12. Iblis

51 7 21
                                    

Menjelajah ke dalam ruang bawah tanah, gelap dan pengap menyambut dengan sukacita. Para kurungan berkarat berteriak minta dibebaskan, lelah menjadi saksi seluruh rahasia tersusun rapi minta diburaikan. Udara berkabung penuh makna, aroma amis tersebar di mana-mana.

Menyelam lebih dalam, sang penulis memamerkan seorang pemuda terkurung di salah satu penjara. Damai, wajahnya benar-benar tenang. Ada yang mengatakan, jika seseorang sedang tidur, maka jiwanya akan berada dalam genggaman Tuhan. Hal itu memang benar adanya, semua orang bisa merasakan hal itu.

Kabut hitam dengan percikan api muncul dari luar kurungan, berubah menjadi sosok yang amat menyeramkan. Sosok itu menyeringai, menggambarkan dosa dan dendam yang berpadu menjadi satu. Dendam masa lalu yang masih terlaksana sampai saat ini. Objek dendam itu ada di depan matanya. Sang iblis tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bocah itu sudah kembali, Louise Halbert.

"Tak kusangka anak ini tumbuh sangat cepat. Sang ibu benar-benar pandai merawatnya." Sang iblis bergumam, tatapannya tampak berkobar melihat Xavier yang tengah tidur.

"Aku ucapkan terima kasih untuk semua yang merawatmu."

Xavier melenguh, kelopak matanya perlahan terbuka karena merasa ada yang mengganggu tidurnya. Detik pertama yang ia rasakan hanyalah hampa, tetapi setelahnya ia dapat mengetahui siapa yang datang. Xavier sudah hapal dengan deru napas makhluk yang selalu menghinggapi raganya.

"Kau datang lagi." Xavier berkata, bahkan matanya belum terbuka sepenuhnya.

Dalam sekejap sang iblis masuk menembus kurungan. Kedua mata mereka bertemu pandang pada satu titik. Sementara itu Cate masih setia di pelukan Xavier.

"Aku heran, semenjak aku dikurung di sini, kau sudah jarang merasuki tubuhku. Kau tidak ingin lagi membuatku membu-nuh para warga? Jika kupikir kembali, sebenarnya kau bisa saja menggunakan ragaku untuk kembali membu-nuh para warga desa. Bagimu, melepaskanku dari kurungan ini hanyalah masalah kecil, bukan, jika melihat tenagamu yang sangat luar biasa?" Xavier diam sejenak, ia merasa kalau ini waktu yang tepat untuk menanyakan seluruh pertanyaan yang masih tabu pada iblis laknat itu.

"Namun, mengapa kau harus menggunakan ragaku untuk membu-nuh mereka? Kenapa bukan kau sendiri saja?" tanyanya lagi.

"Sudah bicaranya anak muda?" Iblis itu memotong ucapan Xavier, suaranya benar-benar menyeramkan.

"Dendamku pada seluruh warga di desa ini sudah terbayarkan olehmu. Aku berterima kasih atas semua bantuan yang kau kerahkan. Kini, aku tidak lagi mempunyai dendam dengan warga desa," papar sang iblis.

Penjelasan dari sang iblis membuat amarah Xavier semakin menjadi. "Jadi, kau memanfaatkan tubuhku hanya untuk membalaskan dendam konyolmu?!"

"Sstt." Sang iblis menempelkan jarinya pada bibir Xavier agar bocah itu berhenti bicara.

"Aku tidak mungkin melakukan sesuatu hal dengan sia-sia. Aku menggunakanmu karena kau adalah manusia yang sudah kuincar sejak lama," jawab sang iblis, kemudian berbalik badan---berniat untuk segera pergi meninggalkan Xavier.

"Apa yang kau incar dariku? Dendam apa yang kau miliki kepada warga desa?" sahut Xavier, membuat sang iblis menghentikan langkah.

Tubuh besarnya berputar 180°, berhadapan dengan Xavier yang kini melempar tatapan nyalang padanya. Sang iblis berjalan mendekat, membuat Xavier mundur sampai punggungnya menabrak dinding.

"Kau akan tahu sendiri nanti. Intinya, aku akan tetap menjagamu dari para manusia yang hendak membu-nuhmu. Aku tidak akan membiarkan satu orang pun berani membu-nuhmu. Karena yang bisa membu-nuhmu hanyalah aku." Seringai sang iblis benar-benar menyeramkan. Bahkan Xavier hampir tak mampu untuk bertemu pandang dengannya.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang