Hendery termenung, mendongakkan kepalanya untuk memandangi ujung paling atas dari sebuah pohon besar, yang terletak tepat di samping rumah pohon, tempat dimana Karin disekap dulu.
Dia tetap diam, dengan kepala ke atas, tak memasang raut apapun. Hanya datar, dengan pandangan sedikit menerawang ke segala arah. Kedua tangannya dia masukkan ke saku celana.
Beberapa menit kemudian, pohon besar itu menjatuhkan sehelai daun kering, yang segera ditangkap Hendery. Setelah cukup lama memandangi daun kering itu, Hendery segera naik menuju rumah pohon yang berada tepat di samping pohon besar itu.
"Sudah lama, ya," Shaan Damon telah berada di dalam rumah pohon, antusias luar biasa saat menyambut kedatangan Hendery.
"Apa maumu?" Hendery memasang sikap tak senang, dan nadanya sengak.
"Setelah mencuri racunku, harusnya sikapmu lebih sopan," Shaan melipat tangannya, berkeliling mengitari setiap sudut rumah pohon itu.
"Kau tinggal di sini sekarang?"
"Bukan urusanmu," sanggah Hendery.
Tiba-tiba, belati kecil miliknya melesat, hampir terkena kepala Shaan. Meskipun sedikit kaget, lelaki itu justru tertawa.
"Kau mau membunuhku?" seru Shaan.
"Pergi dari sini," suruh Hendery sekali lagi, dan kini rautnya berubah marah.
Shaan mengangkat tinggi kedua tangannya. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat, akhirnya kamu memilih calon pengantin," ujarnya. "Dia cantik juga, ya,"
"Kenapa? Kau mau ganti wanita lagi?" sahut Hendery cepat.
Shaan menautkan kedua alisnya, dengan senyum lebar. "Aku cukup puas dengan Raeya,"
"Tapi masih saja menggoda mantan istrimu, Serena," timpal Hendery, tanpa dosa.
Shaan kembali tertawa. "Memang begitulah sifat dasar laki-laki, Kak," Dia memberikan penekanan pada ucapannya yang terakhir.
"Pergi dari sini, selama aku masih bersikap baik," ancam Hendery, yang dibarengi dengan suasana hutan terlarang yang berubah gelap.
Shaan mengedarkan pandangannya, sedikit gentar. Tapi kemudian dia bisa menguasai dirinya sendiri.
"Kau mau pamer, sebagai penguasa hutan ini, hah?" Shaan tersenyum licik, meskipun nampak jelas dia sedikit goyah akan ancaman Hendery.
"Aku tak suka membual. Aku lebih suka menyelesaikan semuanya dengan singkat," ucap Hendery, dan belatinya sekali lagi melesat ke arah Shaan. Kali ini, belati itu tepat mengenai lengan Shaan.
Shaan meringis, memegangi lengannya yang tersayat. "Tapi aku tak akan membiarkan kalian menikah begitu saja. Tahta Damon, harus jatuh ke tanganku," ancamnya, kemudian meringis lebar, berharap bisa memberikan sedikit rasa takut pada Hendery.
Tapi, Hendery tetaplah si iblis gila, yang tak gentar akan apapun. Dia sama sekali tak terpengaruh. Bahkan secara tiba-tiba, akar dari pohon besar di samping rumah pohon itu, menyambar tubuh Shaan, melemparnya keluar dari rumah pohon.
Shaan berteriak dan mengumpat dari kejauhan, tapi Hendery tak peduli. Secara magis, hutan terlarang itu mengusir Shaan dengan cara mereka sendiri.
***
Erna tahu, dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, Karin datang ke ruang kepala sekolah bersama Katon untuk menyerahkan surat pengunduran diri dari sekolah. Dia hanya berani melihat dari kejauhan, dengan hati yang amat menyesal, karena kini dia harus sendirian berada di sekolah. Andaikan status Erna masih sama seperti dulu, gadis buangan, mungkin segalanya tak akan begitu menakutkan.
Tapi semua telah berubah, sekarang dia adalah calon pengantin Hendery Damon, yang membuat seluruh siswi makin membencinya. Mereka terang-terangan mengolok dan bergosip di depan muka Erna, tak peduli jika Erna mendengar makian dan gosip mereka. Bagi mereka, Erna hanyalah gadis buangan yang sedikit mujur, tapi tetap saja tak memiliki pelindung.
"Selamat, ya," celetuk Aldo, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Erna yang sedang istirahat di kantin.
Meskipun Aldo selalu menyebalkan, tapi kali ini kedatangannya justru membuat Erna senang.
"Aku tahu, kamu tidak tulus, Do," komentar Erna.
Aldo angkat bahu. "Aku tak menyangka, Hendery menandaimu sebagai calon pengantinnya,"
"Tapi, ngomong-ngomong, terima kasih telah menawarkan diri untuk menandaiku juga," Erna tersenyum tulus.
Sebelum pengeroyokan itu, Karin pernah bilang pada Erna, jika Aldo bersedia menikahinya. Tapi hati Erna waktu itu lebih dikuasai kemarahan, yang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Dan kini, dia menyesali perbuatannya.
"Aku serius," tegas Aldo, dengan wajahnya yang sama sekali tak menyiratkan senyum atau ejekan.
"Maksudmu?" Erna tak mengerti, dan hanya bisa mengerutkan kening.
Aldo menghirup nafas panjang. "Aku serius ingin menikahimu. Menikah, bukan hanya menjadi calon pengantin. Tapi ternyata Hendery mendahuluiku,"
Erna tertawa getir. Bodoh. Kenapa dia harus memberi pupuk akan rasa irinya, hingga perasaan buruk itu berhasil menguasai hampir sembilan puluh persen atas hatinya. Jika saja dia mau sedikit sabar, mungkin hidupnya tak akan terancam seperti sekarang.
"Kamu menyesal, ya?" Lagi-lagi Aldo lancang membaca pikirannya.
Meskipun begitu, sama sekali tak ada raut hinaan di wajah Aldo. Dia tetap serius, yang membuat Erna juga tidak tersinggung dengan pertanyaan lancang Aldo, yang selalu tanpa permisi membaca pikirannya.
"Aku akan selalu di sini untukmu," Aldo menepuk bahu Erna.
"Bagaimana dengan Karin?"
"Karin sudah keluar dari sini, dan dia berada dalam pengawasan keluarga Bagaskara sekarang. Aku menjadi pelindungnya selama di sini," aku Aldo, yang mendapat anggukan paham dari Erna.
"Halo," ujar seorang siswi, yang tanpa sadar sudah berdiri di depan meja tempat Erna dan Aldo duduk.
Siswi yang sangat cantik, berpenampilan enerjik dan berambut coklat terang, sesuai dengan warna matanya. Dia tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya ke arah Erna.
"Aku Amethyst Damon, panggil saja Ame," ucapnya. "Selamat, ya, telah menjadi calon pengantin kakakku,"
Hati Erna mencelos, kaget luar biasa. Lagi-lagi dia harus mendapatkan kejutan baru, setelah kemunculan Shaan secara mendadak di asramanya. Berapa banyak saudara Hendery yang harus Erna temui? Erna muak, bingung, dan merasa makin terancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden Forest [END]
Fantasy18+ SPIN OFF THE DEVIL'S LOVE TRAP [Hendery x Erna] Erna tak harus mati, setelah Hendery menandainya sebagai calon pengantin. Namun bukan berarti penderitaan Erna berhenti sampai disitu. Dia harus menghadapi kegilaan keluarga Damon, yang terang-tera...