29. Worries

342 12 0
                                    

Malam hari, Neiva tengah membaca novelnya di ruang tengah ditemani oleh Hunter yang tengah menonton tv. Merasa haus, ia menaruh novelnya di meja dan beranjak ke meja bar. Satu gelas air mineral cukup membuat dahaganya terpenuhi.

Saat meletakkan gelasnya di meja bar kembali, Neiva sempat melihat luka-luka lecetnya di tangan kanan dan kirinya yang sudah mengering. "Beruntunglah lukanya cepat mengering," gumamnya sambil menghela nafas lega. Ia pun kembali duduk di sofa sambil mengusap punggung Hunter yang tengah tiduran di sofa dengan tenang.

Saat Neiva hendak membaca novelnya lagi, seketika ia ingat mengenai tadi pagi saat ia berkunjung ke rumah Gavin. Entahlah, tiba-tiba saja ia teringat. Namun, ia justru kini berubah menjadi murung.

"Kenapa aku harus bercerita banyak tentang masa laluku pada Gavin?" Entah Neiva bertanya pada siapa, tapi yang jelas ia sedang bicara sendiri, sementara Hunter masih fokus pada tayangan tv di depannya.

"Hah, mulutku ini benar-benar tidak bisa kukontrol. Bahkan, masa laluku yang hanya diketahui Aidan dan Alex sekarang sudah kubocorkan sendiri pada Gavin."

BRAG.

Neiva terlonjak kaget saat tiba-tiba saja terdengar suara keras berbunyi dari luar rumahnya. Ia terdiam membeku selama beberapa saat setelah mendengarnya.

"Apa itu?"

Neiva mencoba untuk beranjak dari kursi dan berjalan ke arah depan rumahnya. Dari jendela besar di lantai dua, ia melihat keluar, apa yang baru saja menimbulkan suara besar. Tapi, nihil. Tidak ada apapun. Bahkan, ia juga tidak melihat hewan yang berkeliaran di luar.

Hal itu membuat Neiva teringat dua malam yang lalu saat ia menduga ada penguntit yang mengikutinya. Kini, ia menjadi khawatir pada dirinya sendiri. Ia benar-benar takut kalau memang benar-benar ada penguntit yang sengaja mengikutinya sampai mengawasi rumahnya.

Tetapi, Neiva memutuskan untuk tak memikirkannya terlalu banyak untuk malam ini. Besok ia akan mencoba untuk membicarakan ini dengan agensinya supaya ia mendapat solusi terbaik.

***

Keesokannya, Neiva siap untuk syuting dan pemotretan di Wyn's Industry setelah kemarin berdiskusi bersama Gavin mengenai jadwalnya. Karena syuting hari ini dilakukan di pagi hari, Neiva sudah sampai 30 menit sebelum syuting di mulai.

Setelah itu, para perias pun menggunakan waktu mereka untuk mempersiapkan Neiva. Sementara tim dari Wyn's Industry sendiri mempersipkan properti-properti untuk syuting dan pemotretan. Dan barulah setelah semua siap, Neiva pertama mulai dengan pemotretan terlebih dahulu.

Untuk pemotretan, akhirnya dapat berjalan dengan lancar selama 30 menit. Setelah itu, Neiva dan yang lainnya diberi waktu untuk bersiap-siap kembali. Neiva berganti pakaian dengan midi dress berwarna putih mutiara dan para perias meriasnya dengan menguncir rambutnya seperti ekor kuda serapi mungkin.

Saat riasan Neiva tengah dibenahi oleh para perias, Neiva dapat melihat dari tempatnya berdiri saat Gavin memasuki set syuting. Tepat ketika kedua tatapan mereka bertemu, keduanya saling tersenyum lebar dan Gavin melambaikan tangannya dengan maksud menyapa. Melihatnya, membuat Neiva tertawa senang juga.

Tak lama kemudian, syuting sesi kedua pun dimulai. Neiva diminta untuk ke tengah-tengah set yang sudah dihias sedemikian rupa menyerupai ruang dapur yang luas. Sementara syuting hendak dimulai, Gavin yang memperhatikan proses syuting dari kejauhan pun memperhatikan keseluruhan properti yang terpasang di set syuting.

"Kau sudah memeriksa semua keamanan, kan?" tanya Gavin pada ketua teknisi dan keselamatan syuting yang berdiri di sampingnya.

"Semuanya aman, Sir. Kami sudah menelitinya beberapa kali pagi ini," ujar ketua teknisi dan keselamatan yang bernama Atley. Gavin pun mengangguk paham.

Miss Antagonist - HBS #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang