Kubunuh Istrimu

311 31 1
                                    

“Akhirnya kita bisa juga dapetin dia!” tukas Ame, yang tiba-tiba muncul di balik punggung Shaan.

Keduanya meringis lebar ke arah Erna, seakan haus darah.

“Mau apa kalian?!” Bola mata Erna bergetar ketakutan. Dia terus mundur ke belakang menghindari Ame dan Shaan.

“Ngapain kamu datang ke rumah kami? Berani-beraninya, orang asing sepertimu menginjakkan kaki di kediaman Damon?!” sentak Ame penuh murka saat mengingat kejadian tadi pagi.

Dia merasa harga dirinya tercoreng akibat ulah ayahnya sendiri, Hemish. Tiba-tiba menghentikan aksi Ame yang sedang sangat bersemangat menghajar Erna.

“Itu juga rumah Hendery, suamiku!” sahut Erna tak takut. Meskipun tubuhnya gemetaran, namun dia berusaha mengumpulkan kekuatan.

“Suami? Haha!” Shaan memekik dengan tawa keras. “Lelaki gila seperti dia, kau sebut sebagai suami?”

“Kenapa? Dia masih lebih baik darimu, sudah menikah tapi masih numpang kekayaan orang tua!” balas Erna, sembari mengolok Shaan tanpa takut.

“Apa kau bilang?” Bola mata Shaan menyorotkan kilat kemarahan. Dia sangat tersinggung dengan ucapan Erna.

Lelaki itu tiba-tiba mengeluarkan pedang besar di balik punggungnya. Dia acungkan ke arah Erna. Sementara Ame, dia berdiri di pinggir–menonton pertunjukkan seru itu sambil tertawa.

“Apa kamu tahu, bahwa Hendery hanyalah lelaki miskin dengan ambisi gila? Dia ingin membunuh Katon, tapi tak punya apapun. Dia mencuri racunku. Racun yang berhasil melukai Katon,” ungkap Shaan, terus bergerak mendekati Erna–yang terus mundur.

Erna terus mundur. Namun anehnya, ketika dia hendak masuk kembali ke dalam hutan terlarang, ada semacam halangan tak kasat mata yang menghalangi tubuhnya. Sepertinya itu adalah ulah Ame yang sengaja mengepung Erna dalam jangkauan.

“Dia tidak pantas menjadi pewaris Damon. Dia hanyalah iblis buangan yang kesepian,” Shaan terus berkelakar. “Kedatanganmu benar-benar mengganggu kita semua,”

“Kenapa? Kalau dia cuman buangan, harusnya kamu tidak akan semarah ini,” timpal Erna dengan sedikit senyum licik. “Kamu tahu, Hendery cukup mumpuni untuk menggeser posisimu. Apalagi setelah dia menikah,” ujar Erna menantang Shaan.

“Diam, Jalang!” Shaan sekali lagi mengacungkan pedangnya.

Erna berdiri kaku. Meski gemetaran, dia justru tertawa. “Oh, kamu bahkan mengeluarkan senjatamu untuk melawan wanita lemah sepertiku,” ejek Erna.

“Kak, habisi saja dia!” pekik Ame ikut campur. “Jangan menunggu lama! Sebelum Hendery dan Lucas datang!”

Shaan menyeringai buas, sambil mengacungkan pedangnya yang besar.

“Kamu tahu, kan, guna pedang ini?” tanya Shaan.

Erna diam tak menjawab.

“Oh, aku lupa–” Shaan tertawa. “Hendery tak pernah bisa mengeluarkan pedangnya sendiri,”

“Aku bisa menghunus jantungmu dalam sekali tusuk, dengan pedang ini,” imbuh Shaan, sengaja memberi Erna rasa takut.

Ame berdecak geram, karena Shaan terlalu banyak bicara. Tanpa aba-aba, dia melompat ke arah Erna, menghantam dada Erna hingga dia melesat mundur ke belakang.

Darah segar menyembur keluar dari mulut Erna. Dengan penuh kesakitan, dia berusaha bangkit.

“Ame! Kenapa … “

“Kakak kelamaan!!” potong Ame geram. “Tugas kita hanya membunuh wanita ini. Tidak perlu banyak bicara sama dia,”

Melihat Erna yang masih sanggup bertahan, Ame makin kalap. Dia melaju cepat, mencekik leher Erna sebelum membantingnya ke tanah.

Erna menjerit kesakitan, saat menyadari tulang-tulangnya mulai remuk akibat benturan keras. Dan dia juga mendengar Ame tertawa keras-keras melihatnya menderita.

Erna tahu, dia tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Tapi dia juga tahu, dia tidak boleh mati sekarang. Setidaknya jika dia harus mati, dia harus mati sambil melihat Hendery untuk terakhir kali.

Banyak hal yang ingin dia ungkapkan, termasuk perasaannya. Perasaannya yang teramat peduli pada Hendery.

“H-Hen–” Erna tak sanggup melanjutkan ucapannya, karena tubuhnya remuk. “Argh!” jerit Erna, karena kini Shaanlah yang mengangkat tinggi-tinggi tubuhnya. Lelaki itu menyeringai senang.

“Akan kupastikan, Hendery terus sendirian selamanya,” ucap Shaan lirih.

Dengan separuh sisa nafas yang tersisa, Erna berusaha menyentuh tato kecil Hendery di tubuhnya. Namun Shaan buru-buru menepis tangan Erna, karena sadar jika cara itu bisa memanggil Hendery.

“Lepaskan dia, atau kubunuh istrimu,” teriak Hendery lantang.

Fokus Shaan terganggu. Dia menoleh, dan mendapati istrinya, Raeya, dalam cengkeraman Hendery. Lelaki itu menatap Shaan tajam.

The Forbidden Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang