16. Menyerah atau Berjuang

42 7 42
                                    

Sepasang kaki tercelup di pinggir telaga, menghasilkan percikan dan gelombang kecil melingkar di permukaan air, gaun tipis yang dikenakan pun turut basah karenanya. Embusan angin mengusik ketenangan, menerbangkan helaian rambut berwarna putih yang dibiarkan terurai. Cahaya matahari masuk ke sela-sela pepohonan, menyorot tepat pada makhluk indah bersayap ciptaan Tuhan. Semilir angin yang bergerak membuat dahan saling bersentuhan, sejuk rasanya.

Aneera menatap bayangannya sendiri pada permukaan air, untuk kesekian kalinya ia berpikir positif tentang Xavier. Ia yakin betul jika Xavier hanya berpura-pura lupa tidak mengenalinya. Jika situasinya seperti ini, lantas langkah mana yang harus diambil?

Kembali berjuang atau melepaskan?

Saat ini Aneera berada di pinggir telaga yang terletak di tengah hutan. Menjauh dari semua insan yang membuat kepalanya semakin kacau, terlebih insiden beberapa waktu lalu saat Xavier dirasuki iblis. Rasanya ia tidak asing dengan peristiwa tersebut.

"Pangeran Louise terlahir kembali sebagai Xavier, dan kini Xavier terpaksa dikurung sendirian karena iblis seringkali merasuki dan membuatnya membu-nuh para warga."

Aneera bermonolog seorang diri, mencoba mencerna kejadian ini. "Saat itu pangeran Louise dihukum mati oleh raja karena dicurigai telah membocorkan rahasia kerajaan, serta dituduh telah meracuni minuman raja. Namun, beberapa tahun setelahnya terungkap bahwa pangeran tidak bersalah dan hanya difitnah."

Pikiran Aneera melayang ke masa lalu, di mana kala itu dirinya menjadi saksi bagaimana pedang itu melayang dan melukai leher sang kekasih. Namun, ada suatu hal yang membuat Aneera merasa janggal atas kematian pangeran Louise beberapa ratus tahun lalu.

"Saat pangeran telah dihukum mati, aku melihat adanya sosok besar dengan tanduk di belakang raja. Apakah itu iblis yang sekarang merasuki tubuh Xavier? Namun, mengapa iblis itu merasukinya?"

Kepalanya mulai panas, Aneera sengaja menceburkan diri ke dalam telaga. Gadis peri itu berenang menikmati sejuknya telaga, membiarkan kepala dan pikirannya dingin dengan sendirinya. Posisi tubuh Aneera telentang menghadap ke atas, tubuhnya mengambang di atas permukaan air. Damai sekali rasanya berada di sini. Pemandangan pohon-pohon dengan cahaya matahari yang memaksa masuk di sela daun sangat indah, terlebih saat beberapa hewan bersayap hinggap di ranting.

"Sakit sekali rasanya jika mengenang masa itu. Pangeran Louise dibu-nuh tanpa adanya bukti yang kuat." Aneera tertawa pelan, tanpa disadari air telah menggenang di pelupuk mata.

"Andai saja waktu itu aku bisa mengumpulkan bukti bahwa pangeran tidak bersalah, pasti aku sudah menikah dengan pangeran. Lalu aku tidak perlu terlahir kembali menjadi peri seperti ini."

Jika sekarang Aneera adalah peri, maka ratusan tahun lalu gadis itu hanyalah gadis desa biasa yang dicintai secara tulus oleh sang pangeran. Tidak, Aneera bukan gadis biasa. Ia memiliki keturunan bangsawan, dan pantas tinggal di kerajaan. Namun, suatu hari sang ibu berbuat kesalahan yang mengharuskan dirinya keluar dari kerajaan dalam kondisi tengah hamil besar.

Saat pangeran Louise dihukum mati, Aneera tidak lagi memiliki tujuan hidup. Sudah banyak lelaki yang datang melamar, entah dari golongan bangsawan atau orang biasa, tetapi Aneera tidak pernah menerima lamaran mereka. Yang ia mau hanyalah Louise, tetapi sayangnya Louise telah pergi. Sampai pada akhirnya Aneera memutuskan untuk pergi ke istana, menjumpai tabib kerajaan. Aneera meminta pendapat dan saran bagaimana caranya bisa kembali bertemu dengan Louise.

Sampai pada akhirnya sang tabib menyarankan agar dirinya tidur di dalam kelopak bunga lily of the valley yang berukuran sangat besar. Aneera menuruti perintahnya. Ia tertidur di sana, kemudian terbangun di dunia dengan manusia bersayap. Ia bereinkarnasi menjadi seorang peri dengan wajah sama persis dengan dirinya dahulu.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang