Brak!
Tanya tiba-tiba menggebrak pintu kelas Erna, dengan mengedarkan pandang ke sekeliling-mencari sosok Erna.
Saat tahu ada Hendery yang duduk di belakang Erna, nyali Tanya yang sebelumnya sangat menggebu mendadak ciut.
Dia balik badan, berniat untuk pergi. Namun Hendery terlanjur bisa membaca pikirannya. Lelaki itu bergerak secepat kilatan cahaya, menghadang jalan Tanya.
"Kenapa balik?" tanya Hendery dengan seringaian kejam.
Tanya gelagapan. Dia menggeleng cepat, berusaha menyelamatkan nyawanya.
Hendery terkenal sangat kejam dan tidak pernah berpikir dua kali sebelum menghabisi targetnya. Itu semua sudah terbukti pada Katon-meskipun selamat, dan juga para siswi yang menghajar Erna dulu.
Hendery mendekatkan diri ke wajah Tanya.
"Kamu pasti tahu, apa yang akan kulakukan jika kamu dan teman-temanmu berani menyentuh Erna," bisik Hendery, menunjukkan deretan giginya.
Tanya tak berani bergerak. Keringat dingin mengalir dari keningnya, tanda dia gugup luar biasa.
"Hen, hentikan," Erna sudah berdiri di samping Hendery dan Tanya.
Dia menjauhkan tubuh Hendery dari Tanya.
Meskipun kesal melihat kedekatan Erna dan Hendery, Tanya tak punya pilihan selain pergi. Dia tidak ingin memancing kemarahan Hendery.
"Pantas dia tidak mau menikah. Calon suaminya hanya bangsawan rendahan," seloroh Hendery, tak mau mengalihkan pandangan kesalnya dari Tanya.
Lalu dia menoleh ke arah Erna. Seperti biasa dia tersenyum menyeringai.
"Beruntung kamu punya suami sepertiku," ucapnya.
"Beruntung?!" Erna mengulang ucapan Hendery dengan ekspresi ngeri.
"Iya, aku beruntung. Setiap hari menjadi target pembunuhan oleh Ame," imbuh Erna ketus.
Hendery hanya menanggapi dengan gelegar tawa keras, sebelum dia tiba-tiba melingkarkan lengannya ke leher Erna.
Dia membisiki Erna sesuatu.
"Ayo pergi bulan madu denganku," bisik Hendery, niat menggoda Erna.
Bulu kuduk Erna seketika berdiri. Dia merasakan desiran aneh dalam dirinya, tepat saat Hendery hampir menempelkan bibir ke telinganya.
"A-aku harus sekolah," jawab Erna gelagapan.
Hendery makin memperkencang lingkaran lengannya, membuat Erna nyaris tak bisa menggerakkan lehernya.
"Aku tidak mau dibantah," tegas Hendery.
Lagi-lagi dia menyebarkan hawa dingin aneh yang membuat punggung Erna panas.
Erna tahu, hidupnya kini bergantung pada setiap kata dari Hendery. Meskipun dia ingin menolak seperti yang biasa dia lakukan, tidak ada yang bisa melindunginya lagi.
Berada di dekat Hendery kini lebih aman daripada berkeliaran sendiri.
"Er?" Aldo berteriak memanggil Erna dari kejauhan.
Hendery spontan melepaskan lilitan lengannya, dan Erna otomatis berlari menghampiri Aldo yang dia anggap sebagai penyelamat.
Andaikan dulu dia mau sedikit bersabar, mungkin kini dia akan menjadi pasangan Aldo. Hidupnya sudah bisa dipastikan lebih damai dan tenteram tanpa diancam siapapun.
"Do, tolong aku," bisik Erna saat berada di dekat Aldo.
Aldo mengerutkan kening. "Tolong? Kenapa?"
Dia memandang Hendery dan Erna bergantian. Perbedaan raut wajah Hendery dan Erna yang kontras, membuat Aldo bingung.
Erna tampak ketakutan, sedangkan Hendery seperti singa buas yang siap menerkam.
"Ayo kawin lari denganku," Erna mengguncang lengan Aldo penuh cemas.
"Hah?!" Aldo berseru kaget tanpa sadar.
Erna menutup bibirnya dengan telunjuk, memberi isyarat pada Aldo untuk diam.
Namun Hendery kini sudah berada dekat, saling berhadapan dengan Aldo.
"Dia memang butuh disiplin," komentar Hendery dengan seringaian bengis.
Aldo melirik Erna yang terus ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi? Batinnya.
"Kamu apakan Erna?" tanya Aldo.
"Aku? Memangnya, apa yang kulakukan pada istriku?" Hendery menunjuk dirinya sendiri dengan wajah tanpa dosa.
"Kenapa dia ketakutan begini?" tanya Aldo. Kali ini wajahnya ketus.
Hendery menyeringai. "Bukan urusan bangsawan rendahan sepertimu," jawabnya culas.
Ada perasaan tersinggung, saat Hendery menghinanya dengan perkataan seculas itu. Aldo makin membusungkan dada, seakan menantang.
"Aku bisa saja membuat Erna meninggalkanmu. Persis seperti yang kamu lakukan pada Karin dulu," tantang Aldo.
Seringaian di wajah Hendery memudar. Tergantikan dengan percikan amarah yang tampak jelas.
"Coba saja kalau berani," timpalnya, dengan tatapan tajam. Seakan siap menembus jantung Aldo kapan pun.
"Do, sudah," Erna menarik lengan Aldo.
Dia mengisyaratkan Aldo untuk segera pergi, karena berurusan dengan Hendery tidak akan memberi dampak baik.
Aldo pun menurut. Dia dan Erna memutar arah hendak meninggalkan Hendery. Tapi Hendery buru-buru menarik seragam Erna.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi?!" serunya.
"Aku kan sudah bilang. Ini waktumu berbulan madu denganku," Nada suara Hendery meninggi.
(Hai hai, kelanjutan bab ini aku bakal tulis di Karyakarsa, ya. Mengingat sebagian isi bab ini bakal 18+, nggak cocok kalau aku tulis di Wattpad. Silahkan buka di Karyakarsa untuk tahu kelanjutan bab ini) 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden Forest [END]
Fantasi18+ SPIN OFF THE DEVIL'S LOVE TRAP [Hendery x Erna] Erna tak harus mati, setelah Hendery menandainya sebagai calon pengantin. Namun bukan berarti penderitaan Erna berhenti sampai disitu. Dia harus menghadapi kegilaan keluarga Damon, yang terang-tera...