20. Perang Perpustakaan

45 7 15
                                    

Kemegahan tampak mendominasi sebuah bangunan di dalam naungan nabastala kegelapan. Api serta kabut bersatu padu dengan teriakan para umat manusia yang berbuat dosa. Rembulan hitam menyinari seorang raja bertanduk dengan jubah hitamnya. Sorotan tajam mendominasi kala menyapu seluruh kalangan di sekitar. Sungai lahar panas mengalir di bawah jembatan menuju istana. Api berkobar-kobar, kabut hitam semi abu menyelimuti seluruh negeri.

Amon, iblis yang telah mengacaukan hidup seorang anak bernama Xavier De Nael. Merenggut kebahagiaan serta senyumnya. Kini, seringainya bertambah lebar kala mengingat hanya butuh waktu selama dua tahun lagi untuk memiliki anak itu secara penuh.

"Aku sudah mengerjakan tugas yang kau berikan, Lucifer."

Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru negeri. Kini, Amon berhadapan dengan sesosok makhluk yang menjadi penguasa di negeri ini.

"Lalu, apa yang akan kau berikan untukku sebagai imbalan, Lucifer?"

Dia tersenyum, kemudian mengubah wujud Amon menjadi abu yang beterbangan. "Kau belum pantas mendapatkan imbalan dariku, Amon."

_-00-_

Kicauan burung hantu serta burung gagak melantun bak melodi yang seiras. Menemani rembulan menjaga malam dari lembayung sampai fajar. Malam, waktu di mana banyak digunakan para makhluk hidup untuk beristirahat dari hiruk-pikuk siang. Namun, ada beberapa orang yang memilih untuk masih terjaga. Jalan pedesaan tampak sepi, hanya terdapat suara dari dua pasang kaki yang memecah kesunyian.

"Masuklah." Chaiden membukakan pintu rumah untuk Aneera.

"Terima kasih." Tanpa menunggu lagi, Aneera segera masuk ke dalam rumah.

Kedatangan mereka disambut ceria oleh Casey. Ibu tunggal dengan dua orang anak itu memutuskan untuk tidak tidur sebelum semua anaknya pulang.

"Aneera, kau bisa langsung istirahat di kamar atas, ya? Tempatnya ada di samping balkon," titah Casey sembari menggandeng lengan Aneera menuju kamar bekas Xavier.

"Baik, Bu."

"Chaiden, kau juga langsung istirahat, ya! Jangan keluar lagi!" lanjut Casey sedikit berteriak dari tangga.

"Baiklah."

Chaiden melepas sepatu yang dikenakan, lalu menaruhnya di pojok ruangan. Kakinya melangkah santai menuju ruang perpustakaan dengan niat untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya di dalam sana, sembari membaca beberapa buku.

Baru saja tiba di depan pintu perpustakaan, sebuah suara gaduh yang bersumber dari dalam mengurungkan niatnya. Chaiden memilih untuk tidak langsung masuk. Ia menempelkan daun telinganya di pintu agar dapat mendeteksi siapa yang telah berbuat kekacauan di ruang kesayangannya.

"Tidak ada suara orang, tetapi suaranya sangat gaduh."

Dengan rasa penasaran yang kian memuncak, Chaiden memutuskan untuk mengecek sendiri apa yang sedang terjadi di dalam.

Napasnya tercekat begitu pintu dibuka. Sebuah pemandangan mengerikan langsung menyambut Chaiden dengan riuh.

"XAVIER!!"

"Tolong aku, Kak!"

Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Di mana terdapat sang iblis tengah mence-kik kuat leher Xavier dengan sebelah tangan, sampai tubuh anak itu terangkat. Sangat terlihat bahwa iblis tersebut begitu santai kala mengangkat Xavier, seolah tidak ada beban yang diangkatnya.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang