Petaka Warga Desa

76 12 74
                                    

Xavier menghentikan aktifitasnya, terkejut kala Chaiden membuka pintu rumah Joo dengan keras. Detik itu juga Chaiden membelalakkan mata melihat Joo yang seka-rat tergeletak di lantai rumah dengan da-rah mengalir dari dadanya. Xavier menyorot mata Chaiden dengan tatapan nyalang, sementara fokus Chaiden hanya terarah pada sebuah pis-au tus-uk berlumuran da-rah di genggaman tangan Xavier.

Beralih dari Xavier, Chaiden menghampiri Joo yang seka-rat di bawah sana. Chaiden berusaha menolong Joo yang kemungkinan besar masih bisa terselamatkan. Namun, Joo berteriak saat Chaiden mencoba menggendongnya.

"Cukup, Xavier!!" teriak Joo histeris saat melihat Xavier yang hendak melayangkan pis-aunya untuk ditus-ukkan pada Chaiden.

Chaiden yang terkejut lantas memutar tubuh. Ia langsung menghindar kala Xavier melayangkan pis-au ta-jam itu ke arahnya. Dilihatnya baik-baik wajah sang adik yang berlumuran dar-ah dengan mata berwarna hitam.

Tunggu, itu bukan Xavier. Chaiden sangat mengenal adiknya sendiri.

Mata biru Xavier berubah menjadi hitam? batin Chaiden sembari berjalan mundur.

Langkah Chaiden berhenti, matanya membelalak lebar melihat monster besar yang ia temui sewaktu pulang setelah membuntuti Xavier, kini muncul kembali di belakang tubuh anak itu. Yang membuat Chaiden terkejut adalah penampakan sosok Xavier yang tengah menangis di genggaman tangan moster besar tersebut.

Xavier ada dua?

"Akhh!!"

Chaiden megap-megap menemukan Joo terjatuh lemas dengan da-rah mengucur dari kedua matanya. Samar-samar Chaiden mendengar rintihan Joo yang menyuruhnya untuk segera pergi dari sana. Tak ingin Xavier semakin menjadi-jadi, Chaiden bangkit dan lari untuk mencari selembar kain.

Setelah menemukan selembar kain berwarna hitam, ia pun berlari menghampiri Xavier yang masih menyerang Joo dengan brutal. Dengan cepat dan cekatan Chaiden menutup mata Xavier dan mengikatnya dengan kuat menggunakan kain hitam.

"Lepaskan saya kalau kamu tidak ingin ma-ti!!" jerit Xavier membabi buta.

Menggunakan seluruh tenaga, Chaiden mengangkat Xavier dan membawanya pulang ke rumah walaupun Xavier masih memberontak kuat berusaha lepas dari gendongan Chaiden. Saat dalam perjalalanan pulang, Chaiden mengangkat sebelah alisnya kala Xavier seketika tak lagi memberontak dan mulai terkulai lemas di gendongannya. Nampaknya Xavier kehilangan kesadaran. Karena tak ingin ada orang lain melihat dan mencurigai Xavier, Chaiden mempercepat langkahnya agar cepat sampai rumah.

_-00-_

"Coba kamu jelaskan kepada Ayah, apa yang kamu lakukan di rumah Joo?!" Jason amat marah setelah mendengar aduan dari Casey dan Chaiden mengenai Xavier yang membu-nuh Joo secara brutal tadi siang.

"Aku hanya bermain seperti biasa, lalu saat aku bangun aku sudah berada di kamar bersama Bunda," jawab Xavier jujur.

Jason mengusap kasar wajahnya---menandakan ia lelah menyikapi putra bungsunya yang semakin aneh dalam empat hari terakhir ini. Ia menghela napas gusar dan mencoba tenang dengan mendudukkan tubuhnya di sebelah Casey.

"Mana mungkin kamu tidak tahu jika kamu yang membu-nuh Joo?" desak Casey dengan nada yang sedikit lebih lembut dibandingkan Jason.

Xavier menundukkan kepala kala ia merasa tersudutkan. Apa salahnya? Sungguh, Xavier tak mengetahui apa yang tengah dibicarakan oleh kedua orang tuanya. Yang Xavier tahu hanyalah ketika ia bermain bersama Joo, kemudian pulang dengan keadaan terbaring di kamar. Xavier memainkan jemarinya karena merasa takut. Terlebih, Chaiden tak membelanya kali ini.

DEVILUMINATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang