Memberimu Kebebasan

283 24 0
                                    

Erna menarik kakinya, mundur satu langkah dari cengkeraman Hendery. Cukup baginya, mendengar sekali saja, ancaman tentang mencampakkan itu dari mulut Hendery.

Erna sedikit menggigit bibirnya, ingin kesal tapi tahu jika Hendery tidak sedang menerima kekesalan manusia Alfansa sepertinya. Maka dia hanya bisa menelan paksa rasa itu, mengumpat Hendery dalam hati.

"Jika ... " Bahkan Erna juga tak sanggup berucap. Hendery selalu menyebarkan hawa dingin aneh ketika dia sedang dalam mood tak baik.

Erna berusaha mengatur emosinya. "Jika ada orang lain yang datang merebutku, bukankah aku juga boleh pergi?" Erna kembali melanjutkan ucapannya.

Hendery mundur beberapa langkah, menatap Erna dengan mata tajamnya.

"Kamu ingin pergi? Kamu menyesal?" tebak Hendery.

Dia merentangkan kedua tangannya. "Silahkan. Aku tahu, kamu sedang dekat dengan Aldo, kan? Aku mengamati kedekatan kalian di kantin,"

Erna membelalak. "Kamu memata-mataiku?" protesnya. "Bukankah kamu sendiri yang bilang, jika kamu hanya mengulur masa hidupku? Tidak ada apapun di antara kita,"

Hendery tertawa, begitu saja, tanpa terduga. "Apa yang sedang kamu bicarakan?"

"Aku mengizinkanmu dekat dengan siapapun. Anggap saja tato itu hanya cara agar masa hidupmu lebih panjang," Hendery menunjuk tato inisial H di tulang selangka Erna, yang selalu mencolok meski sudah berusaha ditutup.

Erna sekali lagi menggigit bibir bawahnya, sedikit tersinggung. Entah apa yang membuat hatinya tersentil kemarahan saat mendengar ucapan terus terang dari mulut Hendery.

Dia mengangguk. "Baiklah, kalau itu memang maumu,"

"Kenapa kamu marah?" Kini giliran Hendery yang kebingungan. Menurutnya, harusnya Erna senang dengan kebebasan yang dia berikan, bukannya memberikan respon kesal seperti sekarang.

Erna menggeleng cepat-cepat. Kemudian, dengan sedikit melambaikan tangan, dia memutar badan, berlari meninggalkan Hendery yang masih mematung tak paham.

Hendery terus menatap ke setiap bekas langkah kaki Erna, bahkan ketika gadis itu telah hilang dibalik pintu keluar. Dia terus bertanya, apa yang membuat Erna tiba-tiba kesal padanya.

Semakin Hendery memaku pandangannya, semakin tampak sosok pria berusia 40-an, yang lamat-lamat berdiri beberapa meter darinya, dengan senyum ramah dan sedikit membungkuk. Pria itu memperkenalkan dirinya bernama Lucas. Pria asing, yang tak pernah ditemui Hendery sebelumnya.

"Tuan Hemish meminta saya untuk mendampingi Tuan Hendery," ujar Lucas, terus membungkuk hormat ke arah Hendery.

Respon Hendery justru bengis. Dia menatap Lucas seakan hendak menelannya hidup-hidup.

"Kenapa? Sudah seratus tahun lebih aku hidup tanpa perlu asisten,"

Lucas terus menunduk hormat, tak lupa melempar senyum. "Sebagai hadiah, karena akhirnya Tuan memilih calon pengantin,"

"Aku tak butuh," Hendery berjalan secepat kilat, melewati Lucas. Dia muak dan ingin segera pergi.

"Maafkan saya, Tuan," Lucas sedikit menghentikan Hendery. "Tapi saya tidak bisa pergi meninggalkan Tuan,"

"Bukan urusanku," tukas Hendery, culas luar biasa.

Dia pergi, tak peduli dengan pria bernama Lucas yang dikirim oleh ayahnya untuk menjadi asisten pribadi, setelah lebih dari seratus tahun hidup sendiri selayaknya bangsawan iblis buangan.

***

"Heh, beraninya kamu datang ke sini!!" Tanya menjambak rambut Erna sekencangnya, ketika secara tak sengaja dia melihat kedatangan Erna ke asrama.

Mereka berdua bertikai di aula depan asrama, menjadi pusat perhatian semua siswi yang kebetulan berada di sana. Tanya terus menjambak Erna, bahkan kini dibantu oleh siswi lainnya. Mereka melempari Erna dengan sampah, bahkan yang parah, ada yang melempar telur mentah.

Tanya tertawa kencang, kemudian merampas bawaan salah satu siswi, sebungkus tepung dan telur mentah. Mereka sengaja menyiapkan itu semua di setiap sudut pintu masuk, berjaga jika Erna berani melangkahkan kaki ke asrama.

"Kami tidak bercanda, Er! Kamu sama sekali tak diterima di sini!" Tanya tertawa bahagia saat melihat sekujur badan Erna dipenuhi tepung dan telur.

Gadis itu pasrah, tak bisa melakukan perlawanan saat mendapatkan hinaan seperti itu.

"Bravo, bravo!!" teriak seorang siswi, cukup kencang karena semuanya mendadak hening dan mengatupkan mulut saat siswi itu mendekat.

Tak terkecuali Tanya, dia bahkan mulai panik ketika tahu jika siswi yang berteriak dan bertepuk tangan itu adalah Ame.  Tanya tahu jika Ame adalah adik Hendery, dan dia yakin jika Ame akan menolong Erna.

Ame terus bertepuk tangan, seperti seorang penonton yang merasa terhibur. Kemudian dia berjalan mengitari Erna yang kini sempurna tertutup tepung, putih rambut bahkan wajahnya.

Ame menyeringai lebar, terus bertepuk tangan, namun tak ada niatan membantu Erna. Yang ada, kini dia justru bergerak secepat kilat, berhadapan dengan Erna dan mencengkeram kerah bajunya.

"Apa kamu tidak ingat siapa aku? Wanita yang pernah kamu tampar karena Cakra?" tanya Ame, terus menyeringai.

Tanya dan para siswi kebingungan melihat tingkah Ame. Mereka pikir, sebagai saudara, Ame akan membantu calon pengantin kakaknya. Tapi diluar dugaan, Ame justru makin mengintimidasi Erna.

Pandangan Erna kabur, akibat banyaknya butiran halus tepung yang sempurna menutupi wajah dan penglihatannya. Meskipun malu setengah mati, Erna tetap berusaha balas menatap tajam Ame.

"Aku tidak mengingat hal-hal yang tidak penting," balas Erna.

Mendengar respon itu, Ame justru tertawa keras. Dia makin menguatkan cengkeramannya pada kerah seragam Erna.

"Rumor selama ini benar, ya, kalau kamu manusia Alfansa pemberani yang bahkan pernah bertarung dengan Stefani," tukas Ame.

"Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Hendery. Hanya Shaan yang boleh duduk di tahta keluarga Damon," ancam Ame, mendorong tubuh Erna setelah puas mengintimidasi.

Kini Erna jatuh terjerembab, dengan tubuh kotor dan dipermalukan. Semua orang yang berada di sana tertawa senang di atas penderitaannya. Erna dengan jelas bisa melihat kilatan penuh bahagia di mata Ame, Tanya dan semua orang.

Jika boleh memilih, kini dia lebih menginginkan mati sebagai wanita tanpa calon suami, daripada harus menjadi calon pengantin Hendery Damon.

The Forbidden Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang