Mrs. Shalom keluar dari kelas dengan setumpuk buku di tangannya menandakan kelas hari ini telah selesai. Perempuan dengan paras cantik keluar kelas tergesa-gesa. Beberapa murid lainnya tentu memerhatikan karena hal yang jarang mereka liat sang perempuan berjalan secepat kilat begitu.
Apa Spanyol hiperinflasi?
Jangan-jangan Raja meninggal
Dia kenapa lari begitu?
Coba liat situs berita, ada apa sih
"Leonor!!" teriak seorang laki-laki di ujung koridor. Langkah berlawanan Leonor semakin cepat. Mau tak mau laki-laki itu berlari untuk bisa menyamakan langkah Leonor.
Ketika dia sudah menangkap tangan Leonor, keduanya hanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang tajam, terutama Leonor. "Jangan bicara disini" ketus Leonor dengan tatapan yang masih menusuk. Dia melepas paksa tangan laki-laki itu dan berjalan mendahuluinya untuk mencari tempat yang lebih sepi.
"Leo, aku minta maaf. Kemarin Adeline cuma minta aku temenin dia di apartment karena katanya tetangga apart Adeline sering ngegodain dia" ujar sang laki-laki dengan tergesa-gesa.
"Ben, bukan urusan aku mau tetangganya ngegodain dia, mau dia minta kamu temenin ke pemakaman kucingnya kayak 2 hari lalu, mau minta benerin ovennya dia yang rusak, nelpon kamu jam 1 pagi karna mobil dia rusak, mau dia peluk-peluk kamu di rumahnya Cassie, aku udah ga mau tau cause we're done, the end of this conversation."
Leonor berusaha untuk meninggalkan tempat itu karna air matanya sudah tidak bisa terbendung. Lagi-lagi langkahnya tertahan oleh Ben yang pastinya akan memohon-mohon sambil menangis beberapa detik lagi. "Babe, please, aku bisa mati kalo ga sama kamu."
Air mata yang tadi mengalir dihapus oleh si pemilik. Perasaannya sangat berkecambuk, didominasi perasaan marah. Jika dia bukan calon pemegang tahta kerajaan pastinya dia sudah menendang Ben daritadi. Orang ini amnesia atau apa? siapa yang berbuat salah di hubungan ini? selingkuh sana sini tapi kenapa dia juga yang mengancam mau mati? "Maybe, now you deserved. Barang-barang kamu nanti aku kirimin pake kurir. Gausah nangis-nangis di depan room aku, kali ini aku gaakan segan minta tolong satpam usir kamu. Makasih atas semuanya yang telah kamu berikan selama ini, semoga kamu lulus dengan baik. Kalo bisa kita gausah ketemu lagi." Leonor tersenyum pada ujung kalimatnya agar terlihat sopan lalu pergi meninggalkan Ben. Tentunya dengan bantuan bodyguard-nya yang menahan Ben untuk tidak mengikuti Leonor lagi.
...
Saat tengah mengetik project akhir sekolahnya, Leonor diinterupsi oleh Hannah, teman dekatnya selama dia sekolah di UWC. "How's Ben? kamu gapapa?" tanya Hannah. Dia khawatir karena Leonor memilih diam sejak dia pulang dari sekolah.
"Dia tetep milih jadi bajingan sampe akhir, masa dia bilang dia nemenin Adeline karna tetangganya ngegodain dia. Ben kira aku bodoh atau gimana?" jawab Leonor menggebu-gebu. Mungkin masa dimana dia akan menangis saat melihat Ben dengan Adeline sudah lewat, sekarang dia benar-benar marah karena Ben ternyata memang terlalu sampah untuknya.
"He is, actually. Karena kamu udah ngebiarin dia dari lama, dia ngerasa kamu akan tetap diam sampe akhir. Di mata dia, maaf aku harus mengatakan ini, kamu hanya boneka yang hidup dengan segala protokol dan aturan semu." jelas Hannah. Dia mulai menceritakan bagaimana Ben bersama teman-temannya mengolok-olok Leonor karna dia selalu diikuti oleh bodyguard dan memiliki banyak sekali larangan. Cerita Hannah pasti membuat Leonor makin campur aduk, dia marah tapi sedih juga akan hidupnya yang seperti ini. Tidak banyak yang tau bahwa lahir sebagai calon pemimpin negara adalah sebuah berkat juga kutukan. Jika kamu sudah dilahirkan dengan judul "Pewaris Tahta Garis Pertama Kerajaan Spanyol", tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan untuk mengubahnya.
"Hannah..."
"Iya"
"Apakah akan ada orang yang mau bersamaku yang memiliki segudang protokol dan aturan yang harus dijalankan? aku mulai merasa semua laki-laki akhirnya akan menyerah dengan kehidupanku.."
"Jangan pernah sekalipun berfikir tidak ada yang mau mendapatkan kekayaan sebanyak lebih dari 10 juta usd dan 23 bangun—ADUH" sebuah botol jus organik melayang mengenai kepala Hannah dengan keras.
"Aku sedang serius bodoh!" jerit Leonor, Hannah selalu tidak bisa diajak bicara serius. Hannah pun berusaha menghentikan tawanya saat Leonor sudah cemberut. Ratu kita beneran marah.
"Leonor, di dunia ini hal gila bisa terjadi karena ada yang namanya cinta. Ini memang agak menjijikan—"
"iya sangat" Leonor memotong perkataan Hannah dengan cepat.
"— baiklah, sangat menjijikan jika aku membicarakannya. Tapi hal tersebut memang benar terjadi! kalo dipikir, tidak masuk akan Prince Harry keluar dari kerajaan karena Meghan—"
"aku rasa kita tidak boleh membahas hal itu"
"— ya intinya hal yang kecil kemungkinannya kecil dan beresiko saja bisa terjadi. Kamu hanya belum menemukan seseorang yang tepat."
Leonor mengangguk setuju, "masuk akal".
"Huft, sulit sekali minggumu akhir-akhir ini, sebentar lagi sidang, project masih dikerjakan, akhir tahun banyak acara kerjaan yang harus kamu hadiri, sebulan lagi kamu akan pulang ke Spanyol. Apakah kamu pernah kepikiran untuk lari-lari di lapangan sambil telanjang sangking banyaknya hal yang harus kamu lakukan?" tanya Hannah belum lama setelah dia masuk akal.
"Aku gatau kenapa mau berteman dengan orang gila sepertimu," ucap Leonor sambil mengerutkan kedua alisnya karena mendengar perkataan Hannah.
Perut Hannah sakit sekali karna tertawa mendengar gerutu Leonor. Tawanya terhenti karna bunyi telepon masuk, seperti biasa Benedict Timothy Lawrence. Sudah bisa ditebak, Ben pasti akan meneror semua teman Leonor. Hannah membenci Ben karna itu.
"Block saja, aku sudah tidak mau memberi dia kesempatan—"
Hannah mereject telpon Ben dan segera mem-block telegramnya. "AKHIRNYA!! aku sudah lama ingin melakukannya."
"— lagi pula aku akan pulang ke Spanyol sebentar lagi, aku sudah sangat cukup dengan laki-laki Inggris." Tangan Leonor spontan memijat pangkal kepalanya, mengingat kisah asmaranya yang rock n roll dengan semua mantan kekasih Inggris-nya.
"Mereka memang brengsek! kecuali Theo James, Harry Style, Mason Mount, dan Prince William"
"Aku setuju" ucap Leonor dengan nada berbisik. Mereka berdua akhirnya melanjutkan project sambil sesekali bercanda. Leonor akan sangat merindukan Hannah ketika dia kembali ke Spanyol, tidak jarang Leonor mengajak Hannah untuk ikut ke Spanyol bersamanya. Sesering itu juga Hannah menolak ajakan Leonor karna ibunya tinggal sendiri, Hannah anak satu-satunya, maka ibunya akan kesepian jika Hannah pindah. Sempat kepikiran untuk mengajak ibunya Hannah juga tapi yaaa itu ide yang gila. Kenyataannya begitulah hidup, people come and then they go on the other day.
KAMU SEDANG MEMBACA
always you
FanfictionNyatanya setelah ditimpa rumor, Gavi dan Leonor tetap tidak memiliki hubungan seperti yang diharapkan orang-orang. Lambat laun semua rumor itu mereda dan akhirnya hilang termakan waktu, begitupun euphoria orang-orang yang mendukung mereka. Namun sia...