Perjanjian

277 31 1
                                    

"Pergi dari sini!" Hendery melempar tubuh Erna keluar dari rumah pohon.

Namun beruntung, secara magis akar pohon Joan menjalar menangkap tubuh Erna agar tak jatuh berdebam ke tanah.

Erna bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri, rumah pohon itu dibakar keseluruhan oleh Shaan yang tangannya baru saja mengeluarkan api.

Kilatan api hingga terpantul di bola mata Erna yang menghitam bulat. Dia ingin menolong Hendery-yang sepertinya masih terjebak di dalam. Namun dia sadar, dia tidak punya kekuatan apapun.

Maka hal bijak yang bisa dilakukan Erna hanyalah segera berlari, sekencang yang dia bisa untuk meminta pertolongan.

Erna terus berlari, meskipun dia harus kehilangan kakinya. Dia tidak mau membuang banyak waktu untuk merasakan rasa ngilu di kakinya yang tertancap banyak ranting mati. Erna terus berlari, berlari hingga jika dia boleh meminta, dia ingin melayang.

Akhirnya dia sampai di pintu keluar hutan terlarang. Sesekali menoleh ke kiri kanan, kaki Erna kembali berlari. Dia tidak punya petunjuk, siapakah yang bisa menolong mereka. Namun kaki Erna terus menuju ke satu tempat, yaitu kediaman Katon dan Karin.

Jika Katon menolak untuk membantu, setidaknya Erna sudah berusaha. Atau jika perlu, dia mau untuk berlutut di hadapan Katon. Segala kemungkinan telah dia rangkai sedemikian sistematis di dalam otak, sambil terus berlari meski kakinya berdarah-darah.

"Erna?!" Beruntung, Aldo baru saja keluar dari kediaman Katon saat Erna sampai.

Dia bergegas menghampiri Aldo. Sambil berusaha mengatur nafas yang memburu, Erna susah payah mulai bicara.

"Tolong," ucapnya tersengal. "Bantu aku bertemu Katon,"

"Apa?!" Suara Aldo meninggi. "Kenapa kamu ingin menemuinya?"

"Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan," Erna menggeleng, sedikit meringis karena deru nafasnya tak mau berhenti panik.

"Kalau begitu aku tidak bisa membantumu," tanggap Aldo. "Kamu tentu tahu, bagaimana Katon membencimu, kan?"

Erna mengangguk. "Aku tidak punya pilihan. Aku harus bertemu dia,"

"Apa yang terjadi?" Kini Aldo mengguncang bahu Erna. "Mana Hendery?"

"Aku tidak tahu," Erna menggeleng histeris. "Shaan tiba-tiba datang, membakar rumah kami. Aku tidak tahu bagaimana Hendery ... " Erna bersimpuh, menutupi wajahnya dan mulai terisak. Dia merasakan kepanikan dan rasa sakit di kakinya bercampur jadi satu.

Aldo mengelus punggung Erna, berusaha menenangkan. "Kita akan cari solusi. Tapi sebaiknya kamu jangan panik. Dan aku yakin, Hendery baik-baik saja,"

"Tapi Shaan membakar habis rumah kami!" jerit Erna. "Sangat cepat hanya sedetik rumah itu sudah terbakar habis,"

"Ada apa?" Diluar dugaan, Katon dan Karin-yang mendengar keributan di luar rumah keluar dan menegur mereka.

Erna mendadak menghentikan tangisnya. Dan kini dia membungkuk, sangat dalam hingga kepalanya nyari menyentuh tanah.

"Kumohon ... kumohon bantu kami," mohon Erna. "Aku tidak punya tempat tujuan lain untuk meminta pertolongan selain pada kalian,"

Karin tercenung, dan melirik suaminya untuk melihat reaksi Katon. Namun Katon masih diam dan tetap tenang.

"Apa kau yakin?" balas Katon. "Aku tahu, dia tidak akan senang mendapatkan bantuanku,"

"Kumohon-" Erna memotong ucapannya. "Aku tidak ingin dia terluka lagi," isaknya keras.

Katon menelan ludah. "Apa yang bisa kamu berikan padaku?" tanyanya. "Jika aku membantumu, apa imbalannya?"

Karin cukup tersentak dengan pertanyaan Katon-karena dia sangat ingin menolong namun tidak punya banyak pilihan. Pendapatnya tidak dibutuhkan saat ini.

Erna menarik nafas panjang, berusaha untuk memantapkan hatinya.

"Aku akan pergi," ucapnya. "Aku berjanji, akan pergi sangat jauh dari kehidupan kalian, jika kamu bersedia membantu Hendery melawan Shaan,"

The Forbidden Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang