"JADI LO CIUMAN SAMA LEONOR?!" teriak Pedri. Benar-benar teriak keras sangking kagetnya dengan apa yang barusan telinganya dengar. Gavi memukul Pedri dan memeringati laki-laki itu untuk diam sekarang juga atau pukulan lainnya akan menyusul. Gila Pedri, dia teriak loh, ini rahasia yang sangat besar hingga bisa memertaruhkan hidup Gavi, seenaknya saja teriak-teriak.
Pedri berdiri dari tempatnya untuk mengambil baju di loker. Dengan gusar dia mengganti bajunya sambil mengumpati Gavi, "Dasar bajingan beruntung! Wah gila gue masih mikir kok bisa lo sama Leonor?!" Pedri melempar baju kotornya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pikirannya seperti mau terbang dirasa-rasa.
Pedri berkacak pinggang, bengong sebentar, lalu merinding saat membayangkan apa yang dikatakan Gavi. "Wah asli gue takut banget sama dunia!" ucap Pedri sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Kayak gaada Tuhannya," Gavi jengkel dengan kelebayan temannya itu. Apa maksudnya Pedri takut dengan dunia setelah dia bercerita habis berciuman dengan Leonor??
Pedri mendekati Gavi, tangannya memegang pundak sahabatnya dan mengguncangkan badannya pelan. "GAV KOK BISA?!! gak masuk akal!" sangkal Pedri yang lebih tepatnya teriak di depan muka Gavi.
"DIEM PED DEMI TUHAN LO KAYAK NGAJAK NGOBROL SEKOTA," Gavi melepaskan kedua tangan Pedri dari pundaknya. Dia dongkol dengan Pedri yang berbicara terlalu keras, bagaimana jika teman-teman yang lain dengar? bagus jika Gavi cuma diledekin, kalo ada yang keceplosan ngomong di media? habis Gavi.
Pedri beralih dari hadapan Gavi, dia berjalan bolak-balik untuk menghilangkan kekacauan informasi yang diterima otaknya. "Rasanya gimana Gav ciuman sama Leonor?" emang gaada sopan santunnya nanya begitu. Tapi mau gimana Pedri penasaran banget.
"Spanyol" jawab Gavi asal.
"Bangsat! serius gue!" umpat Pedri. Dia sebenernya iri sama Gavi, iri banyak, bisa-bisanya anak baru gede itu. Ada setitik keinginan dalam diri Pedri untuk mengumpulkan semua laki-laki Spanyol untuk menghantam Gavi atas keberuntungan anak itu.
Gavi memberikan tatapan herannya kepada Pedri. "Ya lo yang bener aja masa harus gue ceritain.." — tapi kalo mau diceritain, rasanya.. enak banget. Jika ada satu kegiatan di dunia yang harus dia lakukan setiap saat tanpa bosan hingga mati, yang dia akan lakukan adalah berciuman dengan Leonor. Sial, Gavi tidak bisa menghentikan senyum konyolnya.
Melihat Gavi senyum-senyum sendiri, Pedri makin menjadi, "mampus! lo beneran ciuman sama Leonor?!/$.!&/$/&.$/" laki-laki dewasa itu memasukan kepalanya kedalam baju dan berputar-putar. Beneran gajelas.
Para pemain lain akhirnya masuk ke ruang ganti, mereka baru selesai latihan. Mereka merasa aneh melihat apa yang dilakukan Pedri, berputar-putar seperti orang gila. "Itu Pedri kenapa?" tanya Ferran.
"Tantrum" jawab Gavi.
"Babi!" umpat Pedri. Dia melepaskan kepalanya dari baju yang dia kenakan dan duduk, lelah juga berputar-putar.
Setelahnya semua berjalan dengan normal, para pemain mengobrol sebentar sebelum mereka pulang. Tidak ada yang tau rahasia Gavi selain Pedri, maka sebelum Gavi meninggalkan ruangan dia nyamperin Pedri yang tengah bersiap-siap untuk pulang juga. "Jangan kasih tau siapa-siapa ya Ped soal itu," ucap Gavi. Informasinya ini memang bersifat sangat rahasia dan berbahaya jika sampai media tau, Gavi berharap Pedri mengerti keadaannya.
Sambil meresletingkan tasnya, Pedri meyakinkan Gavi bahwa dia tidak akan membocorkannya kepada siapapun. "Iya udah tenang aja ini gue cuma terguncang, pegang tangan gue keringetan," untungnya nada bicara Pedri sudah lebih santai, mungkin dia sudah menerima kenyataannya. Pedri memperlihatkan tangannya kepada Gavi.
Gavi melihat jijik kearah tangan berkeringat Pedri, itu bukan berkeringat karena terguncang lebih ke-keringetan karena pake sarung tangan selama latihan tapi belum cuci tangan, "Jorok lo" ungkap Gavi.
"Lo yang— GUE MASIH GA ABIS PIKIR!!" ternyata Pedri masih belum nerima.
"PEDRI!!"
...
Tempatnya di meja makan yang terisi penuh oleh makanan. Suara pisau yang beradu dengan piring memenuhi ruangan tersebut. "Leonor, mama liat dari tadi kamu senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin apa?" tanya Queen Letizia saat melihat anak pertamanya itu tidak bisa berhenti tersenyum sejak memulai makan siang mereka.
"Dia abis— bukh aduh!!" naas Sofia harus menerima pukulan kecil Leonor. Tidak hanya pukulan, Leonor kini menatap Sofia dengan waspada. Seperti ingin memperingat bahwa satu kata selanjutnya akan menentukan hidup dan matimu.
"A-abis itu—eeee apa namanya? nonton film!!bagus ya endingnya kak?" untungnya otak ini bisa diajak mengikuti alur dengan cepat, Sofia menghela nafas lega. Leonor mengangguk untuk menjawab pertanyaan Sofia, setelahnya dia bisa lanjut memakan makan siangnya karena merasa sudah tenang. Kadang Leonor heran kenapa Sofia sangat menyulitkannya.
Queen Letizia mengangguk paham, "Oooh kirain karena Gavi kemarin ke sini.." ungkapnya.
Leonor tersedak oleh makanannya sendiri, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Setelah meminum air putih, dia melanjutkan obrolan mereka, "mama gak marah?"
Letizia tersenyum sambil menghabiskan makanan dimulutnya sebelum menjawab kebingungan Leonor. "Engga, kamu kan udah dewasa, ngerti lah mana yang baik dan ga baik buat diri kamu sendiri. Tapi lain kali.. bilang ya sayang kalo Gavi mau main, kan mama bisa izinin dia masuk ke sini jadi ga perlu minta tolong Pablo," saran Letizia. Ibu beranak dua itu sejatinya senang karena Leonor memiliki teman baru, apalagi ini teman dari luar, yang istilahnya memiliki perspektif yang pastinya jauh berbeda dengan Leonor. Letizia berharap Gavi bisa membuka pengetahuan Leonor akan dunia luar.
"Okaay, i promise next time i'll let you know when he's here." janji Leonor.
Letizia bertanya kembali, dia ingin tahu juga apa yang anaknya lakukan karena mereka jarang memiliki kesempatan untuk bisa bertukar cerita. "Kemarin ngapain aja sama Gavi?"
Jantung Leonor langsung berpacu lebih cepat saat diberikan pertanyaan seperti itu. "GA NGAPA NGAPAIN" tanpa sadar ketika menjawab suaranya meninggi untuk menghilangkan kegugupannya.
Letizia tersentak mendengar jawaban Leonor, "santai saja nak jawabnya, hahaha kamu kenapa?" Letizia sedikit tertawa melihat ekspresi muka Leonor yang menegang. Sepertinya dia tau apa yang telah terjadi. Oh ayolah dia juga pernah muda.
Sedangkan Leonor ketakutan setengah mati, mamanya tidak biasanya santai seperti ini jika Leonor membicarakan soal teman. Apalagi ini Gavi, Leonor kira mamanya tidak akan dengan mudah membiarkan Leonor berteman dengan laki-laki itu. Kekhawatiran memenuhi Leonor. Kalian tau kan mamanya bersih keras agak Leonor tidak boleh berteman dengan Princess Alexia saat dia sekolah di Wales.
"Ma.. mama beneran gapapa aku temenan sama Gavi?" tanya Leonor yang masih tidak percaya.
Letizia menghentikan kegiatan makannya dan menatap Leonor dengan dalam. Letizia tersenyum melihat anaknya kita telah bertumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik dan sehat. Sebagai ibu, yang Letizia inginkan hanya kebahagiaan untuk anaknya, tidak lebih tidak kurang. Dahulu dia protective terhadap anaknya karena dia merasa Leonor belum cukup dewasa dalam melihat hitam dan putihnya dunia. Namun sekarang dia bisa memastikan bahwa Leonor tumbuh dengan baik hingga sudah bisa bertanggung jawab akan pilihannya sendiri. "Gapapa sayang. Gavi baik kok, malah rencananya mama sama papa mau undang Gavi untuk makan malam bersama di Palecio. Its a good idea, isn't?"
Tanpa aba-aba Leonor berdiri dari kursi tempat dia duduk dan memeluk Letizia. Leonor sangat senang dengan apa yang barusan mamanya katakan, dia tidak pernah mendengar mamanya memberikan kepercayaan sebesar ini dan sepenuh ini kepada Leonor. "Thank you for everything!" ucap Leonor di tengah pelukan hangat mereka. Letizia tersenyum mendapat perlakuan manis dari anaknya, kata bangga rasanya tidak cukup untuk mendeskripsikan perasaannya.
"Aku ga diajak?" tidak tau sejak kapan Sofia sudah berdiri di samping mereka. Letizia menyambut Sofia dengan pelukan. Sekarang ketiga perempuan kebanggaan kerajaan itu tengah berpelukan dengan erat, saling menyampaikan kasih sayang dan rasa terima kasih kepada satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
always you
FanfictionNyatanya setelah ditimpa rumor, Gavi dan Leonor tetap tidak memiliki hubungan seperti yang diharapkan orang-orang. Lambat laun semua rumor itu mereda dan akhirnya hilang termakan waktu, begitupun euphoria orang-orang yang mendukung mereka. Namun sia...