14. Yeojin × Jaehyun ≠ Yeojin × Jiho

30 11 1
                                    

"Kenapa bukan Papa yang datang?"

Jaehyun tersenyum tipis. Pertanyaan yang diajukan Yeojin dengan suara yang ketus, entah mengapa terasa nyaman bagi indra pendengarannya.

Namun, dibandingkan memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan Yeojin barusan, Jaehyun malah langsung membukakan pintu mobil, mempersilakan Yeojin untuk masuk.

Yeojin menatap sinis pada Jaehyun. Kendati demikian, ia tetap masuk dan duduk di kursi sebelah kemudi.

Taklama kemudian, Jaehyun pun ikut masuk dan segera melajukan mobilnya.

"Hari ini gimana, Yeojin?"

"Yeojin mau mampir ke suatu tempat dulu. Nanti tolong turunin Yeojin di persimpangan dekat TK." Bukannya menjawab, Yeojin malah membahas hal lain. Sementara atensinya sibuk melihat barang-barang yang ada di dashboard. "Ini cincin buat acara pernikahan Kak Jaehyun nanti?"

Jaehyun sedikit terperanjat. Refleks, ia melirik ke arah Yeojin. Lelaki dengan penampilan yang amat klimis itu berdeham beberapa kali.

Sementara itu, Yeojin cukup menyadari bahwa cincin yang tengah dilihatnya saat ini berasal dari toko Mediocris Jewelry. Entah harus bereaksi seperti apa, yang pasti, Yeojin benar-benar ingin memaki kakaknya itu.

Yeojin beralih membuka ritsleting tasnya. Kemudian ia memasukkan kotak perhiasan tersebut ke dalam tasnya. "Cincinnya terlalu bagus buat Kak Jaehyun pake. Jadi beli lain aja nanti. Di toko lain," ucap Yeojin.

Jaehyun menautkan alis menatap Yeojin. "Yeojin, kamu boleh ambil barang-barang Kakak yang lain. Tapi cincinnya jangan," ujar Jaehyun.

Yeojin membuang muka. Ia bersedekap lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran jok kursi.

Perempuan itu berusaha menahan segala hal yang sudah terlalu lama dipendam olehnya. Tetapi jika dipikir-pikir lagi, bukankah sudah saatnya Yeojin mengeluarkan segala hal yang telah dipendamnya selama ini?

"Yeojin."

"Apa sih hebatnya Jung Chaeyeon di mata Kakak?" Nada suara Yeojin mulai meninggi. Ia menatap Jaehyun dengan tatapan berang.

Jaehyun segera menepikan mobilnya lalu menoleh menatap Yeojin. Alih-alih memberi penjelasan kepada sang adik, Jaehyun hanya diam mendengarkan. Raut wajah lelaki itu tampak begitu tenang. Seolah-olah, tiap rentetan kalimat yang terus dilontarkan Yeojin sama sekali tidak mengganggunya.

Jika diingat-ingat lagi, ini pertama kalinya Jaehyun melihat Yeojin semarah itu padanya. Entah hanya perasaannya saja atau tidak, ia merasa bahwa Yeojin memiliki alasan yang cukup kuat--hingga sang adik meluapkan segala hal yang mungkin telah dipendam semenjak ia memperkenalkan Jung Chaeyeon.

"Yeojin, Kakak mau tanya sesuatu. Boleh?"

Yeojin berdecak lalu meletakkan kembali kotak perhiasan yang sempat diambilnya ke dalam dashboard.

"Yeojin mau pulang sendiri aja," ucapnya. Buru-buru ia membuka pintu kabin mobil.

Jaehyun menghela napas. Ia bergegas melepas sabuk pengaman lalu ikut keluar dari dalam mobil.

"Yeojin. Maaf," ucap Jaehyun penuh sesal. Ia menarik--menahan langkah Yeojin. "Kamu boleh ambil cincinnya. Dan Kakak juga ga bakalan tanyain apapun. Kita pulang sekarang, ya?"

Yeojin menunduk. Ia melihat ke arah pergelangan tangannya yang dipegang Jaehyun. "Kak Jaehyun. Maafin Yeojin ...," ujarnya lirih.

Alis Jaehyun tampak bertaut. Akan tetapi sesaat kemudian, ia menaikkan sudut bibirnya.

"Padahal itu hubungan yang Kak Jaehyun jalani. Tapi Yeojin malah sembarangan komentarin kehidupan Kakak, dan ngomongin tentang Kak Chaeyeon yang enggak-enggak," kata Yeojin.

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang