26. Anak / Cucu

33 11 18
                                    

Jaehyun mengamati Mama yang sedari tadi terus memperhatikan ke arah Jiho. Entah apa yang sedang dipikirkan Mama ketika menatap Jiho. Yang pasti, Jaehyun benar-benar ingin membawa Jiho pergi dari sana sekarang juga.

Menurut Jaehyun, hanya Papa seorang yang tahu seluk-beluk isi pikiran Mama. Juga hanya Papa seorang yang dapat mengendalikan Mama, andai kata sifat absurd Mama kumat lagi.

Namun, sayangnya kali ini Papa juga bertingkah tidak jauh beda dengan Mama. Sesekali Papa terus melirik ke arah Jiho. Padahal, satu-satunya harapan Jaehyun pada Papa adalah supaya Papa tidak ikut tertular virus absurd Mama.

Jaehyun menghela napas. Belum lagi dengan Yeojin yang sedari tadi terus bergelayut manja pada Jiho.

Sebenarnya keluarganya itu terkena virus apa, sih?

Alhasil, Jaehyun berdeham. Seketika, atensi semua orang langsung teralih padanya. Termasuk Jiho.

Jaehyun beralih menggenggam tangan Jiho yang ada di meja.

"Makan malamnya udah selesai. Jaehyun mau pulang dulu. Sekalian anterin Jiho pulang," ungkap Jaehyun.

"Loh? Kok, cepet banget?" Mama menoleh menatap Jiho. "Memangnya Nak Jiho lagi buru-buru, ya?"

Jiho tersenyum tipis. Berinteraksi dengan sosok Mama yang seperti itu entah mengapa ia merasa senang. Ia kemudian menggeleng. "Enggak kok, Ma—eh, Tante," sahut Jiho.

"Barusan kamu panggil Mama ke Tante?" Mama menatap Jiho dengan tatapan berbinar. Wanita itu kemudian menoleh melihat ke arah sang suami yang duduk di sebelahnya. "Papa denger sendiri 'kan kalau barusan Jiho panggil Mama ke Mama?"

Papa mengangguk seraya tersenyum. Sejujurnya, alasan mengapa Papa mencuri-curi pandang ke arah Jiho hanyalah untuk melihat interaksi Yeojin dengan Jiho.

Putri bungsunya itu tampak begitu senang akan keberadaan Jiho. Jelas hal itu sangat berbeda, jika mengingat betapa masamnya wajah Yeojin saat harus berhadapan dengan Chaeyeon, mantan pacar Jaehyun.

Yeojin tertawa lepas. Putri bungsunya itu bahkan terus bertingkah manja pada Jiho.

Jika diingat-ingat lagi, sudah lama sekali Papa tidak melihat sisi Yeojin yang seperti itu. Sebab, semenjak Yeojin bangun dari koma, sifat anak bungsunya itu benar-benar berubah drastis. Yeojin yang awalnya selalu ceria dan manja, kini jauh lebih bersifat dewasa. Well, itu memang hal yang baik. Tetapi menurut Papa, Yeojin boleh sesekali untuk memperlihatkan sifat manjanya. Baik kepada Papa, Mama, ataupun Jaehyun. Yeojin juga seharusnya membuat mereka kerepotan dengan meminta barang ini-itu. Akan tetapi, Yeojin sama sekali tidak melakukan hal tersebut.

"Kamu panggil Mama aja, ya. Ga usah Tante," kata Mama.

Jiho mengangguk. Well, Jiho memang tidak merasakan adanya rasa canggung antara dirinya dengan Mama. Tetapi lain halnya dengan sosok Papa. Ini merupakan pertama kalinya bagi Jiho bertatap muka dengan Papa.

Tujuh tahun lalu ketika Jiho menjalankan hukuman dari Kaisar, Papa disibukkan dengan bisnis yang ada di luar negeri. Juga Papa berusaha mencari jalan keluar terbaik untuk Yeojin.

Meski pada dasarnya Jiho memang sudah sering melihat sosok Papa kala ia berkunjung ke Bumi, tetap saja, Jiho merasa canggung karena ini merupakan interaksi pertama kali Jiho dengan Papa.

"Jiho, umurmu telah menyamai usia fosil tua. Tidak perlu segugup ini!" Jiho membatin.

"Papa juga. Kamu boleh panggil Papa aja," celetuk Papa.

Refleks, Jiho menoleh. Ia tersenyum canggung pada Papa.

"Jiho ga lagi sibuk. Jadi di sini aja dulu," ujar Mama pada Jaehyun.

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang