prolog

4.7K 84 3
                                    

Alissa tidak buta. Semua orang yang yang kemarin malam terpukau, mematung dengan mata mengikuti tiap langkah yang Killian ambil saat lelaki itu menghampirinya... mereka semua tidak buta.

Parasnya menawan, auranya mengintimidasi. Garis matanya tegas, alisnya hitam tebal membuatnya memiliki tatapan tajam yang melumpuhkan. Tulang hidungnya mancung dan lurus, rahangnya tajam dan prominen, suaranya penuh otoritas. Dia tampak seperti patung dewa Yunani kuno versi hidup dan tiap kata yang keluar dari mulutnya dapat melelehkan wanita manapun.

Tidak dengan Alissa sih.

Pesona Killian tak melumpuhkan pertahanan Alissa bahkan ketika tubuh kuatnya menindih Alissa, bernafas berat dan mendesah rendah di telinga Alissa.

Dia tahu sifat asli pria itu. Sifat asli mereka semua. Saint Killian Lockwood tak lebih dari seorang lelaki yang dihadapkan dengan sebuah mainan baru yang belum pernah dia miliki seumur hidup. Killian sudah bosan dengan wanita-wanita elegan yang biasanya menghangatkan kasurnya, maka dari itu dia langsung segar membuka mata ketika melihat Alissa yang begitu sederhana.

Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Killian mematahkan sumpahnya sendiri —sumpahnya untuk tidak meniduri satu perempuan untuk kedua kalinya, untuk tidak mencoba melanjutkan komunikasi di pagi hari dengan wanita yang menguras tenaganya di malam hari.

"Saya mau pergi beli sarapan, mau ikut? Setelah itu kita bisa ke manapun kamu mau," Killian menawarkan, matanya penuh harap. Killian tak terbiasa sarapan, dia selalu minum kopi sebagai asupan pagi. Itu tadi hanya alasan untuk bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan sang wanita.

"Nggak ah, emangnya kamu nggak punya kerjaan apa? Aku aja bukan si-i-OH tapi banyak kerjaan, kok kamu bisa santai? Lieur kamu mah jadi hotelier teh," jawab Alissa sinis, logat Sunda terdengar di sana. Walaupun aksennya asing bagi Killian, dia masih bisa mengerti ucapan perempuan itu.

"Justru karena saya yang punya hotel, jadi saya memiliki sedikit lebih banyak kebebasan," balas Killian sabar. Belum pernah dia selembut ini pada seorang wanita malam.

"Gak jelas kamu mah, sedikit lebih banyak teh apa? Sedikit ya sedikit, banyak ya banyak!"

Satu alis Killian terangkat. Dia yakin tidak membuat kesalahan, frasa itu dia pelajari dari seorang yang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia.

"Udah ah, aku pulang dulu ya," Alissa berpamit, membenturkan pelan kepalan tangannya ke dada Killian sebagai ucapan selamat tinggal.

Killian menerima saja. Belum pernah ada wanita atau siapapun melakukan hal aneh itu padanya. Siapa yang melakukan tos tangan begitu sebagai ucapan selamat tinggal?

"Duh, susah jalan nih. Kamu sih semalem semangat banget kayak orang kesetanan, nggak ngewe setahun deh kayaknya kamu," keluh Alissa. Wanita itu membuka pintu dan meninggalkan kamar, Killian memperhatikan langkahnya yang sedikit tertatih.

Killian melakukan aktivitas itu setidaknya seminggu sekali dengan wanita malam yang dipilihnya. Jadi tidak, dia bukan menggempur wanita itu karena sudah sebulan kesepian, tapi karena wanita itulah yang membuat gairahnya berlipat-ganda.

Wanita yang membuat penasaran. Menarik namun susah diambil hatinya.

Killian menatap pintu yang sudah tertutup. Satu sudut bibirnya membentuk senyum miring.

Ah, mainan barunya ini akan sangat menyenangkan untuk ditangkap. Kebetulan belakangan ini dia bosan.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

━ [author's note] ༉‧₊˚✧  ‍━━━━━━━━━━━━━━━

chapter 1 akan langsung aku post kalo prolog ini votenya nyampe 50! kalau enggak ya nggak apa2, nanti aku post saat cake & cakey udah kelar (masih lama 🤠)

belum ada jadwal tepat tapi kalau peminatnya banyak (ragu) bakalan aku kerjain barengan tcm. seneng bgt bisa balik ke tema yang gini 😎

oke deh, makasih ya semuanya <3 have a nice rest of the day!

-k

HotelieurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang