12| I love you, Princess

1.2K 75 0
                                    

Sejak Gavi mengungkapkan perasaannya kepada Leonor, perempuan itu memilih lebih banyak diam. Perlakuan Leonor membuat Gavi takut dia salah langkah. Selain takut, dia juga dipenuhi rasa menyesal karena dengan mengungkapkan perasaan sama saja dia telah menghancurkan pertemanannya dengan Leonor. Semuanya terjadi terlalu cepat dan Gavi terbawa suasana, dia tidak memastikan terlebih dahulu apakah Leonor balik menyukainya atau tidak, maka ketika tidak, hubungan mereka yang dipertaruhkan. Bagaimana dengan ciuman mereka waktu itu? menurut Gavi personally, zaman sekarang berciuman bukanlah penentu mereka saling mencintai, banyak orang yang melakukan hal tersebut tanpa mencampuri perasaan di dalamnya. Namun jangan meragukan Gavi karena dia pure mencium Leonor karena menyayanginya.

Yang jelas Gavi sekarang menyesal telah secara implusif menyatakan perasaannya kepada Leonor. Sungguh akhir yang buruk ketika sunset telah terlukis indah di langit tapi mereka berdua hanya diam-diaman di mobil.

"Gavi," apakah ini akan menjadi penolakan Leonor? Gavi belum siap akan itu tapi mau tidak mau dia harus.

"Ya.." ucap Gavi lemah. Nyatanya dia tidak sanggup mendengar penolakan Leonor. Hatinya terasa sakit.

"I'm sorry—"

Gavi menginterupsi ucapan Leonor, pasti Gavi merasa sedih karena perasaannya ditolak tapi menurutnya Leonor tidak harus meminta maaf seperti itu. Sungguh bukan salahnya, ini pure kesalahan Gavi karena tidak bisa mengotrol perasaan. "Leonor. Aku sungguh tidak apa-apa, seharusnya—"

"Boleh aku berbicara sebentar?" Leonor memotong kalimat Gavi. Dijawab anggukan oleh Gavi, dia benar-benar sudah pasrah akan perasaannya yang sebentar lagi akan hancur oleh kalimat penolakan Leonor. Asli, di saat seperti ini nyalinya seperti bukan nyali seorang pemain bola kelas internasional, persetan Gavi sudah tanggung menyedihkan sejak tadi di pantai.

"Sorry aku mendiamkanmu, aku terlalu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata atas ungkapan perasaanmu." Leonor menghentikan kalimatnya untuk mengambil nafas, berbicara serius mengenai ini ternyata sulit. Ditambah dia merasa makin bersalah ketika melihat muka suram Gavi.

"Sebaiknya kita pinggirkan mobilnya sebentar," Gavi meminggirkan mobilnya, benar kata Leonor, pikirannya tidak fokus pada jalan.

Setelah mobil sudah berhenti, Leonor melepaskan seat-beltnya. Dia menatap kearah Gavi sambil secara tersirat meminta perhatian penuh laki-laki itu, Gavi memperhatikannya. "I do love you too. As i already said, you are special to me, you are more than blessed that i received from god, kadang aku bisa memikirkanmu sampai gila dan berada di sampingmu membuat jantung aku rasanya ingin meledak. Aku bukan hanya sekedar tertarik padamu.. i love you since day one, the way you just stand there has effected me really hard. Aku sendiri gatau kalo aku bisa menyayangi orang hingga sebesar ini." ucap Leonor sendu, di akhir kalimat Gavi bisa melihat air mata membasahi kedua sisi mata Leonor.

Hah? jadi maksudnya Leonor membalas perasaannya? secercah harapan meledakan cahaya, perasaan senang tidak bisa dibendung. Percaya tidak percaya Leonor baru saja membalas perasaannya, perempuan itu ternyata memiliki perasaan yang sama kepada Gavi. Badan Gavi sedikit bergetar dibelakang stir, sangat jelas dia terkejut dengan ungkapan Leonor. Gavi melepaskan seat-belt dan menghamburkan tubuhnya kepada Leonor. Mulut Gavi terlalu kelu untuk mengungkapkan kata sehingga dia lebih memilih panas tubuh mereka lah yang menjadi penghantar ungkapan rasa sayangnya yang besar terhadap Leonor.

Leonor sendiri tengah menangis di pelukan Gavi, dia sungguh menyayangi laki-laki ini dan rasanya begitu mengharukan ketika mereka akhirnya berani mengungkapkan perasaan terhadap satu sama lain. Tidak sedikit kali Leonor memikirkan hubungannya dengan Gavi yang entah akan dibawa kemana? selama ini walaupun Leonor memilih untuk tidak mengungkapkannya secara langsung, dia terus memikirkan Gavi. Rasa sayangnya kepada Gavi menjadikannya orang yang serakah akan laki-laki itu. Keinginan kabur dari istana untuk sekedar menonton Gavi berlatih di Camp Nou sudah terlintas beribu kali di benaknya. Kalian juga pasti pernah merasakan perasaan suka terhadap orang yang membuat kalian rasanya siap untuk menentang seluruh dunia hanya untuk bisa bertemu dengan orang tersebut.

Sambil menunggu tangisan diikuti tubuh bergetar Leonor perlahan kembali tenang, Gavi mengusap helai rambut Leonor dengan hidungnya. "I love you, Princess." bisik Gavi tepat di telinga Leonor. Mereka berpelukan erat hingga keduanya bisa mendengar detak jantung masing-masing yang berdebar kencang. Sangat indah saat Gavi dan Leonor tampak hanyut dalam pelukan mereka, ditemanin sunset yang membentuk garis cakrawala.

Leonor melihat kearah Gavi diatasnya, kini Leonor menyenderkan badannya pada laki-laki itu. Satu tangan Gavi menempel manis pada pinggang Leonor. Gavi dan Leonor sangat dekat dan Leonor sangat suka itu, mereka berbagi kehangatan dan wangi tubuh Gavi yang bisa terus-terusan Leonor cium. Keduanya ingin waktu berhenti sampai disini saja. "How's your feeling?" tanyanya kepada Gavi sambil memerhatikan matahari yang lama-kelamaan hilang bersembunyi dibalik hamparan laut yang luas.

Tangan Gavi mengambil tangan Leonor, dia meletakan tangan kecil itu tepat di mana jantungnya berada. "You can feel it yourself, aku bisa bilang ini rasanya berkali-kali lipat lebih baik ketimbang memenangkan match tersulit yang pernah aku ikuti dalam dunia sepak bola. Im dyingly happy, how bout you?"

"There's all flowers." Leonor menatap tepat pada mata kecoklatan itu.

Dengan jarak sedekat ini Gavi mengambil kesempatan untuk mencium Leonor, dia lakukan itu. Bibir Leonor yang manis menyambutnya dengan lembut. Mereka saling memenuhi satu sama lain. Kecanduan bukanlah hal yang baik tapi Gavi candu dengan bibir ini. The way Leonor membalas lumatannya dan membiarkan Gavi memberikan segalanya yang dia punya. Mereka hanyut, tidak mau mencari jalan keluar dan memilih tersesat bersama. Begitu kedua tangan Leonor sudah menggantung pada tengkuk Gavi—-

tringg

tringgg

"Fuck!" umpat Leonor begitu dering handphonenya mengganggu kegiatan menyenangkan mereka. Tambah kesal lagi Leonor begitu yang menelepon ternyata adalah Alessandro. Benar-benar tidak mengerti situasi.

Gavi tertawa karena terkejut dengan umpatan Leonor, dia juga kecewa karena harus melepas pagutan itu tapi melihat Leonor yang lebih putus asa darinya membuatnya tertawa puas.

Begitu Leonor ingin mengangkat teleponnya, Gavi mengambil handphone Leonor dari tangannya, mematikan datanya dan menaruhnya di kantong celana laki-laki itu. Gavi inisiatif melanjutkan pagutan mereka, kini dia bisa merasakan Leonor menciumnya lebih keras dibandingkan sebelumnya, sepertinya Leonor terbawa emosi oleh gangguan yang menghentikan mereka tadi. Mereka terus memadu kasih sampai saat Gavi bisa merasakan bibirnya ditarik oleh Leonor, "Wow! santai sayang.."

Mereka mengatur nafas mereka yang hilang-hilangan, terutama Leonor. Sepertinya dia harus lebih sering berolahraga melihat nafasnya yang pendek—motivasi yang bagus, berolahraga untuk menambah durasi ciuman. Mereka saling menatap dan mata mereka terfokus pada bibir pasangan mereka yang merah. Menurut mereka itu lucu saat keduanya sama-sama berantakan.

"Aku tidak mau kamu terlambat pulang ke rumah, aku akan mengembalikan mu seperti waktu yang telah kamu janjikan." ucap Gavi dengan nada membujuk. Raut wajah Leonor berubah, dia masih ingin bersama Gavi tapi benar, dia harus menempati janjinya. Dengan sangat amat terpaksa dia mengangguk menyetujui.

"Terima kasih cantik... ayo kita pulaaaang" Gavi mencium puncak kepala Leonor sebagai tanda terima kasih karena Leonor sudah mau menuruti perkataannya. Dia sangat manis jika nurut begini. Di perjalanan menuju Madrid, mereka kembali diam. Lelah setelah bermain seharian di pantai.

Leonor memecah keheningan, "Gav, Mama ajak kamu makan malam minggu depan." dia memberitahu Gavi, bukan mengajak... dia takut ini terlalu cepat untuk Gavi. Baru saja mereka memulai komitmen, masa Leonor mau mengajak Gavi makan malam bersama keluarganya.

"Pasti menyenangkan! aku akan melihat jadwalku terlebih dahulu yaa tapi akan aku usahakan bisa." ucap Gavi. Leonor lega mendengarnya, Gavi menerima undangan makan malam keluarganya tanpa merasa takut, artinya Gavi sudah mulai terbiasa dan lebih relax kepada mereka.

Hari ini berjalan mulus bagi keduanya, baik Leonor maupun Gavi. Mereka sangat menikmati menit demi menit waktu yang mereka habiskan bersama, mereka tau pasti akan ada saja masalah yang menunggu mereka di depan, tapi mereka yakin dengan selalu bersama dan kepercayaan terhadap satu sama lain yang tidak pernah putus hubungan mereka akan berjalan lancar.














cieeee

ps. sorry for my english error

always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang