"Ak—" ketika Gavi berusaha menjelaskan, Leonor terlebih dahulu pergi meninggalkannya. Leonor mengusap air matanya, dia tidak mau terlihat menyedihkan di depan Gavi. Leonor kira rasanya akan lega setelah mengatakan itu tapi ternyata sedih yang amat malah menghampirinya, dia kecewa terhadap Gavi tapi lebih kecewa kepada dirinya yang membiarkan perasaan sayangnya makin besar kepada Gavi sehingga menyakiti dirinya sendiri.
Di tengah Leonor berjalan menuju pintu keluar dengan pikirannya yang berkecambuk, Leonor bisa merasakan Gavi menarik tangannya. Tanpa membuka suara Gavi membawa Leonor membelah kerumunan manusia di tempat itu ke sebuah ruangan kosong. Begitu mereka sudah masuk dan Gavi menutup pintu, dia memeluk Leonor, sangat erat, seakan tidak mau Leonor pergi darinya. Bibirnya terlalu kelu karena dia ketakutan Leonor akan meninggalkannya setelah mengatakan kalimat yang di telinga Gavi itu semua berisi perpisahan.
Menerima pelukan erat dari Gavi membuat Leonor melepaskan tangisannya. Mendengar isakan perempuan yang dia cintai, Gavi menyadari apa yang dia lakuin salah dan menyakiti Leonor. Gavi memang niatnya mau menantang Leonor dengan menunjukan bahwa Gavi bisa hidup dengan penuh kesenangan tanpa dia.
Di dalam pelukan Gavi, Leonor memukul-mukul perut laki-laki itu." Kenapa kamu jahat banget?!" telinga Gavi dapat dengan jelas mendengar betapa pilunya suara Leonor. Hatinya ikutan terluka mendengarnya. Kalian tidak berfikir perasaan Gavi sudah hilang kan? nyatanya Gavi masih menyayangi Leonor dengan seluruh jiwanya dan melihat Leonor menangis sendu di pelukannya menghancurkan segalanya yang Gavi miliki.
"Aku minta maaf—" ucapan Gavi kembali terhenti akibat isak tangisan Leonor semakin keras.
"Aku brengsek karena sengaja lakuin itu buat nunjukin ke kamu aku bahagia and fine disini tanpa kamu. Dan lagi aku salah, aku ga bahagia dan ga fine tanpa kamu. Aku juga salah karena biarin dia kayak gitu ke aku padahal aku punya kamu, aku salah karena ga cukup wise buat ngertiin posisi kamu dan ga ngehubungin kamu buat minta maaf, disinilah aku berakhir nurutin ego aku." Tanpa dimintai penjelasan Gavi langsung memaparkan semua kesalahannya, kali saja penjelasannya dapat memperbaiki perasaan Leonor karena jujur saja bukan masalah siapa yang salah dan benar sekarang, hati Gavi ikutan sakit melihat Leonor kayak gini.
"Kamu tau? aku berusaha buat introspeksi diri karena masalah kemarin tapi kenapa kamu malah kayak tadi? kamu gaada niat buat memperbaiki hubungan kita? kamu mau nyerah aja?" setelah terisak Leonor kini membuka suaranya untuk mengungkapkan rasa kecewa.
"Maafin aku, aku gak bermaksud kayak gitu, i love you my everything, aku juga hancur sama kayak kamu beberapa hari ini. I missed you alot that it feels like i cant breath anymore. Party ini gak lebih dari pelarian aku karena aku ga sanggup cuma diem aja mikirin lanjutan dari hubungan kita karena aku tau kamu udah kecewa sama aku. Aku takut Leo, aku takut banget kamu ninggalin aku. Aku tau ini caranya jahat dan aku minta maaf."
Leonor terdiam sejenak mendengarkan Gavi. "You still love me?" tanya Leonor setelahnya, Leonor dan Gavi sama-sama takut dengan kehancuran hubungan mereka. Namanya pasangan baru, rasa mencintai mereka sedang besar-besarnya dan yang bisa mereka rasakan adalah euphoria yang rasanya amat adiktif. Mendengar keraguan dari pertanyaan Leonor, tangan Gavi mengangkat dagu Leonor agar melihat hanya kepadanya. Gavi mencoba meyakinkan Leonor dengan menatap mata biru disana. "Always." ungkap Gavi dalam.
"Aku takut kamu ninggalin aku." Mata itu bergetar menatap Gavi, Leonor benar-benar ketakutan. Perasaan Gavi sakit melihat betapa dia telah menggores hati Leonor.
Genggaman Leonor pada kedua tangan Leonor menguat, "Pegang janji aku.. aku gaakan ninggalin kamu kecuali kamu yang minta. Mengenai masalah kemarin aku sadar ini tentang komunikasi kita, aku akan berusaha lebih ngertiin kamu dan gak lari begitu aja. I'll do better for you."
KAMU SEDANG MEMBACA
always you
FanfictionNyatanya setelah ditimpa rumor, Gavi dan Leonor tetap tidak memiliki hubungan seperti yang diharapkan orang-orang. Lambat laun semua rumor itu mereda dan akhirnya hilang termakan waktu, begitupun euphoria orang-orang yang mendukung mereka. Namun sia...