19. Cold War II

506 63 6
                                    

Genap dua minggu hyunjin sama sekali tidak bicara dengan yeji, alih alih bicara, ia juga enggan menatap yeji.

Meskipun yeji selalu mendekati hyunjin, ia selalu mengelak dan menjauhinya. Ia menginginkan waktu sendiri.

Hyunjin kira.

Perang dingin ini akan menenangkan fikirannya.

Ternyata tidak.

Ia justru semakin memikirkan bagaimana mereka bisa melanjutkan kontrak ini.

Terlebih.

Yeji akhir akhir ini sering membuatnya khawatir. Pasalnya, yeji yang biasa bangun pagi.

Kini belum keluar dari kamarnya.

Ah benar.

Beberapa hari ini yeji sering terbatuk.

"sialan" guman hyunjin.

Apakah ia harus membangunkan yeji?

Sudah pukul delapan.

Persetan dengan perang dingin dan egonya.

Hyunjin membuka pintu kamar yeji.

Yeji kini tengah terbatuk, ia terkejut hyunjin masuk begitu saja.

"hyunjin?" tanya yeji sembari menyembunyikan tisunya dibelakang badannya.

Hyunjin menelan ludahnya kasar.

Ia harus bicara apa?

"apa yang kau lakukan?" tanya hyunjin akhirnya.

Yeji hanya membuang mukanya.

Baiklah, sepertinya yeji akan berbohong lagi.

"jika ini privasimu, aku tidak akan memaksa"
Hyunjin membalik badan.

"mian" ucap yeji.

Hyunjin menoleh ke arah yeji.

"aku belum bisa memberitaumu kondisiku" ucap yeji dengan nada pelan.

Hyunjin kini membalik badannya kembali dan berjalan mendekati yeji.

"kenapa?" tanya hyunjin.

Yeji menghindari tatapan hyunjin.

"aku tidak ingin berbohong"

Hyunjin hanya menghela nafasnya.

"bohong atau menutupi, itu semua sama saja, kau tidak peduli apa yang kurasakan" ucap hyunjin.

Yeji hanya tersenyum kecut.

"kau pikir ini lucu?" tanya hyunjin dengan tatapan tajamnya.

"kau tidak akan tau betapa aku sulit tidur selama dua minggu ini!" ucap hyunjin dengan emosinya.

Yeji hanya bisa tertunduk kali ini.

"Bahkan yeonjun tau kondisimu bukan?" Hyunjin menyinggung masalah dimana yeji yang secara tidak sengaja dibawa ke apartemen yeonjun.

"Ia hanya menolongku hyunjin tidak lebih" jelas yeji.

"Mungkin ini yang dikatakan yeonjun"

"Aku memang tidak akan bisa menyentuhmu yeji, menyentuh didalam dirimu"

Yeji terkejut bukan itu yang ia maksudkan selama ini dan bukan hanya kau yang tersiksa disini, hyunjin.

"lebih baik kontrak kita selesai sampai disini" ucap hyunjin pada akhirnya, singkat dan tegas.

Yeji terhenyak mendengar kata kata terakhir hyunjin.

"hyunjin" panggil yeji pelan.

"apa menurutmu aku punya pilihan lain selain berbohong?" tanya yeji.

Hyunjin tidak bisa menjawab pertanyaan yeji
Hening beberapa saat.

"aku hanya ingin meninggalkan memori baik"

DEG!

Jantung hyunjin bagaikan berhenti beberapa detik mendengar kata kata itu.

Ditinggalkan lagi?

Sama seperti ibunya meninggalkannya?

Akhirnya hyunjin memberanikan diri melihat hwang yejinya.

Ia sedang mengusap air matanya.

Benar.

Yeji.

Tidak punya pilihan lain selain berbohong.

Amarahnya yang hyunjin pendam selama ini luluh begitu saja.

"jangan mengatakan hal itu lagi" ucap hyunjin seraya menarik yeji dalam pelukannya.

"aku tidak ingin kehilangan lagi" ucap hyunjin.

"maafkan aku" isakan yeji kini semakin keras.

Ia tidak peduli seberapa buruk penampilannya saat menangis.

Yang ia pedulikan adalah hyunjin tidak membatalkan kontrak ini.

Karena pada dasarnya.

Baik yeji maupun hyunjin.

Sudah jatuh dalam perangkap masing masing.

"uljima" hyunjin melepas pelukannya dan mengusap air mata yeji.

Air mata yeji terhenti tapi isakan yeji masih berlalu.

Yeji akhirnya mengeluarkan apa yang ia sembunyikan beberapa menit lalu
Sebuah tisu di genggamannya.

"mian" ucap yeji.

Hyunjin terkejut.

"yeji?! Kau batuk berdarah?!" tanya hyunjin panik.

Yeji mengangguk.

"sejak kapan?!" tanya hyunjin.

"baru saja"

"aku akan mengantarmu ke rumah sakit!" ucap hyunjin.

-----------------------------Seaside Field--------------------------

"syukurlah yeji ssi bisa segera dilarikan ke rumah sakit" ucap sang dokter.

"bagaimana keadaannya sekarang?" tanya hyunjin.

"yeji ssi akan membaik, jangan khawatir" sang dokter menepuk pundak hyunjin.

Hyunjin membungkuk untuk mengucapkan terimakasih.

"sebaiknya, yeji ssi beristirahat total dan jangan menjalankan aktivitas apapun dulu".

"ne" ucap hyunjin seraya memandang yeji yang kini tengah tertidur akibat bius.

"dokter, bagaimana peluang dari penyakit ini?" tanya hyunjin.

Sang dokter tidak menjawab beberapa detik.

"aku bukan dewa, tapi jika ditanya peluang, bisa kupastikan 50 50"

"semua tergantung dari yeji ssi'"

Hyunjin mengangguk mengerti dan berterimakasih.

Sang dokter pun berpamitan untuk pergi.

Hyunjin kini duduk di sebelah yeji.

Memandnagi wajah istrinya yang tengah tidur.

"ternyata nenek sihir sepertimu bisa sakit seperti ini?" tanya hyunjin.

Pneumonia yeji kini semakin parah.

Ditambah lagi ia mengalami demam sangat tinggi.

Dan lagi.

Yeji juga mengalami radang tulang.

Beruntung ia segera membawa yeji tadi pagi.

"ya, cepat buka matamu" ucap hyunjin sembari mengusap rambut yeji.

♤TBC♧

Sorry gaada gambarnya guys, ga nemu referensi

Don't forget to click vote ⭐ or leave a comment down below cause your presence are mean so so so much for me ❤

Upload setiap malam around 10-11 PM.

Wishing you guys Health and Wellness

#hyunjin #yeji #2hwang #hyunjinyeji

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang