Kerangkeng

74 11 48
                                    

Setelah perdebatan hebat antara Jason dan Casey yang terjadi satu jam yang lalu, Casey memilih untuk pergi tidur bersama Xavier dan Chaiden dalam satu kamar. Jujur saja, Casey pun takut jika Xavier kembali berbuat ulah yang akan mencelakai dirinya juga Chaiden. Namun, apa boleh buat hatinya tak tega melihat anaknya terbu-nuh di depan matanya.

Menoleh ke samping, ia mendapati Xavier dan Chaiden tertidur pulas. Diamati wajah kedua buah hatinya sampai kedua matanya tertutup sendiri.

Satu jam sudah terlewati, suara detak jarum jam yang teratur mengambil alih suasana keheningan yang tercipta di dalam kamar. Suara deru napas ketiga manusia itu pun tak luput dari salah satu suara yang mendukung suasana hening malam ini.

Menit setelahnya, Xavier bergumam kala merasakan deru napas yang amat kuat berembus di permukaan wajahnya. Penasaran, Xavier mencoba membuka mata untuk melihat siapa yang ada di depan wajahnya.

Detik itu juga mata Xavier membelalak lebar---terkejut lantaran melihat sesosok monster berada di depan wajahnya dengan jarak yang amat dekat. Monster besar itu tersenyum padanya, tangan besarnya naik meraih dagu Xavier. Xavier bisa merasakan kuku-kuku tangan yang panjang nan tajam menusuk-nusuk dagunya.

Dalam sekejap monster itu masuk ke dalam tubuh Xavier dan menghilang dari pandangannya. Xavier bisa merasakan tubuhnya mulai gemetar hebat, mulutnya pun mengeluarkan gumaman aneh---bukan kehendak dari otaknya sendiri. Tak butuh waktu lama bagi sang iblis untuk bisa menguasai raga Xavier sepenuhnya.

Menoleh ke samping, Xavier menyunggingkan senyum miring kala melihat Chaiden tertidur pulas di sampingnya. Tangan kecilnya naik meraih leher Chaiden lalu mence-kiknya kuat---seperti hari itu.

Merasakan sesuatu mencekal napasnya, Chaiden pun terbangun. Ia terkejut melihat Xavier duduk di atas perutnya dengan tangan yang mence-kik lehernya.

"Bundaa!!" jerit Chaiden ketakutan.

Mendengar teriakkan putranya Casey sontak terbangun. Jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan mengerikan di depannya. Pemandangan yang tak pernah ia sangka, sang balitanya mampu membu-nuh manusia.

"Bunda!!" Chaiden kembali menjerit, mengembalikan kesadaran Casey sepenuhnya.

Tak ingin sang anak terbu-nuh, Casey pun buru-buru beranjak dari kasur, kemudian berlari ke lemari untuk mencari selembar kain hitam.

Setelah mendapatkan kain yang ia inginkan, Casey segera berlari menghampiri Xavier, lalu mengikatkan kain tersebut pada kedua mata Xavier. Setelah dirasa ikatan kainnya cukup kuat, Casey menarik tubuh bocah itu hingga ia terpental ke belakang, sampai cengkraman tangannya bisa lepas dari leher Chaiden.

Chaiden terbatuk sambil memegangi lehernya untuk kembali menormalkan napas yang sempat tersendat.

Casey yang khawatir dengan keadaan Chaiden lantas memeriksa kondisi sang anak dengan raut wajah panik. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja. Bunda, sebaiknya kita bawa Xavier ke ruang bawah tanah dan mengurungnya. Aku tidak mau kejadian ini akan terulang!" saran Chaiden yang langsung diangguki oleh Casey, mengingat bagaimana buasnya iblis itu ketika merasuki tubuh Xavier.

"Bunda akan siapkan tempat untuk megurung Xavier, kamu bisa membawa Xavier untuk sampai ke ruang bawah tanah?"

"Bisa, Bunda!"

Tanpa menunggu lama, Chaiden segera beranjak dari kasur, begitu pun dengan Casey yang langsung keluar dari kamar menuju ruang bawah tanah.

Dihampirinya Xavier yang menggeliat di lantai lalu menggendongnya sekuat tenaga. Chaiden sedikit kesulitan mengontrol keseimbangan tubuh karena Xavier terus memberontak kuat minta dilepaskan. Tak ingin membuat Casey menunggu di ruang bawah tanah terlalu lama Chaiden pun mempercepat langkahnya.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang