Atensinya tertuju kepada sepasang kekasih, mereka asik tertawa sambil memakan churros yang mereka bawa. Sesekali si laki-laki menggoda kekasihnya dengan memeperkan churros yang terlumur saus coklat ke hidung si perempuan, tentunya si perempuan tidak terima dan mencoba membalas perbuatan usil ke kasihnya. Mereka terlihat sangat menikmati momen ini, duduk di taman, mata mereka dimanjakan oleh danau yang luas, hewan peliharan yang lucu berkeliaran dan banyak anak-anak di sini, kebahagiaan yang dirasakan sepasang kekasih itu tidak luput dari penglihatan Gavi.
"Aku sangat menyedihkan," ungkap Gavi saat sadar dirinya yang sedang duduk sendirian di taman ini sibuk memandang sepasang kekasih yang tengah memadu kasih di depan matanya.
Sejak tadi malam pikirannya suntuk, hingga Gavi tidak bisa tidur. Paginya karena tidak tahan hanya berdiam di apartment, Gavi memutuskan untuk berjalan-jalan menggunakan mobil dan menemukan taman yang indah ini. Selain indah, aktivitas di sana diharapkan Gavi bisa menghidupkan suasana hatinya yang terasa mati.
Di taman ini Gavi banyak berfikir, tentang segalanya. Dirinya, perasaannya, Leonor, pertandingan besok, tempat baru yang ingin dia kunjungi, jalan-jalan akhir tahun, pasangan-pasangan di sekitarnya, dan berakhir Gavi berandai jika pasangan itu adalah dirinya dan Leonor. Hatinya sakit ketika kembali mengingat hubungannya dengan Leonor sekarang, hampir kandas. Gavi mulai merasa keputusannya untuk break dengan Leonor sangat implusif, mengingat betapa sulitnya Gavi bisa sampai di titik ini sangat disayangkan jika Gavi menyerah secepat itu. Namun perkataan Grandma-nya Leonor sangat menyakitinya, Gavi memang hanya mengandalkan perasaannya kepada Leonor dan ketika perasannya diragukan tidak ada lagi yang bisa dia pegang. Memang fakta yang menyakitkan dan itu menyadarkan Gavi, apakah dia bisa bersama Leonor hanya dengan perasaan yang amat besar kepadanya?
Di sisi lain, Gavi telah mendapatkan Leonor, bukankah itu cukup menyangkal perkataan tersebut? Dia dan Leonor adalah nyata, bukan angan-angannya. Leonor benar-benar mencintai Gavi dan dia juga mencintai Leonor.
...
Karena hari sudah siang, Gavi memutuskan untuk mencari makan. Hari ini dirasa-rasa Gavi ingin menyantap pizza, lupakan diet, Gavi sudah hampir gila sekarang. Dia cukup puas ketika sampai di restaurant pizza yang direkomendasikan oleh google, tempatnya fancy dan wangi pizza bakarnya yang menggiurkan masuk ke penciuman Gavi.
Saat Gavi sedang menunggu pizzanya, ada seorang perempuan yang tiba-tiba mengambil tempat duduk di meja yang tengah Gavi tempati. Gavi tidak bodoh untuk bingung mengapa dia duduk disini, dia memilih diam saja dan menyibukan diri dengan handphone. Perempuan itu membenarkan rambutnya sebelum menyapa Gavi, "Hai,".
Gavi tersenyum sopan kepada perempuan itu, "Hai." jawab Gavi seadanya sambil menatap lawan bicaranya. Gavi scanning, semua laki-laki seperti itu, perempuan di hadapannya memakai baju membentuk badan dan berkerah rendah, rambutnya berwarna hitam, serta parasnya lumayan cantik jika Gavi harus mendeskripsikannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya perempuan itu, yang membuat Gavi semakin yakin dia ingin melakukan pendekatan kepada Gavi. Karena sudah jelas Gavi ke restaurant pizza untuk makan pizza, kan?
Gavi tersenyum tipis melihat bagaimana perempuan ini berusaha, namun terlihat perempuan ini semakin tergila-gila karena Gavi memberikan senyuman dengan lesung pipi yang sialnya sangat tampan secara visual. "Aku ingin memakan.. pizza" ujar Gavi sambil mengangkat buku menu yang bergambarkan pizza, menunjukan bahwa ini restaurant pizza dan pasti dia ingin makan pizza. Aduh sebenarnya Gavi sedang ingin sendirian dan berharap dengan jawabannya yang singkat dapat membuat perempuan ini cukup sadar untuk meninggalkannya.
"Hahahaha iya. Hallo, aku Ellen. Aku sekolah di sini, aku berasal dari Amerika."
Oh dia tidak menangkap pesan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
always you
FanfictionNyatanya setelah ditimpa rumor, Gavi dan Leonor tetap tidak memiliki hubungan seperti yang diharapkan orang-orang. Lambat laun semua rumor itu mereda dan akhirnya hilang termakan waktu, begitupun euphoria orang-orang yang mendukung mereka. Namun sia...