Keputusan

75 13 36
                                    

Sudah sebulan lamanya Xavier tetap tak menunjukkan adanya perkembangan apa pun. Selama sebulan ini banyak sekali korban yang berjatuhan---didominasi oleh anak-anak kecil yang sering bermain bersama Xavier. Bahkan, Xavier pernah membu-nuh satu anggota keluarga dalam semalam.

Entah sudah berapa kali warga menyuruh Jason dan Casey untuk membu-nuh anak itu. Para warga mulai mencurigai Xavier sebagai dalang dari pembu-nuhan misterius di desa mereka, karena sebagian warga kerap kali memergoki tubuh Xavier berlumur da-rah sehabis bermain.

Tak hanya itu, setiap kali Xavier keluar dari salah satu rumah warga, selalunya mereka menemukan mayat terbu-nuh di dalam rumah tersebut. Bahkan, Xavier pernah diarak warga untuk diba-kar hidup-hidup. Untung saja saat itu Chaiden datang membela sang adik sampai warga akhirnya melepaskan dan hanya memberikan peringatan bagi Xavier.

Jason dan Casey pun tentunya sudah melarang keras bagi Xavier untuk keluar rumah, tetapi semua itu bukanlah keinginan Xavier untuk keluar. Iblis itu menggerakkan tubuh Xavier hingga bisa keluar rumah dan membuat kehancuran.

Malam ini Xavier menangis di sudut kamar, ia tidak ingin keluar setelah berita kema-tian kembali datang dari salah satu warga yang diduga dibu-nuh olehnya.

Bukan! Ini sama sekali bukan salahnya! Jason sudah berkali-kali menjelaskan kepada para warga juga kepala desa jika Xavier dirasuki oleh iblis. Namun, para warga tak mempedulikan hal itu. Yang mereka mau hanyalah kematian Xavier lalu desa mereka akan kembali tenang seperti semula.

Xavier menutup telinganya rapat-rapat kala suara rombongan warga mulai memasuki telinga. Xavier yakin jika itu adalah para warga yang berkumpul di depan rumah dengan niat ingin membu-nuhnya.

"Aku salah apa?! Ini semua bukan kemauanku! Kalau mau bu-nuh saja iblisnya!" jerit Xavier, suaranya menggema di seluruh penjuru kamar.

Sepasang kaki kecil melangkah cepat menuju ke luar rumah. Rasa penasaran anak itu tak bisa lagi dibendung, ia ingin melihat sendiri apa yang sedang terjadi di luar rumahnya sehingga suaranya sangat ramai.

Namun, saat ia tak sengaja melewati kamar Xavier, sepintas hal buruk tiba-tiba saja mendatangi hatinya. Chaiden takut terjadi hal buruk pada Xavier. Pasalnya anak itu belum keluar kamar sejak pagi sampai sekarang. Lantas, ia mengurungkan niat untuk ke luar, dan lebih memilih untuk mengecek kondisi Xavier di dalam kamar.

Dibukanya pintu tersebut. Ia cukup dibuat terkejut kala menemukan sosok kecil Xavier terduduk di sudut kamar dengan lutut menekuk dan kedua tangan menutup telinga.

"Xavier!" Chaiden berlari ke arah sang adik.

"Kamu kenapa nangis?" Chaiden mengusap punggung Xavier yang berguncang.

"Mereka pasti akan membu-nuhku seperti waktu itu, Kak! Aku takut .... Kenapa iblis ini tidak mau keluar dari tubuhku?!" tangis Xavier semakin menjadi.

Tunggu, jadi suara ramai di depan rumah itu adalah suara warga yang sedang demo?

Chaiden membiarkan tangisan Xavier tumpah membasahi bajunya. Apa pun akan ia lakukan demi membuat anak itu bisa tenang. Yang ia ketahui hari ini Xavier sudah membu-nuh anak kepala desa. Tentu saja hal itu membuat warga dan kepala desa sangat marah. Tidak bisa dipungkiri malam ini juga warga akan membu-nuh Xavier.

"Ada aku di sini, ayah dan bunda juga pasti memihakmu. Kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun membu-nuhmu," hibur Chaiden.

Sementara itu, keadaan di luar rumah begitu ricuh. Para warga dan kepala desa berkumpul memohon pada Jason dan Casey agar mereka menyerahkan Xavier. Xavier sudah keterlaluan hari ini, Andrew---sang kepala desa pun memberi isyarat kepada warga untuk diam saat Jason hendak bicara.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang