02| No. 9

1.7K 97 2
                                    

"Kak Leo!!!" sambut Sofia dengan meriah. Sebenarnya Leonor sudah sampai daritadi siang tapi karena Sofia sedang sekolah jadi dia baru bisa bertemu dengan sang kakak kesayangan. Mungkin banyak yang bertanya mengapa Sofia tidak mengikuti jejak Leonor untuk sekolah di Wales. Alasannya klasik kedua orangtua mereka tidak ingin kedua anaknya tinggal jauh dari mereka, apalagi Sofia, semua yang dikatakan media nyatanya hanyalah rumor tak berlandaskan. Bahwa, sofia diacuhkan dalam keluarga, sofia dibedakan, King Felipe lebih sayang dengan Leonor, semuanya salah. Nyatanya King Felipe dan Queen Letizia tidak mau anak bungsu mereka sekolah jauh-jauh, sofia merupakan anak yang ceria dan selalu menghibur. Walaupun tidak selalu mereka bersama tapi King Felipe dan Queen Letizia akan meresa sangat kesepian ketika kedua anaknya sekolah di luar negeri.

Leonor membalas pelukan Sofia sama eratnya,"Hai!! aku sangaaaaat merindukanmu, bagaimana kabarmu? apa semuanya baik?"

"Everything is perfect! I do really miss you kak" jawab Sofia dengan menggebu-gebu. Mereka kembali berpelukan sebelum beralih ke ruang tamu untuk mengobrol. Mereka bercengkrama tentang banyak hal, salah satunya alat elektronik pembersih lantai baru yang berjalan mengelilingi rumah, Leonor agak sedikit kagum dengan keberadaan alat itu di rumah, terasa sangat modern dibandingkan segalanya yang ada di rumah ini. Banyaknya paparazi yang menunggu di sepanjang jalan menuju rumah juga sempat menimbulkan keheranan Leonor, rasanya saat dia meninggalkan Spanyol tidak sebanyak itu.

"Mereka semua tergila-gila oleh mu, Ms. Most Mysterious Princess in Europe." ucap Sofia sambil menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Leonor.

"Jangan berlebihan... aku hanya heran mengapa jumlah mereka jadi amat bertambah banyak. Aku sampai tidak bisa melihat trotoar karena mereka memenuhinya,"

"Cause now is your golden age.. na-na-na sebelum kamu bertanya aku akan menjelaskannya. Sekarang kita banyak mendapat sorotan karena kita pastinya sudah lebih dewasa dari kita waktu kecil tapi tidak cukup dewasa untuk berpolitik, biasanya kita berkata lebih jujur dan spontan, di usia kita sekarang juga rawan muncul gossip tentang kehidupan social dan asmara kita. Media mencintai gossip.. jadi jangan khawatir mereka ada di trotoar karna di lain kesempatan mereka bisa saja tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Kamu sepertinya lupa kalo kamu adalah calon ratu." Sofia berhasil menjawab keheranan Leonor.

"Kamu benaar, aku sangat senang kamu bisa menjelaskannya dengan baik. Selanjutnya aku masih butuh banyak bantuanmu karna banyak yang berubah disini, aku butuh beradaptasi. Ngomong-ngomong papa dan mama sedang melakukan visit ke Badan Kesejahteraan Pekerja," Ujar Leonor sambil meluruskan kedua kakinya di sofa, berjalanannya ke Spanyol cukup melelahkan.

Sofia mengangguk lalu kembali memerhatikan TV. Keheninggan bertahan lama dikala mereka berdua fokus ke TV sambil memakan buah kupas, sebenarnya mereka berdua sama lelahnya jadi mereka sejenak menangkan pikiran dengan menonton TV. Saat sedang asik, iklan piala dunia muncul. Mereka baru merilis mascot terbaru.

"Lucu sekali mascotnya.."

"Kak, saat fase grup dimulai Papa mengajak kita untuk menonton langsung. Itu sekitar 2 minggu lagi, aku tak sabar," ujar Sofia dengan semangat, kecintaannya pada sepakbola memang bukan sebulan atau dua bulan saja.

Melihat sang adik menunjukan kecintaannya pada sepakbola, Leonor berujar, "Wah! aku jadi berdebar, ini pertama kalinya kita menonton langsung."

"Kamu berdebar karna pertama kali menonton langsung atau karena tidak sabar melihat pemainnya?" Sofia dan hobby meledeknya yang tidak berubah, semakin handal.

Tak disangka Leonor menjadi gugup karna pertanyaan Sofia yang sebenarnya simple tapi nyatanya dia tidak bisa menjawabnya dan malah.. "Sofia??!"

"HAHAHA jangan malu-malu seperti itu kak, bukannya kamu yang meminta dia menandatangani jersey untukmu HAHA" saat Sofia menyelesaikan kalimatnya, Leonor tidak tinggal diam, dia mengejar Sofia untuk menggelitikinya sampai Sofia meminta ampun. Mereka berdua tertawa hingga Sofia mengeluarkan air mata, rumor kakaknya dan Si Pemain No. 9 tidak pernah tidak lucu untuknya.

"Diamlah hahaha aku jadi ingat aku hampir stress karena itu..."

"Aku ingat saat natal kamu hanya memutari meja makan karna takut rumornya sudah menyebar dengan gila. Tapi kak, apa kamu masih menyukainya?"

"As a fan, always, hanya media kurang ajar yang membuat aku seolah-olah siap turun tahta untuk Ga—Ups" Leonor menutup mulutnya dengan tangan, dia hampiiiir menyebutkan nama si No. 9.

"Santai.. kamu bisa menyebut nama Gavi jika hanya bersamaku."

"Kamu tau kan aku tidak meminta tanda tangannya untukku.. maksudku secara spesifik. Itu semua hanya kebetulan dia yang pertama disambut Papa dan kebetulan baju yang Papa bawa untuk dimintai tanda tangan berukuran kecil." Sofia bisa merasakan keresahan Leonor dalam setiap kalimatnya.

"Iya.. aku mengerti, itu pasti sangat sulit bagimu karena selain kamu dirugikan oleh gossipnya kamu takut Gavi merasa terganggu, tapi hanya sekedar info dia tidak apa-apa saat itu." jelas Sofia

"Tau darimana? Pablo?"

"Lihat?! kamu bahkan tau Gavi dan Kak Pablo berteman."

"Aku juga tau Gavi menanyakan aku kepada Pablo saat rumor itu semakin tak terkendali.."

"Kamu jadi penasaran kan kenapa dia repot-repot bertanya, itu karena rumor itu juga berefek besar kepadanya. Seluruh Barcelona club hampir meledeknya, kata Pablo. Dia yang tadinya tidak memikirkannya jadi ikut khawatir dan bertanya ke Pablo untuk mendapatkan kejelasan."

Pastinya penjelasan Sofia membuat Leonor tersentak, dulu dia sempat mendengar rumor itu dari media. Gavi diledekin satu club bahkan sampai ke interview teman se-timnya. Tapi Leonor tidak pernah tau Gavi sempat peduli dan bertanya kepada Pablo, sepupunya. Kenyataan ini membuat perut Leonor penuh, rasanya bercampur sehingga sulit dijelaskan. Perasaannya membuncak entah karena apa. Kepalanya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan yang saat itu akan terjadi. Kekosongannya diinterupsi oleh Sofia ketika adik kesayangannya itu menepuk pundaknya.

"Wow ini menjadi terlalu banyak, aku rasa itu semua hanya bagian dari masalalu kita yang cukup menyenangkan dan fairy. Sekarang kita ganti topiknya ya adik."

"Apakah kita akan memakai jersey seperti saat kita kecil?" tanya Leonor.

"Aku tidak tau.. yang pasti kita akan menonton piala dunia!!! yeayy!!" Sorak Sofia dengan tarian kecilnya. Membayangkan mereka akhirnya bisa datang ke stadion yang penuh dengan sorak saja sudah membahagiakan hatinya.

"Aku berharap mereka bisa menjadi semakin baik kali ini.."

"Bukan hanya semakin baik. Aku ingin mereka menang."

"Jangan memberikan pressure seperti itu pada mereka hahaha" Leonor dan Sofia melanjutkan obrolan mereka sampai ART mereka memanggil untuk segera membersihkan diri dan menyiapkan diri untuk makan malam.

Makan Malam berjalan dengan hangat, akhirnya mereka sekeluarga berkumpul sebagai full-team kembali. Kepulangan Leonor disambut dengan sangat baik, mereka saling merindukan satu sama lain. Memang benar kepergian seseorang dapat menjadi tombak untuk menyadari betapa besarnya rasa sayang mereka kepada orang tersebut.

Saat sudah semakin larut, sedihnya mereka harus menyudahi obrolan seru mereka dan kembali umtuk beristirahat. Hari ini Sofia memilih tidur bersama Leonor, rasanya sangat menenangkan karena mereka berbagi kamar tidur mengingatkan mereka saat seperti mereka masih kecil dulu. Lampu dimatikan dan mereka berdua siap untuk tidur.

"Kak.." panggil Sofia. Sayangnya hanya dibalas deheman.

"Apa kakak menantikannya bermain?"

"Lebih dari yang kamu bayangkan."

"Yang aku lihat dia semakin tampan, rahangnya makin teg—"

"Tidak sopan seorang putri membicarakan laki-laki di atas kasurnya sebelum tidur!"

Walau ruangan sudah gelap, Leonor masih bisa melihat senyum kepuasan Sofia karena telah berhasil membuatnya menggerutu disana. "Good Night Kak Leo"

"Night"

always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang