terasa bahwa sekarang langit sudah menyembunyikan peneranganya, sudah malam dan sekarang semua lampu lampion dan lampu yang indah sekali telah dinyalakan membuat pemandangan yang ada di pameran ini semakin lebih indah. Permainan terakhir yang ingin kami datangi adalah bianglala,

almost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang