Kembali

266 31 0
                                    

"Ayah?!" pekik Ame, ketika sang ayah tiba-tiba berdiri menengahi pertikaian antara dia dan Erna.

Hemish Damon, sang ayah, perlahan maju dengan senyum tipis yang seakan menghentikan waktu. Tampak sekali Hendery mewarisi aura magis mengerikan itu dari sang ayah.

"Aku senang, akhirnya bisa bertemu dengan menantuku," ucap Hemish. "Kenalkan, aku Hemish Damon, ayah Hendery dan Amethyst,"

Hemish mengulurkan tangannya pada Erna. Seakan terhipnotis, Erna membalas uluran tangan itu.

Dinding pertahanan Ame perlahan hilang, maka Aldo dengan cepat menghampiri Erna untuk memastikan keadaannya baik-baik saja.

Dalam hati, Aldo pun juga baru pertama kali melihat Hemish secara langsung. Seorang penguasa Damon, sekaligus penguasa seluruh bisnis gelap di Alfansa.

Tak disangka, pria tua itu memiliki aura menakutkan yang mampu menghentikan waktu sesukanya.

"Kenapa kalian tidak mengundang kami di acara pernikahan kalian?" protes Hemish.

Erna dan Aldo saling pandang. Dengan isyarat mata, Aldo menyuruh Erna untuk segera menjawab.

"K-kami menikah secara mendadak," jawab Erna gugup.

Ada raut kecewa di wajah Hemish.

"Tapi dia anakku. Harusnya dia mengundang ayahnya," Wajah Hemish ditekuk, tampak meluapkan kekecewaan.

"Ayah ngapain disini?! Jangan ikut campur urusanku dengan dia!" Ame menghampiri Hemish dengan pekikan protes.

Hemish tersenyum ke arah Erna. "Maafkan kenakalan adik iparmu, ya?"

"Nakal?" Erna mengulangi kalimat Hemish. Lalu tersenyum getir. "Hampir membunuhku berulang kali, itu disebut nakal?" protesnya lirih.

Tanpa terduga Hemish tertawa. Tawa yang amat menggelegar, hingga seluruh siswa yang ada di sekitar mereka berhenti bergerak. Bahkan Aldo sampai menarik mundur tubuh Erna, seakan melindungi dari bahaya.

"Tidak kusangka," Hemish berhenti. "Hendery memilih pasangan yang sangat pemberani. Aku tidak pernah bertemu dengan manusia Alfansa yang berani protes di depanku," aku Hemish, yang justru membuat Erna mengernyitkan kening.

'Ada apa dengan keluarga mereka?' batinnya heran.

"Nah, menantuku ... " Hemish mengulurkan tangannya sekali lagi. "Mari datang ke kastil kami," ajaknya.

Untuk kali ini, Erna tidak langsung menyanggupi ajakan Hemish. Dia justru memandang Aldo, seakan minta persetujuan. Tapi sebagai seorang pengawal keluarga Bagaskara, tentu Aldo tidak tahu harus membalas apa.

Melihat obrolan batin antara Aldo dan Erna, membuat pandangan Hemish teralihkan pada Aldo.

"Bukankah dia pengawal Bagaskara? Kurasa dia tidak mungkin mengawalmu," celetuk Hemish.

"Aku memang bukan pengawalnya," jawab Aldo tegas. "Aku pengawal istri Katon Bagaskara,"

Hemish menautkan alisnya, manggut-manggut. "Kalau begitu, harusnya menantuku tidak ada urusan denganmu,"

"Dia temanku!" tukas Erna cepat. "Tidak ada yang boleh mengganggu temanku," Tidak seperti menantu kebanyakan, Erna sangat berani menunjukkan sikapnya di depan Hemish.

Pria tua itu tertawa. "Teman menantuku juga temanku," tanggapnya, yang justru dipandang aneh oleh Erna.

"Bagaimana?" tanya Hemish. "Kamu bersedia datang ke kastil kami?"

"Ayah! Kenapa harus mengundang dia, sih!" bentak Ame tak senang.

Awalnya Erna ragu untuk menerima ajakan itu. Namun melihat reaksi keras dari Ame, dia tak perlu cemas. Itu tandanya, dia justru akan baik-baik saja.

Akhirnya Erna pun membalas uluran tangan Hemish, yang seketika membawanya menembus ruang dalam hitungan detik.

Dan kini, Erna berdiri di sebuah kastil besar nan megah, namun cukup kental dengan aura menyeramkan. Hal ini sangatlah berbeda dengan kediaman Katon dan Karin, yang tampak seperti rumah modern kebanyakan.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," ucap Hemish.

Kemudian Erna mengikuti langkah kaki Hemish, memasuki kastil itu.

Pintu yang tinggi, ornamen kuno yang mewah serta lorong-lorong dan ruangan yang tak terhitung jumlahnya. Seakan Erna sedang memasuki negeri dongeng yang suram.

Setelah naik hingga lantai ketiga, langkah Hemish berhenti di depan sebuah ruangan tertutup yang terletak di pojok lorong kastil.

"Aku tidak pernah menyangka, jika hari ini akhirnya tiba," ujar Hemish. "Akhirnya Hendery menikahi manusia Alfansa,"

Pria itu lalu membuka pintu, dan saat berada di dalamnya, Erna terkejut bukan main.

Dia melihat sebuah diorama besar dari seluruh negeri Alfansa. Diorama itu terbungkus kotak kaca yang tebal, seakan dihancurkan dengan benda apapun tidak akan berpengaruh.

"Tidak seperti keluarga Bagaskara yang menguasai pemerintahan, keluarga kami menguasai seluruh sisi gelap negeri ini," ungkap Hemish membuka cerita.

"Aku melakukan semuanya, berdua dengan anakku, Shaan. Hendery sudah keluar dari kastil ini sejak lama,"

"Kenapa?" Pertanyaan spontan yang selama ini mengganggu pikiran Erna.

Hemish meliriknya sekilas. "Hatinya hancur karena ibunya meninggal, dan aku menikah lagi,"

Erna mengatupkan bibir. Tak menyangka jika Hendery, si iblis gila, memiliki trauma masa lalu yang berat.

"Setelah kujalani bisnis ini berdua dengan Shaan, waktuku untuk mengalihkan kekuasaan segera tiba," Hemish melanjutkan cerita. "Namun, kotak kaca ini tidak mau terbuka oleh Shaan. Dia hanya menuruti anakku yang pertama, Hendery,"

Pria tua itu berjalan mengelilingi kotak kaca. "Tidak kusangka, keluarga yang berbisnis gelap, memiliki aturan yang klise dan tidak masuk akal,"

"Klise?"

Hemish menatap tajam ke arah Erna. "Kekuasaan Damon hanya bisa diwariskan pada anak dari istri pertama,"

"Dan anak itu adalah Hendery," Melalui telapak tangan, Hemish meraba permukaan atas kotak diorama itu. "Meski kubujuk ribuan kali, dia menolak untuk menikah dan mewarisi semuanya,"

"Tapi terima kasih padamu, akhirnya anakku merasakan cinta dan dia mau menikah," imbuh Hemish. "Kini tiba saatnya dia harus kembali ke kastil ini, bersamamu,"

The Forbidden Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang