Bulan Madu

348 26 0
                                    

Ame tidak pernah suka berbasa-basi. Dia tipe penyerang dan tidak suka menunggu. Dia akan menyerang setiap lawannya, membanting ke segala arah hingga remuk tak bersisa.

Maka ketika dia berhadap-hadapan dengan Hendery setelah menikahi Erna, hatinya kian panas. Dia tentu tidak cemburu, tapi dia tidak rela jika tahta milik saudaranya, Shaan, harus diambil oleh Hendery.

“Kamu tahu aku tidak segan membunuh siapa pun,” ujar Hendery, setengah mengancam.

“Itu kalau kamu berhasil membunuhku,” tantang Ame, terkikik.

“Tapi masalahnya … “ Dengan cepat Ame menarik tangan Erna, menjauh dari Hendery.

Hendery yang tak ada persiapan tentu tak bisa menghindari itu semua. Kini Erna berada dalam genggaman Ame, siap untuk diremukkan dalam satu bogem mentah.

“Ucapkan selamat tinggal pada istri barumu,” Ame mengepalkan tangan, siap menghancurkan kepala Erna.

Hendery sudah siap melempar belati, sebelum sebuah cahaya tiba-tiba melesat menembus pergelangan tangan Ame. Perempuan itu berteriak kesakitan, melepaskan Erna begitu saja.

Erna tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia berlari secepat mungkin, menjauhi baik Ame maupun Hendery.

Sosok pria berusia tiga puluhan berdiri di tengah Hendery dan Ame, membungkuk satu persatu kepada mereka dengan sikap hormat.

“Perkenalkan saya Lucas,” ujarnya. “Saya pelindung Nyonya Erna Wijaya, atas perintah Tuan Hemish Damon,"

'Hemish? Damon? Siapa lagi' batin Erna kebingungan. Segala hal tentang Hendery dan keluarganya selalu mengejutkan Erna.

"Aku sudah bilang, kan, aku tidak butuh!" teriak Hendery kesal.

"Saya menjaga Nyonya Erna, Tuan," jawab Lucas tanpa dosa. "Karena Tuan Hendery menolak saya menjadi asisten,"

"Tentu!" sambar Hendery, masih tak terima. "Aku juga tidak perlu pelindung untuknya," Dia menunjuk Erna yang sedang bersembunyi di sudut pilar depan sekolah.

"Tapi jika tidak ada pelindung, Nyonya Erna akan … "

"Tidak," potong Hendery. "Aku yang akan selalu menjaganya. Aku bukan Katon yang punya seribu kegiatan,"

Erna cukup tersentuh dengan ucapan Hendery. Lelaki yang berwajah keras dan dingin itu tiba-tiba mengucapkan perkataan yang tak pernah didengar Erna sebelumnya.

"Kurang ajar kau, Lucas!!" pekik Ame, memegangi pergelangan tangannya yang terluka lebar.

Lucas buru-buru membungkuk ke arah Ame. Tapi tidak ada raut bersalah di wajahnya.

"Saya adalah pelindung Nyonya Erna, Nona Ame. Jadi maafkan saya,"

Namun meski ada cukup kelegaan karena bisa selamat, Erna tetap tidak mau ikut campur urusan keluarga Damon. Dia memang menikahi Hendery, tapi bukan berarti dia ingin menjadi bagian dari keluarga bermasalah itu.

Maka demi memanfaatkan peluang, Erna pelan-pelan kabur ketika Hendery lengah mengawasinya. Dia terus berlari, masuk ke dalam sekolah hendak menuju kelasnya sendiri.

Jantungnya berdebar sambil terus berlari, berharap Hendery tidak mengejarnya.

Dan sampailah dia di dalam kelas. Erna buru-buru menuju kursinya, duduk menunduk membenamkan kepalanya dibalik tas.

Namun belum sempat Erna bernafas lega, dia mulai merasakan perasaan tak enak di balik punggungnya. Seakan sedang diawasi oleh banyak pasang mata.

Ketika Erna menoleh ke belakang, dia mendapati Hendery sedang duduk di bangku belakang, menyeringai seram menatap Erna.

"Kamu tidak akan bisa kabur dariku," ucap Hendery lirih, dengan senyuman licik.

Erna nyengir, antara ngeri dan jengah dengan kehadiran Hendery yang tiba-tiba. Pantas saja. Meski dia selalu membuat banyak kontroversi di sekolah, semua teman sekelas diam saja saat melihatnya. Sama sekali tidak ada yang berani menatap ke arahnya.

Ternyata semua ini adalah ulah Hendery.

“Biarkan aku mengikuti pelajaran dengan tenang, Hen,” bisik Erna, sedikit melotot memberi peringatan.

Hendery menyeringai lebar. Dia buka lebar kedua tangannya–mempersilahkan Erna  kemudian mulai menyandarkan punggung di kursi. Dia tampak seperti raksasa yang duduk di kursi kelas itu.

Semua siswa bisa merasakan ketegangan di balik punggung mereka, dengan kehadiran Hendery yang tanpa dosa duduk di kursi paling belakang.

Lelaki itu tentu tidak berniat untuk benar-benar mengikuti pelajaran–dia telah hidup ratusan tahun. Dia hanya senang menggoda Erna, membuat istrinya itu jengkel.

***

Setelah bel istirahat berbunyi, Erna buru-buru menarik tangan Hendery keluar dari dalam kelas.

Dia takut teman-teman sekelas membencinya, karena keberadaan Hendery yang begitu menonjol.

“Apa yang kamu lakukan, hah?” tuntut Erna, ketika mereka sedang berdiri berhadapan di depan pintu kelas.

Hendery menyeringai–seperti biasa lalu mendorong kepala Erna agar makin dekat padanya.

“Aku suamimu sekarang,” ujar Hendery.

Erna mengangguk. “Aku tahu. Kenapa kamu tidak menungguku di atap seperti biasanya? Kenapa harus membuntutiku?”

Hendery menaikkan arah bola matanya. “Aku punya mainan baru untuk kujaga,”

“Mainan?!” seru Erna, cukup tersinggung.

Dengan tatapan tanpa dosa–namun tetap menyeringai Hendery menggoda Erna.

"Mari pulang," Dia menarik tangan Erna sekenanya.

Namun Erna tetap bersikeras di tempat. Dahinya mengkerut.

"Pulang?!" serunya. "Aku masih punya pelajaran selanjutnya!"

"Setahuku, istri harus menuruti suaminya. Dan aku ingin kita pulang sekarang,"

"Kenapa?" Erna tetap bertahan.

Hendery mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Erna. "Aku ingin bulan madu denganmu," bisiknya.

The Forbidden Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang