Suara burung hantu serta jangkrik berlomba-lomba menghidupi suasana. Bagian bumi yang tidak disinari oleh matahari disebut juga malam. Biasa digunakan para manusia untuk beristirahat dari hiruk pikuknya dunia siang. Angin malam terasa dingin, membuat siapa saja yang merasakan dapat membatu. Rembulan menggantung dengan indahnya pada langit malam. Gumpalan kapas yang bergerumun tidak tampak jelas.
Hamparan kerlap-kerlip bintang menyebar bak kunang-kunang di atas langit malam. Cantik, itu yang pertama kali dikatakan oleh seluruh pandangan mata.
Dua atma yang saling melontarkan beberapa curhatan tampak duduk bersebelahan di bale---kursi panjang yang terbuat dari kayu---depan rumah Casey.
"Jadi, kau juga mengalami reinkarnasi hanya untuk menemui pangeranmu kembali?"
Suara lembut Casey khas seorang ibu melandai penuh makna. Terlebih saat tangan lembutnya menerpa kulit.
Aneera mengangguk, pandangannya setia menatap kagum pada sang rembulan. "Benar, Bu. Aku rela melakukan segala cara agar dapat bertemu kembali dengan pangeran."
Sebuah desahan melelahkan terdengar. Aneera menurunkan pandangannya.
"Aku tidak bisa menerima jika pangeran meninggalkanku dengan alasan yang tidak masuk akal, Bu. Aku tahu pangeran tidak bersalah, ia tidak seharusnya dihukum mati."
Casey tersenyum dengan raut wajah sedih, sebab tak kuasa mendengar kisah cinta Aneera dan Louise. Tangannya naik mengusap bahu Aneera dengan lembut. "Ibu tahu apa yang kamu rasakan, Nak."
"Ibu tidak pernah menyangka bahwa Xavier adalah reinkarnasi dari pangeran sebelumnya. Kira-kira, apa yang membuat iblis itu mengikuti Louise sampai ia terlahir kembali menjadi Xavier?"
Aneera mengulum bibir, otaknya tidak bisa berpikir jernih sekarang. "Jika mendengar dari cerita Chaiden, seharusnya iblis itu sudah tidak mengganggu Xavier. Pasalnya, Xavier telah melunasi semua hutang keluarga kalian kepada para iblis, kan?"
Casey mengangguk pelan, lalu beranjak dari bale. "Mari kita istirahat malam ini. Kau bisa tempati kamar Xavier yang kosong, Ane."
"Ibu duluan saja. Aku masih ingin di sini."
Casey melempar senyum singkat kepada Aneera sebelum dirinya melenggang pergi dari sana. Aneera kembali sendiri, ia menggunakan waktu kosong ini untuk menjernihkan pikirannya kembali.
"Aku akan berkeliling sebentar di sini."
Sayap bercahaya itu mengepak, lalu terbang ke arah pedalaman hutan. Cahaya dari tubuhnya memberikan penerangan bagi hutan yang diselimuti kegelapan. Bibir bulat kecil itu melengkung, sama seperti bulan sabit yang kini tengah menemaninya menjelajah dunia malam.
Mata jernihnya menyapu seluruh pemandangan alam. Dari atas sini, Aneera dapat menjumpai beberapa hewan mendongak menatap dirinya karena cahaya dari sayapnya.
"Kalian lucu sekali!" Tawa kecil Aneera terdengar kala para kawanan burung mulai mengikuti jejak udaranya.
Keindahan jumantara malam membuat mata Aneera hanya berfokus padanya. Tanpa memedulikan salah satu pohon dengan ranting tajam siap menghadang.
"Ah!" Aneera menjerit. Sayapnya robek oleh ranting tersebut.
Ia jatuh ke bawah bak sebuah meteor bercahaya, sayapnya sudah tidak bisa lagi digunakan saat terluka.
"Ah, sial sekali! Sayapku robek, aku memerlukan waktu lama untuk menyembuhkannya." Aneera mengumpati dirinya sendiri yang tidak berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVILUMINATI
FantasyTindakan sang raja yang menginginkan masa kejayaan suatu kerajaan membuat sang pangeran berada dalam lingkaran setan. Louise Halbert, pangeran kedua yang dikorbankan sang raja kepada iblis, tetapi mati di tangan raja itu sendiri. Akankah iblis terim...