Bumi tahun 1800 M. Seorang anak laki-laki dengan kisaran umur lima tahun berlari-lari kecil di halaman rumah. Ia bermain peran seolah dirinya adalah pahlawan atau prajurit perang yang tengah memainkan tongkat kayu dengan lihai bak sebilah pedang panjang. Suara tawa cerianya menghiasi hari-hari Casey---seorang wanita berumur tiga puluh tahun yang sudah dikaruniai dua orang anak.
Xavier berhenti bermain, lantas manik birunya mengarah pada sosok anak perempuan yang tengah melambaikan tangan kepadanya dari arah barat.
"Hai, Xavier!" sapa gadis kecil itu dari jarak yang lumayan jauh dari tempat Xavier berdiri.
"Hai, Luna!" sahut Xavier ceria membalas sapaan Luna.
Gadis kecil yang diketahui bernama Luna itu menghampiri Xavier dengan niat mengajaknya bermain bersama.
"Ayo, bermain denganku, Xavier!" Lantas diraihnya pergelangan tangan Xavier erat-erat.
Setelahnya Luna berlari sembari menggandeng tangan Xavier. Ia berniat membawa anak itu pergi ke rumahnya untuk bermain bersama.
Xavier tidak langsung mau. Anak laki-laki itu melepas genggaman tangan Luna, membuat pergerakan kaki Luna turut berhenti.
Luna yang bingung dengan Xavier lantas bertanya, "kenapa?"
"Aku belum izin dengan bunda."
Kepala Xavier menoleh pada Casey. Di sana ia menjumpai sang bunda yang tengah tersenyum sembari mengangguk, isyarat bahwa bundanya itu telah mengizinkannya untuk bermain dengan Luna.
Merasa kurang, lantas Xavier berlari menghampiri Casey. Perasannya tidak lega jika ia tidak mendengar langsung kalimat izin dari mulut Casey.
"Kok, kamu balik lagi?" tanya Casey lembut.
Tanpa berbicara sepatah kata pun, Xavier menjulurkan tangan ke hadapan Casey bermaksud untuk menyalimi sang bunda. Melihat tingkah lucu Xavier, Casey segera membalas uluran tangan Xavier kemudian mencium keningnya.
"Aku main dulu, ya, Bunda!" pamit Xavier sebelum akhirnya anak itu berlari menjauhi Casey dan ikut bersama Luna.
Casey hanya memandangi putra bungsunya yang semakin hilang ditelan jarak. Namun, ketenangan dalam hati wanita itu tak bertahan lama sampai akhirnya firasat buruk datang.
_-00-_
Hari sudah senja, tetapi Casey belum menemui tanda-tanda Xavier akan pulang sehabis bermain dari rumah Luna. Wanita itu memainkan jemarinya gelisah dengan pandangan yang setia mengarah ke luar jendela, menunggu kedatangan Xavier yang tak kunjung kembali.
Detik setelahnya, lamunan Casey buyar saat mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Karena penasaran, Casey menolehkan kepala sebatas bahu hanya untuk melihat siapa yang telah membuka pintu kamarnya. Di sana ia dapati seorang bocah laki-laki berusia kisaran tujuh tahun menghampiri Casey yang mematung di depan jendela kamar.
"Apakah Bunda menunggu ayah?" tanya bocah laki-laki itu dengan sorot mata penasaran.
Casey tersenyum hangat, lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan tinggi putra sulungnya. Tangan Casey naik membelai surai rambut anak itu dengan penuh kasih sayang.
"Bunda sedang menunggu adik kamu. Apakah sedari tadi siang kamu tidak melihat Xavier, Chaiden?"
Terlihat raut wajah bingung yang ditampakkan Chaiden, lalu anak itu berkata, "Aku belum melihat Xavier, Bunda. Eum, kalau begitu biar aku saja yang mencari Xavier. Bunda tunggu di rumah, ya!"
"Kamu serius ingin mencari adik kamu?" tanya Casey dengan tangan yang masih setia membelai surai rambut anak itu.
"Aku serius, Bunda!" jawab Chaiden mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVILUMINATI
FantasyTindakan sang raja yang menginginkan masa kejayaan suatu kerajaan membuat sang pangeran berada dalam lingkaran setan. Louise Halbert, pangeran kedua yang dikorbankan sang raja kepada iblis, tetapi mati di tangan raja itu sendiri. Akankah iblis terim...