Embusan angin kasar menyapu kulit hingga merasuk ke tulang. Gumpalan kapas abu-abu gelap menutupi sinar mentari. Nuansa damai nan sejuk mengelilingi, membuat siapa pun yang berada di sini membatu. Wangi tanah sehabis hujan menyeruak masuk ke indera penciuman. Suara alam beserta aliran deras sungai dari air terjun menjelma bagai lagu. Siulan angin dan gesekkan ranting pun tak luput dari pendengaran.
Di sini mereka berada. Pinggiran air terjun yang terletak di tengah hutan, jauh dari jangkauan para warga. Dedaunan rapuh berwarna jingga dan cokelat berguguran, lalu terbawa oleh derasnya aliran sungai dan sebagian menghiasi tanah. Di sebelah selatan terdapat telaga, di mana telaga yang pernah Aneera kunjungi kala Brucie telah pergi ke dunia peri.
Tempat ini cukup tersembunyi. Mungkin saja para warga desa tidak tahu pasal tempat indah ini, sebab letaknya sangat tertutup. Lingkungan surga ini tertutup oleh pepohonan besar yang saling berdempet, serta semak belukar menjulang ke atas. Terlebih banyak mitos bertebaran tentang hutan utara. Banyak yang mengatakan jika hutan utara adalah tempat para iblis dan penjahat bernaung. Nyatanya, hutan utara adalah tempat indah nan asri yang cocok untuk menenangkan diri.
"Ya, mitos itu sekarang sudah terbukti."
Chaiden yang sedang bersantai ria di pinggiran sungai lantas menoleh pada Xavier. Anak itu tampak bersenang-senang dengan Aneera bermain di bawah air terjun.
"Maksudmu?" Chaiden sedikit berteriak, sebab jarak mereka cukup jauh saat ini. Terlebih suara air terjun dan alam benar-benar kuat mendominasi.
"Dahulu orang-orang desa selalu mengatakan bahwa hutan arah utara adalah tempat bernaung iblis. Sekarang, aku yang menempatinya!"
Tawa kecil terdengar setelahnya. Chaiden hanya menggeleng sembari terkekeh, sedangkan Aneera menyikut pinggang sang kekasih karena bicaranya sudah kelewat batas.
"Hei, kau ini! Kau bukan iblis!"
Lantas Xavier tertawa kecil, tanpa sengaja lirikan matanya menjumpai tumbuhan dengan bunga tulip berwarna putih tersembunyi di balik semak. Tanpa banyak bicara, Xavier segera naik ke permukaan dan berlari menghampiri tumbuhan indah tersebut.
"Huh, mau ke mana?!" teriak Aneera memanggil sang kekasih yang tiba-tiba berlari meninggalkannya.
Setangkai bunga tulip putih begitu menonjol di antara tumbuhan hijau lainnya. Tanpa sadar bibirnya turut tersenyum seiring memetik bunga cantik tersebut dengan lembut. Pupilnya membesar, Xavier ingat betul bahwa tulip adalah salah satu bunga yang sangat Aneera sukai setelah bunga lily of the valley. Tulip pun menjadi saksi di mana ia sebagai Louise pertama kali menyatakan perasaannya kepada Arlette.
Sekarang ia telah menyandang status sebagai Xavier, yang berarti ia harus kembali menyatakan perasaannya kepada Aneera seperti dahulu.
Xavier bergegas menuju Aneera yang ternyata tengah duduk di atas bebatuan, menunggu kedatangannya.
"Dari mana saja kau?"
Xavier tidak menjawab. Ia mematahkan tangkai tulip yang panjang itu, lalu menyelipkan bunga indah tersebut di selipan daun telinga Aneera. Tulip itu hampir tersamarkan oleh surai putih Aneera.
Aneera tertegun saat Xavier mendekat dan menyelipkan bunga pada rambutnya. Ia mendongak, memandangi lekuk rahang tegas Xavier dari bawah.
"Ini mengingatkanku pada Arlette."
Ladang bunga tumbuh pesat di hati Aneera. Ia tersanjung dengan ucapan Xavier---
"Ah, gadis itu. Meskipun dia manusia biasa, tetapi keelokannya tetap tak bisa tergantikan oleh bidadari atau peri sekalipun." Xavier melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVILUMINATI
FantasyTindakan sang raja yang menginginkan masa kejayaan suatu kerajaan membuat sang pangeran berada dalam lingkaran setan. Louise Halbert, pangeran kedua yang dikorbankan sang raja kepada iblis, tetapi mati di tangan raja itu sendiri. Akankah iblis terim...