03| Prince of Asturias

1.5K 106 6
                                    

Flashback

Akhirnya dia dan rekam se-timnya sampai di Spanyol dengan selamat. Mereka menerima banyak semangat dari masyarakat langsung maupun sosial media setelah kegagalan mereka untuk masuk ke babak delapan besar. Sedih memang tidak bisa dipungkiri, bagi beberapa dari mereka ini kali pertama diikut sertakan piala dunia dan sayangnya mereka belum bisa mengharumkan negara mereka, namun melihat orang-orang yang rela datang ke bandara untuk menyambut mereka, memotivasi agar di piala dunia selanjutnya mereka bisa menjadi lebih baik dan membanggakan.

"Gav, mau minum ga?" tawar Alvaro kepada Gavi yang terlihat luntang-lantung di acara penyambutan Tim Nasional Spanyol.

"Rusak anak orang RUSAK," canda Ferran yang disambut tawaan oleh mereka semua yang ada di Tim, tentunya semua tertawa karna ekspresi Gavi yang terlihat kesal. Dasar sumbu pendek.

"Lo semua gaboleh ngomong gitu sama Pangeran Spanyol HAHAHAHA" sambung Ansu, suara tawa yang lebih kencang memenuhi ruangan. Seperti inilah bercandaan mereka akhir-akhir ini.

"Sampah mulut lo semua," sahut Gavi dengan nada yang gaada santai-santainya.

"HAHAHAHAHAHA"

Jordi menyesap winenya, lalu bertanya, "Gimana Gav negara aman?"

"Aman"

"Oalaah gue denger-denger natalan lo ngasih speech ya" disahuti lagi oleh pemain lainnya.

"Oh iya bener"

"Jadinya yang mana Gav?"

"Kanan"

"Nanti kalo udah jadi Prince of Asturias jangan sombong-sombong ya Gav"

"Rumah lo semua gue ratain,"

Mereka tidak henti-hentinya meledek Gavi, bukannya acara penyambutan, ini jadi kayak ulang tahun Gavi. "Jarang ada tau Gav, pemain bola nikah sama Ratu Spanyol"

"SIAPA YANG MAU NIKAH SAMA RATU SPANYOL??! wah kacau lo semua" ujar Gavi masih dengan tidak santai. Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Dasar mental bungsu, kesabarannya setipis kertas, dikasih umpan sedikit, meledak.

"Becanda Gav jangan nangis gitu dong" ucap Koke.

Sambil menunjukan mukanya keseluruh pemain dan matanya yang tanpa sadar melotot, "GAADA YANG NANGIS???"

Seperti agenda mereka untuk meledek Gavi tidak akan selesai dalam minggu-minggu ini. Gavi sendiri sama sekali tidak marah karena tau itu hanya bercanda semata, dia hanya tidak suka diledek oleh rekan se-timnya. Biasanya dia yang ngeledek, gengsi dong sekarang dia yang jadi bahan becandaan.

Di sisi lain, candaan teman se-timnya ternyata berefek pada Gavi. Awalnya dia sama sekali tidak mengambil pusing tentang rumor yang ada padanya tapi semakin sering orang-orang membahas tentang itu, Gavi tau rumor ini tidak bisa dikesampingkan.

"Lo gapapa?" tanya Pedri saat mereka sudah kembali ke apartemen. Melihat di sepanjang jalan pemuda itu hanya bengong tidak berbicara apapun jadi janggal. Ada sedikit rasa bersalah karna mungkin dia dan teman-teman yang lain berlebihan meledek Gavi sehingga dia diam begini.

Keheningan mengisi ruang apartemen sebelum Gavi menjawab, "Sedih ped kita kalah"

"Bukan bola! itu rumor lo sama Leonor" ujar Pedri sambil duduk di sofa menghadap Gavi. Pembicaraan ini rasanya akan panjang.

Gavi kembali diam dan terlihat berfikir sejenak, "Se-chaos itu kah?" tanyanya.

"Kacau nyet sampe dibahas kalo misalnya lo nikah sama Leonor lo bakal retired jadi pemain bola lah, dibahas juga seandainya Leonor yang ngelepas takhtanya lah. Orang pada kebanyakan baca cerita fiksi ya."

"Hahaha iya kayaknya, tapi ya Ped dalam posisi gue sekarang ini, gue gabisa ngapa-ngapain juga. Gue tau Princess Leonor minta tanda tangan ga cuma ke gue, ke kalian semua. Mau buat klarifikasi takutnya orang makin menjadi dan gue rasa vidio klarifikasi butuh izin juga dari kerajaan. Gue pikir-pikir jadi ruwet, ga mau dipikirin ini DM yang masuk banyak nanyain gue sama Leonor. Bingung gue harus apa," Gavi menyampaikan kegusarannya.

"Yaudah lah Gav gausah dipikirin, gue rasa kerajaan juga ga akan nganggep ini serius." ucap Pedri untuk menenangkan Gavi.

"Iya, tapi Ped menurut lo, mungkin gak?"

Pedri menghentikan gerakannya untuk mengambil air putih, "Apanya yang mungkin??"

"Gue sama Leonor" ada banyak keraguan dalam perasaan Gavi. Dengan dia melontarkan pertanyaan itu bisa dipastikan dia memang merasa ada yang mengganjal dan kurang nyaman.

Nafas Pedri terdengar gusar, dia simpati dengan apa yang dialami Gavi. Semuanya terlalu tiba-tiba dan baru untuk Gavi, ini piala dunia pertama untuknya dan Gavi, rumor ini pasti sedikit banyak berefek pada sikis pemuda di hadapannya. "Mau jawaban jujur apa bohong"

"Jujur lah, menurut lo gimana?"

"Kurang sih Gav, kalo Leonor—"

Gavi menginterupsi kalimat Pedri, "Kita harusnya panggil dia pake Princess gasih Ped"

"Princess Leonor. Mau Kerajaan sekarang udah lebih terbuka, sekarang boleh nikah sama non-bangsawan juga, tetep kayak yang gue bilang terlalu fiksi buat sekedar dibayangkan. Gue ngerti sih perasaan lo, geer sih ada dikit ya secara ini Princess Leonor."

Perkataan Pedri sepenuhnya disetujui oleh Gavi, secara pribadi dia tidak berani mengungkapkannya. Guys, mau bagaimanapun ini Princess Leonor, Calon Ratu Spanyol. Tidak ada lagi yang lebih menarik dari pembicaraan remaja laki-laki atau simply laki-laki di Spanyol kecuali mereka membicarakan Leonor. Belum ada kata yang lebih tepat selain Peincess Leonor adalah idaman semua remaja spanyol. "Gue jarang nih muji-muji begini tapi gue akuin Princess Leonor emang cantik banget. Ngikutin gue, karna mama sama kakak gue suka banget nontonin kerajaan-kerajaan gitu. Kemarin waktu rumor itu pertama kali keluar, ditelpon gue sama kakak, jarang-jarangnya dia nelpon. Sekalinya nelpon Gav kamu beneran sama Leonor? terus teriak-teriakan sendiri, gajelas"

Pedri tergelitik oleh perkataan Gavi, tumben ga gengsi. Jika posisinya mereka sedang bersama yang lain, pasti gamau ngaku si Gavi kalo Leonor memang se-dreamy itu. "Sebenernya mah kalo ga Calon Ratu Spanyol banget, gas ya" dibalas anggukan oleh Gavi.

"Ah udahlah halu babu gini gaada selesai-selesainya" lanjut Gavi, dia segera mengambil ancang-ancang untuk berdiri tapi perkataan Pedri menghentikannya.

"Gav lo jangan ngerendahin diri lo gitu, semuanya mungkin aja terjadi. Gaada yang mustahil dari lo sama Leonor. Gue ngomong kayak tadi biar lo jangan terlalu berharap aja, gue dan yang lain pasti seratus persen akan dukung lo. Bakal makin banyak rumor dan situasi sulit yang akan lo lewatin jadi gue harap lo bisa berbagi sama kita-kita kalo overwhelmed."

Nyata Gavi hanya butuh kata supportif dari teman-temannya, dia merasa sangat berterima kasih karena Pedri mau mendengarkan kegalauannya akhir-akhir ini. Banyak skenario-skenario buruk yang Gavi pikirkan, senang bisa berbagi dengan Pedri karena setidaknya sedikit bebannya terangkat. "Makasih ya Ped" ucap Gavi.

"No Worries. Btw besok kita udah mulai camp lagi di FCB, bisa tuh lo ngobrol sama Pablo"

"Hah? Pablo yang mana?" terlalu banyak yang dia pikirkan sampai lupa Pablo yang mana yang dimaksud Pedri. Banyak Pablo disini.

"Parah. Pablo Urdangarin, lah. Sepupunya Princess Leonor, perasaan waktu itu lo yang heboh deh dia keponakannya Raja Spanyol." jadi dulu sebelum Gavi dipercaya untuk bermain sebagai tim inti FC Barcelona, Gavi berteman dengan dengan salah satu atlet Handball Barca. Long story short mereka dekat karena nama mereka sama-sama berawalan Pablo, topik itu yang dibawa Gavi saat dia pertama berkenalan dengan Pablo Urdangarin. Saat mereka sudah saling menfollow social media, muncul celetukan, hampir sama kayak yang sekarang Gavi ini ngeri loh temenennya sama pangeran. Seperti bisa ditebak, Gavi kaget banget pas tau Pablo Urdangarin ternyata anaknya Infanta Cristina, dalam hatinya pantesan nama Urdangarin gak asing. Malu Gavi karena dia kayak orang pedalaman karena baru tau fakta itu, mana pas dikasih tau hebohnya berlebihan.

"Iya-iya gausah dibahas dah yang itu,"














Jangan lupa vote 🤍 !!

always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang